Ada potensi besar pada diaspora Indonesia di luar negeri. Karenanya, pemerintah menawarkan surat berharga dua kali tahun ini kepada investor Indonesia di luar negeri atau warga negara asing keturunan Indonesia.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah akan menerbitkan instrumen investasi surat berharga negara ritel untuk diaspora Indonesia atau diaspora bond pada paruh kedua tahun 2020. Diaspora bond ini diterbitkan sebanyak dua kali, yakni berupa surat utang negara dan surat berharga syariah negara.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting mengatakan, diaspora bond hanya bisa dipesan dan dibeli oleh diaspora yang memiliki Kartu Masyarakat Indonesia di Luar Negeri (KMILN). Investor adalah WNI yang tinggal di luar negeri atau warga negara asing keturunan Indonesia.
”Selama mereka mempunyai KMILN berarti dapat membeli dan memesan diaspora bond. Surat utang ini khusus untuk investor ritel atau individu,” kata Loto yang ditemui di Jakarta, Selasa (29/1/2020).
KMILN akan menjadi tanda pengenal investor diaspora bond. Fungsi KMILN sama seperti single investor identification (SID) untuk pembelian surat berharga negara (SBN) ritel bagi investor domestik. Dengan KMILN, calon investor dapat melakukan transaksi pembelian dan pemesanan diaspora bond. KMILN diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri.
Menurut Loto, sejauh ini struktur produk diaspora bond akan mirip dengan savings bond ritel (SBR). Transaksi pemesanan dan pembelian diaspora bond dilakukan secara daring melalui aplikasi mitra distribusi. Sejauh ini, belum ditetapkan maksimum dan minimum pemesanan diaspora bond.
Minimum pemesanan belum difinalkan, tetapi kami melihat Rp 1 juta per unit tidak ada salahnya. Investor bisa membeli lebih dari itu,” kata Loto.
Sebagai pembanding, minimum pemesanan SBR sebesar Rp 1 juta dan maksimum Rp 3 miliar. Jenis kupon SBR berlaku tingkat kupon minimal (floating with floor) dengan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI 7-Day Reverse Repo Rate). Pembayaran kupon akan dilakukan setiap bulan pada tanggal 10.
Loto mengatakan, pemesanan dan pembelian diaspora bond tahun ini bisa dilakukan melalui 14 mitra distribusi. Mereka terdiri dari 8 perbankan, 3 lembaga sekuritas, dan 3 perusahaan teknologi finansial (fintek). Diaspora bond akan diterbitkan sebanyak dua kali, berupa surat utang negara dan surat berharga syariah negara.
Sepanjang 2020, pemerintah akan menerbitkan delapan instrumen SBN ritel dengan target indikatif sebesar Rp 50 triliun. Kedelapan instrumen itu terdiri dari SBR, sukuk tabungan, sukuk ritel, obligasi ritel Indonesia (ORI), dan diaspora bond.
Loto menambahkan, ide penerbitan diaspora bond berawal dari tingginya minat diaspora Indonesia untuk membantu pembangunan dalam negeri. Mereka tertarik membeli surat utang yang terbitkan pemerintah sebagai wujud nasionalisme dan patriotisme. Prospek diaspora terbesar ada di negara-negara Timur Tengah, Jepang, Taiwan, dan Hong Kong.
Berdasarkan catatan Kompas, sejauh ini belum ada data pasti tentang diaspora Indonesia. Namun, sejumlah lembaga memperkirakan, jumlah diaspora Indonesia berkisar 6 juta-7 juta orang. ”Potensi diaspora bond cukup besar. Penerbitan instrumen investasi ini sudah dikoordinasikan dengan Kemenlu, asosiasi diaspora Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan,” ujar Loto.
Prospektif
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, berpendapat, prospek penerbitan diaspora bond dapat ditilik dari tingkat pendapatan ekspatriat indonesia di luar negeri. Data pendapatan sekunder dalam Neraca Pembayaran Indonesia menunjukkan, pendapatan ekspatriat indonesia tumbuh positif dalam dua tahun terakhir.
Pada 2018, pertumbuhan pendapatan ekspatriat indonesia di luar negeri mencapai 53,15 persen, sementara pada 2019 tumbuh 15,62 persen. Sebelumnya, pada 2017, pendapatan ekspatriat indonesia di luar negeri hanya tumbuh 0,89 persen.
Penerbitan diaspora bond juga tetap prospektif kendati memasuki era suku bunga rendah. Suku bunga obligasi Indonesia masih cukup atraktif sehingga instrumen investasi ini akan diminati diaspora Indonesia, terutama yang tinggal di negara-negara maju. Tren suku bunga global mendekati nol, bahkan negatif. ”Diaspora di negara maju akan mempunyai insentif lebih untuk berinvestasi di instrumen diaspora bond,” kata Josua.
Meski demikian, kata Josua, penerbitan diaspora bond tahun ini sebaiknya satu kali saja karena masih proses uji coba. Pemerintah disarankan melakukan observasi permintaan lebih detail dan langsung terlebih dahulu. Jika permintaan diaspora bond memang tinggi pada penerbitan pertama, penerbitan selanjutnya bisa ditambah.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency, Ifan Mohamad Ihsan, menambahkan, prospek penerbitan obligasi diaspora cukup besar karena karakteristik diaspora Indonesia umumnya juga sudah mapan secara finansial. Mereka termasuk penduduk berpendapatan tinggi sehingga berpotensi menjadi investor.
Menurut Ifan, era suku bunga rendah yang diperkirakan berlanjut tahun 2020 jadi momentum tepat untuk penerbitan obligasi diaspora. Pemerintah dapat memaksimalkan perolehan dana dari penerbitan surat utang ini karena penawaran tingkat kupon bisa ditekan. Beban cicilan bunga akan lebih murah.
Mengutip riset yang dipublikasikan laman Bank Dunia, salah satu negara yang terbilang sukses menerbitkan obligasi diaspora adalah India dan Israel. Sejauh ini, India telah menerbitkan obligasi diaspora sebanyak 3 kali pada 1991, 1998, dan 2000 dengan total nilai sekitar 11,3 miliar dollar AS. Jatuh tempo obligasi diaspora India selama 5 tahun.
Sementara itu, Israel setiap tahun menerbitkan obligasi diaspora setiap tahun sejak 1951. Total dana yang dihimpun dari penerbitan obligasi diaspora itu mencapai 32,4 miliar dollar AS dengan jatuh tempo berkisar 1-20 tahun.
Prospek penerbitan obligasi diaspora cukup tinggi. Riset itu juga menyebutkan, saham kelompok diaspora di kawasan Asia Pasifik dan Timur sekitar 161,5 juta dollar AS pada 2019. Adapun tabungan diaspora mencapai 397,5 miliar dollar AS atau sekitar 2,4 persen dari total pendapatan bruto regional (Kompas.id, 22/10/2019).