Inflasi Harga Pangan Bergejolak Paling Diwaspadai pada 2020
Target inflasi 2020 kisaran 3 persen-4 persen telah mempertimbangkan kondisi global, ancaman virus korona baru, harga komoditas, dan risiko domestik, termasuk penyesuaian harga yang diatur pemerintah.
Oleh
Karina isna irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menerapkan kisaran inflasi sepanjang tahun 2020 pada level 2 persen-4 persen. Inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) paling diwaspadai karena riskan terhadap gangguan cuaca dan aliran pangan distribusi ke daerah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi pada Januari 2020 sebesar 0,39 persen. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar inflasi Januari. Kelompok tersebut memberi andil 0,41 persen terhadap inflasi Desember 2019.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian Iskandar Simorangkir, Kamis (13/2/2020), mengatakan, target inflasi Januari-Desember 2020 berkisar 2 persen-4 persen. Tantangan utama berasal dari gangguan cuaca sehingga inflasi harga pangan bergejolak ditetapkan 3 persen-5 persen.
”Tantangan penyediaan pasokan di saat-saat yang dibutuhkan. Langkah yang ditempuh masih sama, yakni menurunkan disparitas antarwaktu dan antartempat,” ujar Iskandar dalam konferensi pers hasil rapat tingkat tinggi Tim Pengendali Inflasi Pusat di Jakarta.
Berkaca pada 2019, beberapa komoditas yang memiliki andil paling besar terhadap inflasi 2019 adalah emas perhiasan (0,16 persen), cabai merah (0,15 persen), tarif sewa rumah (0,1 persen), dan bawang merah (0,1 persen). Selain itu, ada juga rokok keretek filter (0,09 persen), tarif kontrak rumah (0,08 persen), bawang putih (0,06 persen), dan upah asisten rumah tangga (0,06 persen).
Inflasi pada Januari-Desember 2018 sebesar 2,72 persen dan merupakan yang terendah sejak 2012. Ditilik berdasarkan komponen, inflasi inti secara tahunan sebesar 3,02 persen, inflasi harga yang diatur pemerintah 0,51 persen, dan inflasi harga bergejolak 4,3 persen.
Iskandar menambahkan, inflasi harga bergejolak pada tahun ini diupayakan lebih rendah dari tahun lalu. Tingginya inflasi harga bergejolak pada 2019 disebabkan kemarau berkepanjangan di sejumlah daerah. Sejauh ini, pada 2020, diperkirakan tidak ada potensi gangguan cuaca ekstrem atau bencana alam yang terjadi.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan, target inflasi 2020 kisaran 3 persen-4 persen telah mempertimbangkan kondisi global, ancaman virus korona baru, harga komoditas, dan risiko domestik termasuk penyesuaian harga yang diatur pemerintah (administered price). Arah kebijakan moneter tetap akomodatif.
”Arah kebijakan moneter yang tetap akomodatif bukan hanya untuk inflasi, tetapi dalam konteks eksternal,” kata Dody.
Target inflasi 2020 kisaran 3 persen-4 persen telah mempertimbangkan kondisi global, ancaman virus korona baru, harga komoditas, dan risiko domestik, termasuk penyesuaian harga yang diatur pemerintah.
Menurut Dody, untuk mencapai target inflasi, ada empat strategi yang akan ditempuh, yakni menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Strategi ini sejalan dengan Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2019-2021.
”Implementasi strategi difokuskan untuk menurunkan disparitas harga antarwaktu dan antarwilayah,” ujarnya.
Inflasi yang terjangkar pada kisaran target 3 persen, lanjut Dody, akan menentukan kebijakan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate). Selain inflasi, penentuan kebijakan suku bunga juga mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Tetap waspada
Secara terpisah, ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Wisnu Wardana, mengemukakan, pemerintah mesti mewaspadai kenaikan inflasi yang berpotensi terjadi pada 2020 kendati masih dalam batas aman. Kenaikan inflasi ini bersumber dari peningkatan harga beberapa barang/jasa yang diatur pemerintah.
Pada 2020, pemerintah berencana meningkatkan iuran peserta program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat sebesar 100 persen. Pemerintah juga akan memangkas subsidi solar menjadi Rp 1.000 per liter dan subsidi elpiji 3 kg hingga 22 persen serta meningkatkan cukai rokok menjadi 23 persen.
Di sisi lain, kata Wisnu, kenaikan beberapa komponen harga yang diatur pemerintah akan dibarengi tren penurunan harga energi dan pangan internasional. Tren inflasi di sejumlah negara juga bergerak rendah karena tekanan dari sisi eksternal cenderung minim.
Kondisi ini menguntungkan bagi Indonesia. ”Secara keseluruhan, risiko inflasi pada 2020 cukup seimbang. Inflasi pada 2020 diproyeksikan sekitar 3,39 persen,” kata Wisnu.