Pengusaha Hotel Harapkan Insentif untuk Dongkrak Tingkat Hunian
Pelaku industri perhotelan mengharapkan adanya insentif dari pemerintah untuk memulihkan dampak wabah virus korona jenis baru. Sebulan terakhir, tingkat okupansi hotel di beberapa daerah belum juga bangkit.
Oleh
Erika Kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku industri perhotelan mengharapkan insentif dari pemerintah untuk memulihkan dampak wabah virus korona jenis baru. Meski isu wabah tersebut mulai mereda, tingkat okupansi hotel di beberapa daerah belum juga bangkit.
Director of Sales & Marketing Hotel Wyndham Casablanca Jakarta Lisa Gunawan kepada Kompas, Minggu (23/2/2020), menyampaikan, pihaknya berharap pemerintah dapat menggarap pasar lokal agar lebih memilih berwisata di dalam negeri.
”Dukungan pemerintah untuk menurunkan tiket pesawat domestik dan sarana-sarana transportasi yang lain, serta subsidi untuk kegiatan pemerintah dan perjalanan dinas, sebaiknya lebih ditingkatkan agar para instansi mengadakan rapat di hotel-hotel,” katanya.
Tak hanya itu, mereka juga berharap pemerintah menekan harga bahan baku pangan yang melambung tinggi, terutama yang diimpor dari China. Kenaikan harga juga membuat Hotel Wyndham Casablanca Jakarta yang juga menjalankan bisnis makanan dan minuman cukup tertekan.
Masih adanya pembatasan pergerakan orang dari China diakui membuat banyak tamu internasional membatalkan pemesanan kamar. Hal itu paling banyak dirasakan, terutama oleh properti-properti di Bali, yang kehilangan ribuan calon tamu seminggu setelah isu virus bernama Covid-19 itu merebak.
Pemesanan kamar dan kegiatan bisnis oleh tamu-tamu internasional lain juga berkurang, apalagi setelah status perjalanan (travel advisory) Singapura, sebagai negara transit, berubah dari hijau menjadi oranye. Penurunan hunian tersebut diperkirakan berlanjut sampai beberapa bulan kedepan.
Director of Marketing Communications Fairmont Hotel, Jakarta, Felicia Setiawan, yang dihubungi pada kesempatan lain, juga mengatakan, jumlah tamu yang berkunjung, baik untuk menginap maupun menghadiri acara di hotel mereka, juga jauh menurun dibandingkan tahun lalu. Mereka pun mencoba menjalani bisnis sebijak mungkin agar tidak semakin kehilangan tamu.
Usulan pemerintah
Pekan ini, pemerintah telah menggelar beberapa kali rapat untuk menentukan langkah menjaga gerak sektor pariwisata. Rapat koordinasi yang terakhir kali diselenggarakan Rabu (20/2/2020), masing-masing di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Kementerian Pariwisata, baru menghasilkan beberapa usulan.
Setidaknya sudah ada dua usulan, antara kebijakan insentif dan non-insentif. Pertama, menawarkan insentif kepada pelaku usaha di sektor pariwisata untuk memberikan diskon tarif agar menarik perhatian wisman dari negara lain.
Bentuknya bisa berupa insentif fiskal atau pajak kepada para pelaku usaha, atau bantuan pemerintah menanggung kebutuhan biaya pemasaran maskapai, hotel, atau perusahaan travel. Kedua, berbagai upaya kebijakan lain, seperti menggenjot perjalanan domestik dan pasar pariwisata dalam negeri, khususnya terkait kegiatan pertemuan, insentif, konvensi, dan ekshibisi (MICE).
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rizky Handayani, dikutip dari Kompas (20/2/2020), mengatakan, pemerintah belum memutuskan skema insentif di sektor pariwisata. ”Kami tidak akan kasih insentif langsung, tetapi bisnis mereka akan dibantu dipromosikan pemerintah. Jadi, bentuk dukungannya adalah lewat promosi, budget (promosi)-nya nanti dari APBN,” kata Rizky.
Sementara itu, pemerintah dan pelaku industri pariwisata di Asia Tenggara telah menginisiasi berbagai insentif untuk menggairahkan pariwisata, khususnya untuk pasar lokal (Kompas, 20/2/2020). Potongan harga tiket pesawat, akomodasi hotel, dan tambahan tur diadakan untuk meningkatkan wisatawan domestik.
Philippine Airlines, misalnya, meluncurkan diskon promosi 20-40 persen. Singapore Airlines pun menyesuaikan layanannya sementara dengan mengurangi jumlah penerbangan ke sejumlah destinasi pada tanggal tertentu.
Di Filipina, pemerintah dan pemain pariwisata telah meluncurkan kampanye perjalanan wisata yang dipimpin Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Semua perusahaan anggota Kongres Pariwisata Filipina memberikan diskon hingga 50 persen untuk hotel dan sarapan pagi, serta potongan biaya tur dan hotel hingga 30 persen.
Asia Tenggara yang kaya ragam budaya, pantai berpasir putih, aneka kehidupan laut, kehidupan malam yang meriah, dan wisata yang terjangkau adalah tujuan wisata favorit bagi wisatawan China.
Data Statistik Tahunan ASEAN 2019 menunjukkan, Asia Tenggara memperoleh kunjungan 29 juta wisatawan China pada 2018, naik 15 persen dari tahun sebelumnya. Pada periode sama, Indonesia menerima 2,1 juta kunjungan turis China.