Ibarat sudah terjatuh tertimpa tangga pula. Sudah terdampak oleh turunnya daya beli masyarakat, kini agen perjalanan juga harus menghadapi dampak wabah virus korona yang membuat masyarakat menunda rencana wisatanya.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Bisnis agen perjalanan kini tampak hidup segan mati tak mau. Napas mereka kembang kempis karena terdampak wabah virus korona jenis baru atau Covid-19. Saat ini, mereka menghadapi jilid baru gejolak ekonomi yang berdampak pada keberlanjutan bisnis mereka.
Menyebarnya penyakit Covid-19 membuat keberangkatan jemaah umrah yang menghidupi ribuan agen perjalanan dalam negeri tertunda. Penundaan itu diputuskan Pemerintah Arab Saudi sejak 27 Februari 2020 hingga waktu yang belum ditentukan.
Agen perjalanan khusus umrah seperti Qiblat Wisata pun kini tak lagi sibuk melayani calon jemaah. Hal ini terlihat dari suasana salah satu kantor cabang mereka di sudut Jakarta, yang didatangi Kompas, Kamis (5/3/2020).
Di tengah hari, Imam, staf administrasi dan operasional Qiblat Wisata di Jakarta Timur, masih bekerja sendiri. Sementara empat rekan kerja lainnya, yang sudah berkeluarga, kerap masuk lebih siang. Setiap Senin sampai Sabtu, kantor itu beroperasi sejak pukul 09.30 sampai 17.00.
Imam dan rekannya bertugas melayani pengurusan perjalanan umrah melalui situs daring mereka. Kantor cabang itu juga melayani pemasaran, pengurusan dokumen, dan perlengkapan umrah yang perlu diambil calon jemaah.
Agen perjalanan yang memiliki cabang di beberapa kota itu untuk sementara ini tak lagi bisa mengharapkan bisnis perjalanan umrah yang biasanya dilakukan dua kali sebulan. Sekali perjalanan, mereka bisa membawa 45 anggota jemaah dari berbagai wilayah.
Kini, mereka hanya mengandalkan jasa badal umrah atau mengumrahkan orang yang sudah tiada. Jasa yang tidak ditargetkan kuotanya tersebut berbiaya Rp 2,5 juta per orang atau sekitar 10 persen dari ongkos umrah pada umumnya.
”Sejauh ini, alhamdulillah, operasional masih normal. Walaupun dua bulan ke depan mungkin akan terganggu karena masih ada penutupan perjalanan umrah,” ujarnya.
Efisiensi
Pembatasan perjalanan akibat merebaknya wabah Covid-19 di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, bahkan sudah membuat agen perjalanan besar tercekik. Seperti Golden Rama Tours & Travel, agen perjalanan dengan 14 kantor cabang dan 798 pekerja, yang mulai mengencangkan ikat pinggang.
Meski pembatalan perjalanan oleh pelaku bisnis ataupun pemerintah diakui masih minimal, Head of Marketing Communication Golden Rama Ricky Hilton mengatakan, perusahaannya telah mengupayakan efisiensi sebagai langkah strategis menjaga keberlanjutan usaha.
”Langkah strategis dari kami adalah melakukan efisiensi yang optimum, seperti penghematan penggunaan listrik, air, atau produktivitas lainnya. Langkah ini memang sejalan dengan rencana aksi kami untuk menjadi perusahaan yang peduli akan lingkungan berkelanjutan,” tuturnya saat dihubungi hari ini.
Selain itu, mereka juga mulai menekan biaya iklan untuk menyesuaikan kebutuhan pasar meski segala bentuk komunikasi atau promo yang sudah dirancang untuk triwulan pertama akan tetap dijalankan. Adapun terhadap karyawan, perusahaan masih belum melakukan efisiensi. Pemutusan hubungan kerja (PHK), menurut dia, masih terlalu dini.
”Saat ini, kami aware bahwa tindakan yang tepat adalah menyusun perencanaan untuk jelang periode pada saat situasi kembali membaik (recovery plan). Hanya saja, kami akan review secara berkala termasuk persiapan untuk recovery plan tersebut. Kami optimistis, konsumen di Indonesia masih butuh traveling,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno, yang dihubungi terpisah, mengatakan, Astindo mengimbau agen perjalanan agar menutup kantor pada hari Sabtu, pengurangan jam kerja, hingga cuti tanpa dibayar (unpaid leave). Karyawan yang mempunyai hak cuti juga diimbau untuk menggunakannya.
”Ini dilakukan karena selama bulan Januari-Februari terhitung tidak ada pemasukan, belum lagi ada pembatalan-pembatalan sampai bulan April. Sementara kami harus menanggung biaya operasional kantor,” katanya.
Insentif lebih
Agen perjalanan pun mengharapkan pemerintah memberikan insentif lebih. Menurut Pauline, pemerintah belum memiliki rencana matang untuk meringankan beban pengusaha agen perjalanan seperti yang dilakukan negara lain, antara lain Singapura, Malaysia, dan Hong Kong.
Ketiga negara tersebut sudah mulai memberikan pemotongan pajak (pendapatan dan properti), penurunan bunga kredit bank khusus untuk industri pariwisata, penurunan tarif dasar listrik, bantuan tunai, kemudahan pinjaman modal untuk UMKM, dan potongan biaya sewa kantor.
”Kalau tidak ada langkah konkret untuk membantu pengusaha travel, sudah pasti akan banyak yang gulung tikar dan PHK besar-besaran seperti zaman krisis moneter lalu,” ujarnya.
Untuk mendukung industri pariwisata, pemerintah sebelumnya berinisiatif memberikan insentif transportasi menuju 10 destinasi wisata di Tanah Air. Sejak Minggu (1/3/2020) sampai 30 Mei 2020, pemerintah memberikan diskon 50 persen harga tiket pesawat untuk 25 persen kursi di setiap penerbangan.
Insentif diberikan untuk mengisi kunjungan wisatawan mancanegara yang dibatasi akibat wabah Covid-19. Badan Pusat Statistik baru-baru ini menyebutkan, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada Januari 2020 sebesar 1,27 juta kunjungan. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dengan kunjungan pada Januari 2019 yang sebesar 1,20 juta kunjungan.