Sumber Energi Terbarukan dan Jaringan Jadi Kunci Elektrifikasi
Pembangunan transmisi listrik menjadi kunci untuk menaikkan angka rasio elektrifikasi di Indonesia. Untuk daerah yang tak terjangkau jaringan listrik, pengembangan energi terbarukan setempat menjadi pilihan.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan jaringan distribusi dan transmisi listrik menjadi kunci peningkatan rasio elektrifikasi di Indonesia. Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi 2020 mencapai 100 persen, meningkat dari realisasi 2019 yang sebesar 98,89 persen. Pemanfaatan potensi lokal sumber energi terbarukan akan terus dioptimalkan.
Mengacu data pemerintah, kapasitas terpasang listrik di Indonesia pada 2019 sebesar 69.100 megawatt dan akan dinaikkan menjadi 74.800 megawatt tahun ini. Adapun panjang transmisi listrik di Indonesia, berdasarkan data PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), sampai 2019 sepanjang 57.500 kilometer sirkuit. Belum seluruh pelanggan listrik di Indonesia tersambung dalam jaringan lantaran kondisi geografi berupa kepulauan.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Rida Mulyana, Senin (16/3/2019), mengatakan, rasio elektrifikasi akan mudah diwujudkan apabila seluruh wilayah di Indonesia terjangkau jaringan listrik. Masalahnya, kondisi geografis berupa kepulauan menjadi tantangan tersendiri untuk memperluas jaringan listrik di Indonesia.
Masih banyak wilayah di Indonesia, khususnya di wilayah terpencil, yang masih menggunakan pembangkit listrik berbahan bakar minyak jenis solar.
”Jaringan menjadi kunci. Masalahnya, tak semua pelanggan listrik terjangkau oleh jaringan karena kondisi geografis. Untuk wilayah terpencil, misalnya, ongkos penyambungan listrik ke pelanggan rumah tangga jauh lebih mahal ketimbang di wilayah yang jaringan listriknya sudah mapan,” kata Rida di Jakarta.
Untuk wilayah terpencil, misalnya, ongkos penyambungan listrik ke pelanggan rumah tangga jauh lebih mahal ketimbang di wilayah yang jaringan listriknya sudah mapan.
Rida mencontohkan, biaya penyambungan listrik pelanggan rumah tangga di Jawa rata-rata sebesar Rp 800.000 per rumah tangga. Dibandingkan di luar Jawa, misalnya di wilayah Maluku, biayanya mencapai Rp 2 juta per rumah tangga. Oleh karena itu, pengembangan elektrifikasi dengan pemanfaatan potensi lokal energi terbarukan menjadi jalan keluar.
Sementara itu, pada 12 Maret 2020, PLN berhasil menuntaskan pembangunan transmisi saluran udara tegangan ekstratinggi (SUTET) dengan kapasitas 275 kilovolt ampere yang membentang dari Kabupaten Lahat di Sumatera Selatan ke Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Transmisi sepanjang 2.936 kilometer sirkuit tersebut kian memperkuat pasokan listrik di wilayah Sumatera.
Proyek yang dikenal sebagai pembangunan ”tol listrik” Sumatera tersebut terdiri dari 3.789 tower, 14 gardu induk, dan menyerap tenaga kerja sebanyak 10.988 orang. Transmisi itu mampu mengalirkan daya listrik hingga 2.000 megawatt.
”Transmisi ini mampu menurunkan biaya pokok produksi listrik di Sumatera dan menurut perhitungan kami akan ada penghematan biaya sebesar Rp 163 miliar per bulannya,” kata Vice President Konstruksi Jaringan PLN Regional Sumatera Binara Nainggolan dalam keterangan resmi.
Investasi mahal
Untuk optimalisasi pembangkit dari sumber energi terbarukan, sampai 2019, porsi energi terbarukan dalam bauran energi pembangkit listrik PLN sebesar 12,36 persen. Batubara masih berperan dominan sebesar 60,5 persen disusul gas 23,11 persen, dan bahan bakar minyak 4,03 persen.
Khusus pembangkit listrik dari energi terbarukan, pemerintah menargetkan kapasitas terpasang tahun ini menjadi 10.843 megawatt. Target itu naik dari kapasitas terpasang tahun lalu yang sebesar 10.157 megawatt.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan pada Kementerian ESDM Harris mengatakan, setidaknya perlu investasi senilai 17,8 miliar dollar AS untuk pengembangan sumber energi terbarukan dalam lima tahun ke depan. Total kapasitas terpasang untuk investasi energi terbarukan tersebut mencapai 9.050 megawatt.
Perlu investasi senilai 17,8 miliar dollar AS untuk pengembangan sumber energi terbarukan dalam lima tahun ke depan.
Adapun jenis sumber energi terbarukan yang hendak dikembangkan adalah panas bumi, tenaga surya, bayu, hidro, dan bioenergi. ”Kami berencana mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya bukan hanya untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi juga untuk pemenuhan listrik bagi industri skala kecil,” kata Harris.