Kebutuhan logistik untuk belanja daring bahan makanan sehat, seperti sayur dan buah, meningkat pesat. Sepekan terakhir, kenaikan pengiriman bahan makanan sehat meningkat hampir 30 persen.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan pengiriman barang mencatat kenaikan volume pengiriman untuk bahan makanan sehat. Sepekan terakhir, pengiriman bahan makanan sehat, seperti daging, buah dan sayur, meningkat hampir 30 persen.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia dan juga Chief Operating Officer Paxel, Zaldy Ilham Masita, Kamis (19/3/2020), mengemukakan, jasa logistik meningkat tajam terutama karena sebagian orang kini bekerja di rumah (WFH) untuk mengurangi penyebaran virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19. Pengiriman yang melonjak tajam terutama bahan makanan siap masak, seperti sayur, yang dibeli melalui transaksi daring.
”Dalam sepekan, Paxel mencatat kenaikan pengiriman bahan makanan sehat hingga 80 persen,” ujarnya di Jakarta.
Dalam sepekan, Paxel mencatat kenaikan pengiriman bahan makanan sehat hingga 80 persen.
Menurut Zaldy, peningkatan logistik untuk bahan makanan sehat menyerupai yang terjadi di Wuhan, China, ketika dimulainya wabah Covid-19. Sewaktu Pemerintah China menerapkan penutupan total (lockdown) di Wuhan, logistik yang naik tajam adalah bahan baku makanan seperti sayur dan buah.
”Biasanya permintaan logistik didominasi produk makanan siap saji karena enggak sempat (masak). Sekarang, kondisinya bergeser. Sebagian orang tinggal dan bekerja dari rumah sehingga produk yang banyak dipesan adalah daging segar, ikan, buah, dan sayur,” katanya.
Zaldy mengemukakan, tren beralihnya masyarakat ke belanja daring ditunjang dengan kapasitas logistik. Namun, industri logistik dinilai perlu segera beradaptasi untuk mendorong pengiriman yang aman dari potensi penyebaran Covid-19.
”Saat ini, kapasitas industri logistik masih memadai untuk menghadapi lonjakan pengiriman. Hanya kapasitas logistik yang bebas virus dan aman saat ini masih jauh dari cukup,” katanya.
Lonjakan jasa logistik, kata Zaldy, wajib diimbangi dengan keamanan pengepakan dan pengiriman barang guna mengantisipasi penyebaran Covid-19. Apabila jalur logistik kurang aman, dikhawatirkan produk bahan makanan justru menjadi sarana penyebaran virus.
Beberapa perusahaan logistik telah melakukan antisipasi penyebaran Covid-19 dengan menyediakan kelengkapan untuk kurir, seperti masker, sarung tangan, gel pembersih tangan (hand sanitizer). Cara lain adalah menambah bungkus pengiriman untuk bahan makanan. Setiap bahan makanan dibungkus ulang dengan plastik atau karton sehingga memberikan rasa aman untuk konsumen.
Di sisi lain, masih banyak usaha logistik seperti truk dan gudang yang belum menerapkan keamanan penanganan barang. ”Jika kesiapan sarana logistik tidak segera diantisipasi oleh pelaku usaha, kapasitas layanan dikhawatirkan turun,” katanya.
Menurut Zaldy, becermin dari penutupan total di Wuhan, hanya perusahaan logistik yang menjamin prosesnya bebas virus yang diizinkan beroperasi. Sementara itu, terjadi kelangkaan dan mahalnya harga masker di dalam negeri.
”Kami berharap pemerintah bisa mengurai kelangkaan dan mahalnya harga masker, antara lain dengan membuka izin impor pengadaan masker yang merupakan alat kesehatan,” katanya.
Hanya perusahaan logistik yang menjamin prosesnya bebas virus yang diizinkan beroperasi. Sementara itu, terjadi kelangkaan dan mahalnya harga masker di dalam negeri.
Secara terpisah, Vice President Public Relations Blibli.com Yolanda Nainggolan mengemukakan, Blibli.com memastikan barang kiriman, khususnya produk makanan dan minuman, telah terjamin kualitas kebersihannya untuk mencegah penyebaran virus korona baru. Langkah yang dilakukan antara lain proses sanitasi, serta mengurangi kontak antara kurir dan konsumen.
Kurir layanan logistik Blibli (BES) juga dibekali dengan masker dan sarung tangan. Selain itu, mendorong mitra logistik untuk menerapkan standar prosedur pengiriman tanpa kontak.
”Tanda tangan di telepon seluler yang menjadi prasyarat serah terima produk dari kurir ke pelanggan untuk sementara tidak dilakukan dan diganti dengan pengambilan foto saat menerima barang,” ujarnya.
Sementara itu, Lisa Widodo, Executive Vice President (EVP) of Operations Blibli.com, menambahkan, Blibli.com juga berkolaborasi dengan mitra penjual untuk mengamankan ketersediaan produk. Produk-produk itu mulai dari kebutuhan sehari-hari di rumah, produk kesehatan, produk digital seperti pulsa, hingga fitur pembayaran tagihan.
Terkait itu, Blibli.com menerapkan pembatasan pembelian produk, khususnya untuk produk-produk sensitif terkait situasi saat ini, seperti gel pembersih tangan (hand sanitizer), cairan antiseptik, masker, dan produk bahan kebutuhan pokok.
”Ini sesuai dengan anjuran Pemerintah Indonesia untuk melakukan pembatasan pembelian stok untuk menghindari pihak-pihak yang bertujuan untuk menimbun barang,” ujarnya.
Penerapan pembatasan pembelian produk tertentu tersebut diterapkan mulai
16 Maret hingga akhir Maret 2020. Kebijakan ini dimungkinkan berlanjut sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.