Bank Dunia Pinjamkan 300 Juta Dollar AS untuk Indonesia
Indonesia menghimpun dana untuk penanganan Covid-19. Kali ini, Indonesia mendapat pinjaman dari Bank Dunia senilai 300 juta dollar AS.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia mendapat pinjaman 300 juta dollar AS yang akan digunakan untuk memperkuat sektor keuangan dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Jumlah itu setara dengan Rp 4,982 triliun jika mengacu pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Senin (23/3/2020), yakni Rp 16.608 per dollar AS.
Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia, dalam siaran pers, menyetujui pinjaman 300 juta dollar AS untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam reformasi sektor keuangan. Penguatan sektor keuangan untuk mempertahankan kegiatan ekonomi terus berjalan.
Menurut Bank Dunia, saat ini sekitar setengah penduduk dewasa Indonesia tidak memiliki rekening bank. Akibatnya, kesempatan untuk melakukan investasi bagi masa depan serta mendapat perlindungan dari guncangan finansial dan nonfinansial terbatas.
Di sisi lain, keterbatasan layanan keuangan dan kekurangan insentif untuk tabungan jangka panjang menciptakan risiko lebih lanjut bagi individu. Kondisi ini membatasi peluang berinvestasi di sektor-sektor penting, di antaranya infrastruktur.
”Sektor keuangan yang sehat dan berfungsi dengan baik sangat penting untuk mempertahankan pertumbuhan Indonesia serta mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi pemerintah dan pengentasan kemiskinan, terutama di tengah kondisi global yang terus menantang,” kata Satu Kahkonen, Country Director Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste.
Fundamen makroekonomi Indonesia dinilai cukup kuat. Tingkat kemiskinan sekitar 9 persen. Namun, dengan kondisi laju pengentasan rakyat miskin yang melambat, pemerintah harus melindungi penduduk yang masih berjuang mencapai keamanan finansial kelas menengah.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman yang dimintai konfirmasi mengatakan, pinjaman Bank Dunia akan digunakan untuk membantu percepatan agenda reformasi sektor keuangan Indonesia.
Ada tiga kebijakan utama terkait percepatan agenda reformasi ini. Pertama, memperluas produk pasar keuangan dan memobilisasi tabungan jangka panjang. Tujuannya, meningkatkan ketersediaan dana dan akses terhadap peluang keuangan bagi individu dan perusahaan. Kedua, meningkatkan efisiensi sektor keuangan dengan menjadikan praktik keuangan lebih transparan, andal, dan berbasis teknologi. Ketiga, memperkuat ketahanan sektor keuangan dari guncangan dengan mempromosikan praktik keuangan berkelanjutan, membangun mekanisme keuangan risiko bencana, serta kerangka kerja resolusi.
”Percepatan reformasi lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi dan inklusi tanpa mengabaikan stabilitas diperlukan untuk membiayai kurangnya infrastruktur dan memperluas peluang ekonomi bagi individu dan usaha di Indonesia,” ujar Luky.
Percepatan reformasi lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi dan inklusi tanpa mengabaikan stabilitas diperlukan untuk membiayai kurangnya infrastruktur dan memperluas peluang ekonomi bagi individu dan usaha di Indonesia.
Saat ini, pemerintah tengah menggalang pinjaman luar negeri untuk penanganan Covid-19. Selain antisipasi kekurangan dana penanganan Covid-19, pinjaman multilateral dan bilateral diperlukan untuk menjaga perekonomian agar tetap tumbuh positif.
Pada 2020, pemerintah menetapkan pagu pinjaman dalam APBN sebesar Rp 37,5 triliun. Adapun realisasi pinjaman per Februari 2019 sebesar Rp 1,7 triliun atau 4,6 persen dari pagu.
Sabtu (21/3/2020), Bank Pembangunan Asia (ADB) memberikan hibah senilai 3 juta dollar AS untuk penanganan Covid-19 di Indonesia. Hibah diberikan untuk membeli peralatan medis, seperti ventilator, sarung tangan, apron, dan masker bagi tenaga medis. ADB menyiapkan paket hibah senilai 6,5 miliar dollar AS untuk membantu negara-negara berkembang menangani pandemi Covid-19.