Harga gula pasir di sejumlah daerah makin jauh dari harga acuan tertinggi. Kekurangan stok di pasar membuat harga gula naik 28,4 persen secara nasional dalam kurun tiga bulan terakhir.
Oleh
TIM KOMPAS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harga rata-rata gula pasir nasional sepanjang April 2020 mencapai Rp 18.300 per kilogram, naik 28,4 persen dibandingkan dengan harga rata-rata pada Januari 2020 yang tercatat Rp 14.250 per kilogram. Angka itu di atas harga acuan yang ditetapkan Rp 12.500 per kilogram. Warga berharap harga gula segera turun.
Menurut Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata harga tertinggi di tingkat provinsi, antara lain, terjadi di Kalimantan Tengah, yakni Rp 20.700 per kilogram (kg), Papua Barat (Rp 20.650 per kg), Sulawesi Tenggara (Rp 21.100 per kg), dan Kalimantan Utara (Rp 20.250 per kg). Harga umumnya mencapai fase tertinggi dalam kurun empat bulan terakhir.
Kurangnya stok di pasar membuat harga gula terus naik. Adapun stok gula di gudang-gudang milik Perum Bulog tidak cukup besar untuk mengintervensi pasar dengan menggelontorkan gula ke masyarakat. Kepala Perum Bulog Papua dan Papua Barat Sopran Kenedi, Jumat (24/4/2020), di Jayapura, mengatakan, saat ini pihaknya sama sekali tidak memiliki stok gula di Papua dan Papua Barat.
Kurangnya stok di pasar membuat harga gula terus naik.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, UKM, dan Tenaga Kerja Papua Laduani Ladamay mengakui adanya kelangkaan gula di Papua beberapa bulan terakhir. ”Kami bekerja sama dengan PT Pelni (Persero) untuk membawa barang kebutuhan pokok ke Papua beberapa minggu terakhir,” ujarnya.
Di Lampung, Kepala Seksi Sekretaris Umum dan Humas Bulog Lampung Rafki Ismael mengatakan, sejak Maret 2020, Bulog bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Lampung menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga gula. Setiap kilogram gula kemasan dijual sesuai harga acuan Rp 12.500.
Namun, setelah turun ke level Rp 16.000 per kg, harga gula naik lagi menjadi Rp 17.000-Rp 18.000 per kg. Menurut sejumlah pedagang, stok gula juga semakin tipis. ”Pasokan gula belum datang sejak tiga hari lalu,” ujar Sanimah, pemilik toko bahan pokok di Kecamatan Natar, Lampung Selatan.
Selain harga yang relatif tinggi, tak mudah bagi pembeli untuk mendapatkannya di pasaran. Di toko swalayan berjejaring di Surabaya, Jawa Timur, misalnya, stok gula kosong. Warga biasanya mendapatkannya di pasar atau toko kelontong meski jumlah pembelian dibatasi maksimal 2 kg.
”Harga gula belum turun signifikan sejak akhir 2019. Stoknya pun tak sebanyak saat normal,” kata Sutik (49), pemilik toko kelontong di Rungkut, Surabaya. Brilliant Johan Anugerah dari Humas PT Perkebunan Nusantara XI mengatakan, stok gula di PTPN XI sudah habis sejak awal Februari 2020.
Harga gula di pasaran melonjak karena stok benar-benar tidak ada.
Sejak sebulan lalu tak ada lagi gula yang dipasarkan untuk masyarakat karena tidak ada stok. ”Gula petani paling cepat bisa diproduksi pada Juni saat memasuki musim giling,” ujarnya. Sekretaris Jenderal Asosiasi Gula Indonesia Aris Toharisman menyatakan, saat ini tidak ada stok gula, baik di pabrik maupun pedagang.
”Harga gula di pasaran melonjak karena stok benar-benar tidak ada, sementara izin impor yang sudah diberikan pemerintah sampai hari ini barangnya belum masuk,” kata Aris yang juga menjabat Direktur Operasional PT Perkebunan Nusantara X. Kementerian Perdagangan mengizinkan impor gula mentah (raw sugar) sebanyak 268.172 ton untuk pengadaan hingga April 2020 dan 265.800 ton untuk pengadaan hingga Juni 2020
Gula mentah impor itu akan diolah menjadi gula konsumsi. Izin terbit pada Februari-Maret 2020. Petani khawatir gula impor masuk ke pasar saat musim giling tiba. Mereka berharap pemerintah mencegah anjloknya harga jual gula petani.