Meskipun tren secara global menunjukkan pergerakan pasar bursa dunia ke arah penguatan, penanganan pandemi Covid-19 di dalam negeri tetap menjadi perhatian utama investor asing.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepercayaan investor untuk masuk ke pasar modal Indonesia diharapkan kembali pulih. Sejauh ini, peluang pasar saham dalam negeri kembali stabil terbuka.
Peluang stabilitas itu tecermin dari penguatan Indeks Harga Saham Gabungan dalam sebulan terakhir.
Pada penutupan perdagangan, Kamis (30/4/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHGS) ditutup menguat 3,26 persen ke level 4.716,403. Kendati sejak awal tahun ini hingga pekan lalu IHSG masih terkoreksi 25,13 persen, dalam sebulan terakhir IHSG menguat 5,61 persen.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, tren positif pada IHSG ditopang penguatan bursa saham dunia. Penguatan didukung sentimen positif pelonggaran pembatasan sosial di sejumlah negara di kawasan Eropa dan Asia.
”Di seluruh dunia, kasus Covid-19 mulai menurun, mulai dari jumlah kasus baru hingga angka kematian. Sentimen ini yang mendorong pasar global bergerak naik,” ujarnya saat dihubungi, Minggu (3/5/2020).
Sentimen positif bertambah setelah Uni Eropa berencana membuat pendanaan bersama dan akan mempertimbangkan pelonggaran kuantitatif, yaitu memperluas program pembelian obligasi 750 miliar euro.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per Minggu malam, sebanyak 3,318 juta kasus Covid-19 terkonfirmasi di dunia.
Sepanjang April 2020, mayoritas bursa saham global, termasuk Asia, menguat. Indeks Nikkei 225 Jepang naik 6,75 persen ke level 20.193,69. Sementara Dow Jones Industrial Average AS melaju 11,08 persen ke level 24.345,72. Di Eropa, indeks bursa saham FTSE 100 Inggris juga menguat 4,04 persen ke level 5.901,21.
”Apabila obat Covid-19 dapat ditemukan, pemulihan ekonomi dunia akan lebih cepat dan mendorong pasar keuangan, termasuk bursa saham, naik,” ujar Hans.
Namun, ia memberi catatan perihal sentimen negatif yang dapat menggerus bursa saham dunia. Sentimen negatif itu antara lain laporan keuangan triwulanan. Sejauh ini ada 236 perusahaan di indeks S&P 500 yang melaporkan kinerja triwulanan.
Sejauh ini, di kawasan ASEAN, pelemahan indeks saham di Indonesia nomor dua terdalam setelah Filipina, yang sebesar 27,06 persen sejak awal tahun ini.
Berdasarkan data BEI, kapitalisasi pasar IHSG meningkat 4,09 persen menjadi Rp 5.454 pada Kamis pekan lalu. Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian selama sepekan naik 6,99 persen, dari Rp 6,530 triliun pada penutupan perdagangan pekan sebelumnya menjadi Rp 6,987 triliun pada pekan lalu.
Terbatas
Di Indonesia, penguatan indeks saham masih cenderung terbatas karena investor asing masih membukukan penjualan bersih.
Berdasarkan data BEI, secara agregat pada April 2020, investor asing membukukan penjualan bersih di pasar reguler senilai Rp 8,6 triliun. Adapun pada Kamis (30/4/2020), investor asing membukukan pembelian bersih Rp 431,72 miliar.
”Dalam kebijakan moneter, pelonggaran kuantitatif Bank Indonesia dan restrukturisasi kredit perbankan belum mampu membendung jual bersih investor asing,” kata Hans.
Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota BEI Laksono Widito Widodo menyampaikan, penguatan IHSG dalam sebulan terakhir dipicu penguatan rupiah terhadap dollar AS. Menurut dia, sejauh ini data ekonomi makro dalam negeri dinilai cukup baik.
”Keseimbangan perdagangan dan penguatan rupiah berjalan beriringan. Semoga IHSG pada periode Mei 2020 akan semakin baik,” ujar Laksono.
Sementara itu, Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera, Janson Nasrial, memproyeksikan, tantangan yang dihadapi IHSG akan berat. Sebab, kondisi keuangan triwulan II-2020 tidak akan sebaik pada triwulan I-2020. Menurut Janson, kepercayaan investor global untuk kembali masuk ke pasar modal domestik akan bergantung pada perkembangan positif dari penanganan pandemi Covid-19.