Perekonomian Indonesia tumbuh 2,97 persen secara tahunan pada triwulan I-2020. Kendati pertumbuhan ekonomi anjlok—dibandingkan dengan kisaran 5 persen selama ini— IHSG tetap berada di zona hijau.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku pasar modal sudah mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2020. Hal itu tecermin dari posisi Indeks Harga Saham Gabungan yang konsisten di zona hijau pada perdagangan Selasa (5/5/2020).
Kendati sempat menyentuh 4.605,49 pada pukul 11.20, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada posisi 4.630,13 atau menguat 0,54 persen. Sejak awal tahun ini, IHSG melemah 26,5 persen.
Pada perdagangan Selasa, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), dana yang masuk ke pasar saham Rp 5,39 triliun. Namun, investor asing masih membukukan penjualan bersih Rp 429,95 miliar. Sementara itu, sejak awal tahun ini, investor asing membukukan penjualan bersih Rp 10,865 triliun. Dari seluruh saham yang diperdagangkan, sebanyak 221 saham harganya menguat, 177 saham terkoreksi, dan 147 saham nilainya tetap.
Analis Indopremier Sekuritas, Mino, mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2020 sudah diperkirakan pelaku pasar. Bagi sejumlah investor, produk domestik bruto (PDB) yang masih tumbuh, yakni sebesar 2,97 persen secara tahunan pada triwulan I-2020, menjadi sentimen positif.
”Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif. Kondisi ini beda dengan negara besar lain, seperti China dan Amerika Serikat, dengan pertumbuhan ekonomi negatif di triwulan pertama 2020,” ujarnya.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2020 sudah diperkirakan pelaku pasar.
Kondisi perekonomian global dan negara-negara di dunia dipengaruhi pandemi Covid-19. Dalam konferensi pers secara dalam jaringan, Selasa, Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menuturkan, konsumsi rumah tangga mesti dijaga karena masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia, yakni 58,14 persen. Pada triwulan I-2020, konsumsi rumah tangga tumbuh 2,84 persen, anjlok dibandingkan dengan triwulan I-2019 yang sebesar 5,02 persen.
Senin (4/5/2020), perusahaan teknologi finansial bidang sistem pembayaran PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk meraup Rp 87,5 miliar saat mencatatkan saham perdana di BEI. Cashlez Indonesia menjadi perusahaan ke-27 yang melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2020.
Lewat penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO), Cashlez melepas jumlah saham sebanyak 250 juta saham baru, dengan harga Rp 350 per saham. Jumlah modal ini meliputi sekitar 17,5 persen dari modal disetor dan ditempatkan.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, langkah masuk ke pasar modal merupakan cara menikmati kesempatan pertumbuhan. (DIM)