Kinerja Krakatau Steel Dijaga, Garuda Indonesia Mesti Tetap Terbang
Dana talangan digunakan perusahaan untuk menopang kinerja yang tergerus akibat pandemi Covid-19.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO/AGNES THEODORA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 berdampak pada berbagai sektor industri, termasuk industri baja dan industri penerbangan. Pemberian dana talangan bagi BUMN diharapkan dapat mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan yang dikutip Rabu (10/6/2020), lima BUMN mendapat dukungan tambahan. Kelima BUMN itu adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Perkebunan Nusantara (Persero), dan Perum Perumnas.
Direktur Utama Krakatau Steel (Persero) Silmy Karim melalui pesan tertulis, Selasa (9/6/2020), menyampaikan, tekanan akibat pandemi Covid-19 terhadap kondisi ekonomi nasional sejak April 2020 menurunkan permintaan industri baja hingga 50 persen. Akibatnya, utilisasi industri menjadi rendah.
”Hal ini berdampak pada modal kerja pelaku industri yang tergerus karena harus menanggung beban selama tiga bulan terakhir untuk mempertahankan pabrik tetap beroperasi,” kata Silmy.
Keterbatasan modal kerja menyulitkan pelaku industri membeli bahan baku dan membiayai operasionalisasi pabrik. Industri hilir dan industri pengguna baja kemungkinan besar akan menutup pabrik secara permanen apabila kondisi ini berlarut-larut dan tidak ada langkah antisipasi.
Krakatau Steel, sebagai BUMN dengan dukungan pemerintah, berinisiatif menggerakkan kembali industri hilir dan industri pengguna baja agar tetap beroperasi. Inisiatif tersebut diharapkan menormalkan kembali rantai pasok industri hulu, antara, hingga hilir yang akhirnya dapat mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga beralasan, pemberian dana talangan kepada Krakatau Steel merupakan hal yang wajar. Perusahaan itu bergerak di hulu. Jika dibiarkan merugi, hal itu akan memberikan dampak berganda terhadap industri lain di sisi hilir. ”Kalau dimatikan, yang rugi Indonesia. Wajar jika diberi pinjaman untuk dana talangan,” katanya.
Arya mengemukakan, perusahaan BUMN tetap harus mencari dana dari pihak lain untuk membayar utang. Perusahaan BUMN tidak bisa memanfaatkan suntikan dana talangan dari Pemulihan Ekonomi Nasional untuk membayar utang.
Kalau dimatikan, yang rugi Indonesia. Wajar jika diberi pinjaman untuk dana talangan. (Arya Sinulingga)
Secara terpisah, pada diskusi daring Forum Wartawan Perhubungan, Selasa (9/6/2020) petang, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra menuturkan, dalam kondisi apa pun, Garuda harus selalu terbang karena merupakan mandat pendirian maskapai tersebut.
”Kami harus terus sekreatif mungkin menyikapi situasi sambil mencari cara mengembalikan atau mempercepat pemulihan,” katanya.
Menurut Irfan, hal yang dibutuhkan adalah kepercayaan bahwa situasi akibat pandemi Covid-19 akan berlalu. Semakin cepat pandemi berlalu, pemulihan ekonomi juga akan semakin cepat.