Sebanyak 90 persen pelaku yang terlibat dalam rantai pasok pangan merupakan UMKM. Artinya, UMKM memiliki peran penting dalam penyediaan pangan nasional, terutama saat pandemi Covid-19.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di bidang pangan membutuhkan sosialisasi dan pengetahuan terkait teknologi yang dapat diterapkan agar dapat mendongkrak dayanya selama pandemi Covid-19. Teknologi pengemasan menjadi salah satu kebutuhan UMKM pangan di tengah tren pemesanan makanan-minuman secara dalam jaringan atau daring.
Peneliti Utama Teknologi Pangan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Kementerian Pertanian Joni Munarso menuturkan, pandemi Covid-19 membuat konsumen memilih makanan siap masak atau memasak di rumah. Mereka juga memperhatikan kebersihan dan keamanan pangan, serta menyoroti pemasok bahan atau produk makanan.
”Artinya, ada perubahan preferensi konsumen yang mesti ditangkap oleh pelaku UMKM,” ujarnya dalam diskusi daring yang digelar Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sahid, Jakarta, Selasa (16/6/2020).
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sahid, Jakarta, Giyatmi mengatakan, sebanyak 90 persen pelaku yang terlibat dalam rantai pasok pangan merupakan UMKM. Artinya, UMKM memiliki peran penting dalam penyediaan pangan nasional, terutama saat pandemi Covid-19.
Sebanyak 90 persen pelaku yang terlibat dalam rantai pasok pangan merupakan UMKM. Artinya, UMKM memiliki peran penting dalam penyediaan pangan nasional, terutama saat pandemi Covid-19.
Agar dapat tetap berdaya di tengah pandemi Covid-19, Ketua Komite Tetap Ketahanan Pangan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Franciscus Welirang menyatakan, UMKM pangan membutuhkan akses terhadap teknologi, khususnya dalam pengolahan atau produksi makanan dan minuman di skala dapur rumah tangga. Dalam hal ini, para pakar, akademisi, dan ahli mesti mampu menyosialisasikan dan mengomunikasikan teknologi itu kepada pelaku UMKM.
Salah satu teknologi yang dibutuhkan pelaku UMKM berkaitan dengan pengemasan. ”Saat ini, teknik pengemasan yang mampu memperpanjang masa simpan pangan, menjaga kualitas pangan, dan membuat pangan aman selama proses pengantaran menjadi penting,” ujarnya.
Saat ini, teknik pengemasan yang mampu memperpanjang masa simpan pangan, menjaga kualitas pangan, dan membuat pangan aman selama proses pengantaran menjadi penting.
Kebutuhan itu, menurut Franciscus, beriringan dengan tren pemesanan makanan secara daring. Kecenderungan ini timbul lantaran pandemi Covid-19 membuat mayoritas aktivitas masyarakat berpusat di tempat tinggal.
Survei McKinsey & Company bertajuk ”Implications of Covid-19 for Retail and Consumer Goods in Indonesia” menyebutkan, sebanyak 32 persen responden menyatakan lebih sering memesan makanan melalui aplikasi ponsel. Responden survei ini berjumlah 711 orang dan hasilnya dipublikasikan pada pertengahan Mei 2020.
Selain itu, survei yang sama menyatakan, responden lebih memilih memesan makanan secara daring dibandingkan ke kios fisik selama pandemi Covid-19. Bahkan, sebanyak 52 persen sangat berminat membeli produk-produk dari pelaku UMKM lokal.
Sementara itu, mengutip penelitian dari Binklye, dosen Program Studi Teknologi Pangan Universitas Sahid, Jakarta, Rahmawati, mengatakan, konsumen menginginkan kemasan pangan yang tak mudah bocor, menjaga suhu makanan, menjaga tingkat kelembaban makanan, memiliki pemisah jika komponen dalam makanan lebih dari satu, serta dapat dipanaskan dengan microwave atau oven.
Adapun penelitian dari Boyce menyebutkan, kemasan produk pangan mesti memiliki tutup yang rapat dan transparan, dapat didaur ulang, mudah digunakan, tahan panas, dan berkualitas food grade atau layak pakai sesuai standar kesehatan.
Kebiasaan konsumen dalam memesan makanan secara daring, menurut Rahmawati, membuat minat terhadap pangan beku meningkat. ”Persepsi masyarakat terhadap makanan beku sudah berubah. Masyarakat kini menilai, kualitas makanan beku sebaik makanan segar,” katanya.
Dari sisi keamanan produksi dan pengolahan pangan selama pandemi Covid-19, Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB University Purwiyatno Hariyadi menyatakan, pelaku UMKM mesti disiplin menerapkan kebiasaan-kebiasaan dasar. Contohnya, sering mencuci tangan pada saat proses pengolahan pangan.