E-dagang tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19. Sementara itu, sektor jasa yang melibatkan kontak fisik dengan konsumen dan ditopang layanan digital tumbang.
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 di satu sisi menumbuhkan ekonomi digital di Indonesia melalui lonjakan bisnis berbasis e-dagang dan pusat data. Namun, di sisi lain, pandemi dapat menumbangkan beberapa sektor jasa yang ditopang ekosistem digital.
Bank Indonesia (BI) menyebutkan, transaksi harian berbasis sistem Standardisasi Kode Respons Cepat Indonesia atau QRIS meningkat di tengah pandemi Covid-19. Hal ini menunjukkan akseptasi atau penerimaan masyarakat terhadap e-dagang meningkat di tengah menurunnya penjualan ritel.
BI mencatat, per 12 Juni 2020, jumlah merchant atau penjual/pedagang pengguna QRIS per 12 Juni 2020 sebanyak 3,64 juta orang. Jumlah itu mencakup kategori usaha besar sebanyak 176.722 pedagang, usaha menengah 306.379 pedagang, usaha kecil 645.925 pedagang, usaha mikro 2.529.481 pedagang, dan donasi atau sosial 8.770 pengguna.
Sementara transaksi harian menggunakan sistem QRIS pada April 2020 sebanyak 4,8 juta transaksi dengan nilai total 2,4 miliar dollar AS. Jumlah transaksi tersebut naik dibandingkan dengan rata-rata bulanan jumlah transaksi pada triwulan II-2019. Nilai transaksi tersebut juga melonjak 26 persen dari rata-rata nilai transaksi bulanan pada triwulan II-2019.
”Melalui platform e-dagang, penjualan meningkat, transaksi harian naik, konsumen baru naik, dan permintaan melonjak,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam seminar nasional secara daring bertajuk ”QRIS di Masa Pandemi Covid-19 dan Normal Baru” di Jakarta, Rabu (24/6/2020).
Perry menambahkan, ada 51 persen konsumen baru yang pertama kali belanja secara daring saat penerapan pembatasan sosial berskala besar. Volume permintaan melalui platform e-dagang pun meningkat 5-10 kali lipat saat pandemi, terutama di produk-produk kebutuhan harian.
Pusat data
Perusahaan raksasa teknologi asal Amerika Serikat, Google, resmi mengoperasikan pusat data di Jakarta. Kehadiran pusat data ini diharapkan dapat membantu pelanggan dan calon pelanggan baru memanfaatkan teknologi Google Cloud untuk mentransformasikan bisnis secara digital.
CEO Google Cloud Thomas Kurian, Rabu, mengatakan, lokasi pusat data yang lebih dekat akan memangkas waktu latensi atau jeda proses waktu dalam penggunaan layanan. Melalui pusat data di Jakarta, Google Cloud memberikan lima layanan, yaitu komputasi awan, basis data, penyimpanan dan keamanan, mahadata, serta jaringan berbasis internet.
Sementara itu, pandemi Covid-19 membuat permintaan terhadap bisnis Gojek yang melibatkan kontak fisik menurun sehingga layanan bisnis jasa itu dihentikan. Lini bisnis Gojek yang dihentikan adalah GoLife, yang terdiri dari GoClean dan GoMassage, serta GoFood Festival. Dari dua lini bisnis ini, ada 430 karyawan yang dihentikan bekerja.
Direktur Eksekutif Indonesia Information Communication Technology Institute Heru Sutadi mengatakan, layanan GoLife dan GoFood Festival dinilai tidak menghasilkan atau tidak tumbuh sehingga mesti dilepas,” katanya, Rabu.
Bagi 430 karyawan yang terkena dampak penghentian layanan, Gojek memberi pesangon sebesar minimal gaji empat pekan ditambah empat pekan gaji setiap tahun sesuai masa kerjanya dan memperpanjang asuransi kesehatan hingga 31 Desember 2020.
Sementara mitra GoLife dan GoFood Festival yang terdampak akan diberikan program peningkatan keterampilan dan bantuan dana tunai bagi mitra aktif yang memenuhi kriteria.