Pasar Barter Wulandoni Lembata Juara Nasional Normal Baru
Pasar barter di Desa Wulandoni, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, mendapat penghargaan sebagai juara nasional normal baru 2020 kategori pasar tradisional jenis pasar barter.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
LEWOLEBA, KOMPAS — Pasar barter di Desa Wulandoni, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, mendapat penghargaan sebagai juara nasional normal baru 2020 kategori pasar tradisional jenis pasar barter. Pembeli dan penjual di pasar ini sama-sama menaati protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Pasar yang mempertemukan warga pegunungan dan warga pesisir ini pun menyabet hadiah Rp 3 miliar.
Bupati Lembata Tomas Ola Langoday dihubungi di Lewoleba, Lembata, Kamis (25/6/2020) malam, mengatakan, pasar barter Wulandoni berlangsung sejak ratusan tahun silam sebelum masyarakat Lembata mengenal mata uang rupiah sebagai alat tukar resmi negara. Pasar itu sebagai sarana pertemuan kelompok masyarakat berbeda mata pencarian untuk menukarkan hasil karya masing-masing.
Pasar barter Wulandoni mendapatkan penghargaan juara nasional penerapan normal baru yang diumumkan Kementerian Dalam Negeri, Senin 22 Juni 2020, karena disiplin menerapkan pasar aman normal baru. ”Pasar yang melibatkan warga miskin petani dan nelayan ini memberlakukan protokol kesehatan secara ketat. Warga tetap menjaga jarak, mencuci tangan, mengenakan masker, dan diperiksa suhu tubuh,” kata Langoday.
Pasar itu berlangsung setiap hari Sabtu, dimulai pukul 09.00 tepat sampai pukul 12.00. Jika peserta datang sebelum pukul 09.00, mereka tidak diizinkan masuk pasar sebelum petugas membunyikan peluit, tanda pasar mulai digelar. Mereka tetap berada di luar pasar, yang diberi pembatas.
Pasar yang melibatkan warga miskin petani dan nelayan ini memberlakukan protokol kesehatan secara ketat. Warga tetap menjaga jarak, mencuci tangan, mengenakan masker, dan diperiksa suhu tubuh. (Tomas Ola Langoday)
Setelah mencuci tangan dan mengenakan masker, satu per satu peserta masuk ke pasar dengan barang bawaan masing-masing. Di depan pintu, petugas mengukur suhu tubuh setiap peserta dengan thermo gun. Jika ada peserta memiliki suhu tubuh lebih dari 37,5 derajat celsius, ia diminta istirahat dulu karena baru datang dari gunung sambil memikul barang barter.
Setelah 10-15 menit beristirahat, tetapi suhu tubuh tetap di atas 37,5 derajat celsius, ia akan diantar ke petugas kesehatan setempat. Barang-barang bawaan orang bersangkutan dijemur di panas matahari sampai sore hari kemudian diangkut anggota keluarga.
Warga dengan suhu tubuh normal, tidak dalam kondisi sakit batuk, pilek, dan demam, diizinkan masuk pasar secara teratur. Satu per satu mengambil posisi duduk yang sudah diberi tanda lingkaran oleh petugas kecamatan, masing-masing berjarak 2 meter.
Barang bawaan
Barang-barang yang dibawa itu pun diyakini bebas dari Covid-19 karena pemilik barang itu sendiri dinyatakan sehat. Karena itu, sistem barter ini jauh lebih efektif mencegah Covid-19 dibandingkan dengan pasar biasa yang menggunakan mata uang resmi sebagai alat tukar (belanja). Uang yang selalu berpindah tangan dicurigai telah terpapar virus korona baru penyebab Covid-19.
Orang-orang dari gunung dan bukit membawa hasil pertanian berupa pisang, jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan sayur-mayur kemudian ditukarkan dengan hasil tangkapan laut dari warga pesisir. Awalnya barang-barang itu ditukarkan dengan daging, minyak, dan kulit paus, lama-kelamaan merambat ke semua jenis ikan yang layak dikonsumsi.
”Biasanya mereka sudah paham jenis barang itu layak ditukarkan dengan barang lain dalam jumlah berapa banyak. Satu sisir pisang susu masak, misalnya, ditukarkan dengan satu ekor ikan panggang sebesar telapak tangan orang dewasa,” kata Langoday.
Ia mengatakan, mereka yang hadir di dalam pasar itu memiliki pengetahuan tentang nilai barang masing-masing. Jika ada peserta yang menawarkan atau menginginkan barang itu nilainya lebih, ia tidak dilayani. Meskipun tidak laku, barang itu akan dibawa pulang oleh pemilik. Di sini berlaku hukum keadilan dan perimbangan.
Tidak mungkin seseorang memiliki satu cangkir garam ingin mendapatkan pisang masak satu sisir berisikan 20 buah. Pisang masak 20 buah itu layak ditukarkan dengan tiga cangkir garam.
Di pasar barter ini, orang tidak boleh menggunakan mata uang rupiah untuk berbelanja. Jika ingin mendapatkan umbi-umbian, ia harus membeli ikan atau garam dari tempat lain, kemudian dibawa ke pasar itu untuk ditukarkan dengan umbi-umbian yang ada.
Yoseph Beraona (49), warga Wulandoni, mengatakan, masyarakat sekitar lebih suka menghadiri pasar barter itu. Di sana, peredaran uang terbatas sehingga sistem barter sangat membantu warga.
”Kesulitan dari pasar barter ini, ketika warga ingin mendapatkan uang untuk biaya pendidikan anak sekolah, perawatan di rumah sakit, atau membayar iuran BPJS mandiri. Mereka harus ke Lewoleba, 45 kilometer dari Wulandoni, untuk menjual hasil pertanian atau hasil laut tersebut guna mendapatkan uang tunai,” kata Beraona.
Beraona menyebutkan, Kementerian Dalam Negeri mengumumkan pasar barter Wulandoni keluar sebagai juara nasional normal baru melalui konferensi video, Senin (22/6/2020). Pasar itu menyabet uang hadiah senilai Rp 3 miliar disertai plakat penghargaan.
Ia pun berharap Pemerintah Kabupaten Lembata segera membenahi pasar itu. Pasar itu digelar terbuka tanpa satu unit bangunan pun. Saat musim hujan, peserta pasar dan barang-barang barter basah kuyup. Bahkan, jenis barang tertentu rusak setelah terkena air hujan.