Perhotelan Surabaya Raya Masih Sempoyongan tetapi Terus Berusaha Bangkit
Di masa transisi menuju normal baru, kebangkitan sektor perhotelan ditunjang oleh kebutuhan masyarakat berlibur dengan akomodasi secara aman dan nyaman.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sektor perhotelan di Jawa Timur mencoba bangkit meski terpukul telak oleh wabah Covid-19 akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2). Di masa transisi menuju normal baru (new normal), kebangkitan sektor perhotelan ditunjang terutama oleh kebutuhan masyarakat untuk berlibur di akomodasi secara aman dan nyaman.
Menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Dwi Cahyono di Surabaya, Rabu (1/7/2020), sektor perhotelan mulai menyala meski masih sempoyongan. Tingkat keterisian saat ini maksimal 20 persen dari kapasitas penginapan. Okupansi masih di bawah separuh kapasitas yang diperkenankan beroperasi sebagai standar pelayanan dalam masa transisi normal baru.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, di provinsi berpenduduk 40 juta jiwa ini, ada hampir 3.900 penginapan (hotel, losmen, dan wisma) dengan bintang dan tanpa bintang. Wabah yang menyerang sejak Maret memaksa lebih dari 3.000 hotel tidak beroperasi sementara, bahkan merumahkan pegawai.
Masa transisi normal baru dianggap dimulai pada Selasa (9/6/2020) atau sehari setelah berakhirnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Apa yang terjadi di Surabaya Raya ini menjadi tolok ukur mengingat situasi wabah Covid-19 paling parah di Jatim. Mulai bangkitnya sektor perhotelan di Surabaya Raya dan kawasan wisata utama di Jatim yakni Bromo- Tengger-Semeru dan Lingkar Ijen menjadi penanda transisi normal baru berjalan.
General Manager Kampi Hotel Surabaya Zainuddin Moechlis mengatakan, tingkat keterisian yang rerata 20 persen memang belum menggembirakan. Tamu yang datang rata-rata bosan di rumah karena menjalani protokol kesehatan, yakni mengurangi aktivitas di luar. Di sisi lain, tempat wisata masih banyak yang tutup.
Para tamu yang menginap saat ini ada yang berlibur di hotel atau staycation meskijuga ada dari perusahaan.
Meski begitu, berlibur di hotel juga ada penerapan standar layanan yang mengacu pada protokol kesehatan. Misalnya, di restoran, makanan untuk tamu diambilkan atau diantar ke kamar. Tamu juga diperiksa kondisi kesehatannya dan harus bersedia mematuhi peraturan protokol kesehatan di hotel.
Secara terpisah, Marketing Communications Executive Aston Inn Gresik Karina Zalfa mengatakan, pensterilan kamar, lokasi publik, pajangan, dan benda-benda yang berpotensi sering disentuh menjadi prosedur standar yang harus dipenuhi oleh pengelola hotel saat ini. Pegawai dan pelayan bermasker, bersarung tangan, dan berpelindung wajah (face shield) selama melayani tamu.
”Kami meminimalkan kontak aktivitas dengan check in dalam jaringan, drop box untuk pengembalian kunci, dan pemindaian kode bar untuk sandi Wi-Fi dan menu restoran,” ujar Karina. Makan di restoran hotel harus terpisah meski tamu merupakan satu keluarga dan menginap di kamar yang sama.
Layanan terutama kolam renang dan pusat kebugaran tetap dibuka tetapi jumlah pengunjungnya dibatasi maksimal 7 orang. Ini tentu berbeda dibandingkan masa sebelum serangan wabah, di mana layanan-layanan ini bisa dipadati oleh tamu yang menginap.
Di hotel juga ada tim khusus yang disiapkan untuk menangani tamu yang terindikasi Covid-19.
Jika ada tamu yang terindikasi kena Covid-19, maka terpaksa dibawa ke RSUD Ibnu Sina milik Pemerintah Kabupaten Gresik yang dalam situasi wabah ini merupakan satu dari 100 rujukan penanganan pasien Covid-19 di Jatim.
Dwi mengatakan, keberadaan tim khusus di setiap hotel bertujuan memberikan rasa aman dan nyaman bagi tamu. Selain itu, semua hotel juga telah menambah fasilitas cuci tangan dan sabun untuk memastikan para tamu dan seluruh staf menjalankan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Menurut General Manager Santika Indonesia Regional Jawa Timur Agus Triyono, sejak mulai beroperasi lagi, seluruh hotel Santika Grup di Jatim, pertengahan Juni lalu, secara perlahan mulai ada tamu. ”Tidak banyak, tapi hampir setiap hari selalu ada saja, sekitar 10-20 persen dari kapasitas kamar yang tersedia,” katanya.
Ketentuan yang diterapkan di seluruh hotel Santika Indonesia, kata Agus Triyono, mengikuti protokol kesehatan. Bahkan semua alat makan dan minum yang dipakai tamu hotel langsung dibuang.
”Sistemnya masih dilayani di dalam kamar, jadi setiap sore tamu sudah memilih menu sarapan esok hari, dan makanan serta minuman diantar ke kamar. Protokol pengantaran makanan dan minuman, petugas dan tamu tanpa bersentuhan,” ujarnya.
Saat ini tamu hotel didominasi dari Kota Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Lamongan. Tamu dari luar kota Jatim masih sedikit, sekitar 5 persen, kemungkinan pengusaha atau karyawan perusahaan. Tamu menginap masih sedikit karena hotel belum siap menggelar acara, seperti rapat dengan mengumpulkan banyak orang.
”Kami sangat hati-hati meski sudah banyak yang minta untuk gelar rapat, pertunangan, pernikahan, atau syukuran di hotel,” kata Agus Triyono.
Ketatnya penerapan protokol kesehatan karena pengelola hotel umumnya tidak mau jika tempatnya menjadi lokasi penularan Covid-19. Di masa transisi normal baru, segala peraturan dan tindakan yang ditempuh mengacu pada anjuran penerapan protokol kesehatan untuk pencegahan potensi penularan Covid-19.
Rasa aman dan nyaman konsumen adalah prinsip dalam bisnis pariwisata. Kami berharap sektor pariwisata bisa segera mendekati kepulihan.