Meski Resesi, Nilai Investasi Singapura Masih yang Terbesar bagi RI
Kini, BKPM dibantu duta besar dan diplomat Kementerian Luar Negeri untuk promosi dan sosialisasi investasi. Diplomasi Indonesia diarahkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi pascapandemi.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Resesi yang menghantam Singapura diyakini tidak berdampak signifikan terhadap aliran penanaman modal asing ke dalam negeri. Sepanjang Januari-Juni 2020, Singapura masih menjadi negara yang paling banyak berinvestasi di Indonesia dengan realisasi mencapai 4,67 miliar dollar AS.
Mengutip data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi sepanjang Januari-Juni 2020 sebesar Rp 402,6 triliun atau tumbuh 1,8 persen secara tahunan. Investasi itu terdiri dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp 207 triliun dan penanaman modal asing Rp 195,6 trilliun.
Realisasi investasi Januari-Juni 2020 paling besar berasal dari Singapura senilai 4,67 miliar dollar AS berupa 6.508 proyek. Kontribusi Singapura terhadap total investasi yang masuk ke Indonesia mencapai 34,4 persen. Selanjutnya, China senilai 2,42 miliar dollar AS (17,9 persen), Hong Kong 1,79 miliar dollar AS (13,2 persen), dan Jepang 1,21 miliar dollar AS (8,9 persen).
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, resesi ekonomi Singapura tidak berdampak signifikan terhadap aliran investasi ke Indonesia, terutama PMA. Investasi yang masuk ke Indonesia bukan dari investor asal Singapura, tetapi dari sejumlah negara di dunia. Selama ini Singapura hanya berperan sebagai hub investasi.
”Investasi tidak akan mandek karena dana bukan dari Singapura. Mayoritas investor yang ingin berinvestasi di Indonesia masuk melalui Singapura karena alasan birokrasi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (22/7/2020).
Investasi tidak akan mandek karena dana bukan dari Singapura. Mayoritas investor yang ingin berinvestasi di Indonesia masuk melalui Singapura karena alasan birokrasi.
Ekonomi Singapura mengalami resesi yang ditandai dengan kinerja perekonomian yang tumbuh minus dalam dua triwulan berturut-turut. Pertumbuhan ekonomi menyusut 41,2 persen secara triwulanan dan minus 12,6 persen secara tahunan pada triwulan II-2020. Sebelumnya, pada triwulan I-2020, ekonomi Singapura tumbuh minus 2 persen secara tahunan dan minus 10 persen secara triwulanan.
Resesi yang dialami Singapura kali ini adalah resesi pertama sejak 2009 ketika negara itu juga dihantam krisis keuangan global. Kontraksi atas ekonomi negara itu adalah akibat langsung dari penutupan wilayah Singapura pada April-Juni. Efek penutupan wilayah itu bersamaan dengan lemahnya permintaan eksternal akibat penurunan ekonomi global yang dipicu merebaknya pandemi Covid-19.
Menurut Bahlil, sebagian besar investasi masih masuk melalui Singapura kendati kinerja perekonomian negara itu terkontraksi pada triwulan I dan II-2020. Risiko penurunan investasi akibat resesi Singapura tetap ada, tetapi tidak signifikan. Kondisi itu diantisipasi dengan perbaikan iklim investasi di Indonesia.
”Resesi ekonomi Singapura tidak terlalu berpengaruh karena beberapa investasi mereka (pengusaha) di Indonesia sudah berjalan,” kata Bahlil.
Menarik investor
Duta Besar Indonesia untuk Singapura I Gede Ngurah Swajaya berpendapat, daya tarik berinvestasi di Indonesia cukup kuat di tengah pandemi. Ketertarikan investor tumbuh karena pemerintah berkomitmen terus memperbaiki iklim investasi, terutama prosedur perizinan, pemberian insentif, dan peningkatan koordinasi antarinstitusi.
Di sisi lain, investor akan semakin tartarik masuk ke Indonesia setelah pemerintah membangun berbagai kawasan ekonomi khusus. Sebagian investor dari Singapura tertarik membuka pabrik di Batam, Bintan, dan Karimun. Pemerintah menargetkan investasi yang masuk dari Singapura adalah sektor farmasi dan ekonomi digital.
”Pembangunan kawasan ekonomi khusus yang dekat dengan Singapura akan menguntungkan Indonesia,” kata Ngurah.
Ngurah menambahkan, investasi dari Singapura akan meningkat pascaresesi. Pemerintah Singapura berkomitmen melakukan pemulihan ekonomi secara cepat dan terukur untuk menarik lebih banyak investor, termasuk mobilitas orang dan barang. Beberapa terobosan kebijakan ditempuh agar kinerja ekonomi kembali positif.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menambahkan, strategi menarik investasi tidak hanya dilakukan BKPM. Kini, BKPM dibantu duta besar dan diplomat Kementerian Luar Negeri untuk promosi dan sosialisasi investasi. Diplomasi Indonesia diarahkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi pascapandemi.
Kini, BKPM dibantu duta besar dan diplomat Kementerian Luar Negeri untuk promosi dan sosialisasi investasi. Diplomasi Indonesia diarahkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi pascapandemi.
Kementerian Luar Negeri sudah mendesain tim khusus untuk menarik investasi bekerja sama dengan BKPM. Investasi yang bidik bukan hanya investasi asing, tetapi investasi domestik dan UMKM. Presiden secara khusus memberikan mandat pada Kementerian Luar Negeri untuk membantu meningkatkan investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
”Diplomasi Indonesia dipaksa untuk memikirkan kembali kebijakan konvensional dan mengadaptasi pendekatan baru dalam melakukan bisnis,” kata Retno.