Pandemi Covid-19 melumpuhkan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM akibat anjloknya aktivitas perdagangan. Namun, sebagian pengusaha kecil mampu bertahan dan berkembang karena memanfaatkan ekosistem digital.
Oleh
ANITA YOSSIHARA/SHARON PATRICIA/ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 melumpuhkan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM akibat anjloknya aktivitas perdagangan. Namun, sebagian pengusaha kecil mampu bertahan dan berkembang karena memanfaatkan ekosistem digital. Cara ini perlu terus dikembangkan untuk menjaga kelangsungan usaha mereka.
Pandemi membuat pengusaha kecil beradaptasi dengan pola konsumsi baru, ketakutan untuk keluar rumah, hingga kekhawatiran menggunakan uang tunai. ”Kondisi ini menuntut UMKM untuk berpromosi lebih agresif secara online, menjual produk mereka secara cepat melalui sistem pengiriman barang, dan mengedepankan protokol kesehatan,” tutur Head of Project Management Office Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) Djauhari Sitorus, Selasa (21/7/2020).
Sejak Mei 2020, ada tambahan 300.000 pelaku UMKM yang merambah digital. Jumlah itu menambah daftar sekitar 8,3 juta unit usaha (13 persen dari total 64,19 juta unit UMKM) yang telah terhubung dengan digital, yang terbukti membantu mereka di tengah pembatasan sosial.
Survei Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) pada 10 Juni 2020 menunjukkan, 40 persen UMKM akan berhenti beroperasi selama pandemi Covid-19 masih berlangsung. Hal itu terjadi karena turunnya aktivitas perdagangan (23,10 persen), distribusi (19,50 persen), dan permodalan (19,45 persen). Adapun survei dilakukan terhadap 195.009 pengusaha UMKM.
Pendiri dan CEO The Goods Dept Anton Wirjono mengatakan, penjualan daring mampu membalik kerugian akibat penutupan toko menjadi keuntungan. Ekosistem digital pun dimanfaatkan untuk meningkatkan promosi, distribusi penjualan, serta pembayaran.
Keuntungan pemanfaatan ekosistem digital dialami pengusaha roti berbahan bekatul milik Ismiyati dari Semarang, Jawa Tengah. Penjualan produknya, menurut dia, tetap positif karena ada konektivitas digital yang sudah dibangun sebelumnya.
Hal serupa dialami Yafeth Steven Wetipo (32), pemilik usaha Highland Roastery, di Jayapura, Papua. Pemanfaatan teknologi membantunya dalam memasarkan produk, komunikasi, dan transaksi dengan pelanggan. Sejak 2016, Yafeth memanfaatkan media sosial untuk berjualan kopi. Pada 2018, ia memanfaatkan fitur layanan bisnis dari media sosial sehingga pengembangan usahanya berjalan lebih baik.
Mengingat baru ada 13 persen dari total 64,19 juta unit UMKM yang telah terhubung dengan digital, pelatihan dan pendampingan pun dinilai menjadi kebutuhan mendesak bagi pelaku usaha untuk bangkit di tengah hantaman pandemi. Salah satu program itu adalah Edukasi Literasi Digital untuk Akselerasi Pengembangan UMKM oleh Whatsapp dan UKM Indonesia. Pelatihan menyasar 3.600 UMKM di 12 kota selama tiga hari. Melalui program ini, peserta diajarkan untuk memanfaatkan fitur-fitur layanan yang khusus diperuntukkan bagi usaha.
Bantuan dari Presiden
Guna membantu kelangsungan UMKM, pemerintah menyiapkan dana bantuan modal kerja untuk dibagikan kepada 12 juta pelaku usaha mikro dan kecil sebesar Rp 2,4 juta per orang. Bantuan diharapkan dapat membantu pengembangan usaha agar tetap bisa bertahan di tengah pandemi.
Modal usaha yang merupakan bantuan Presiden itu sebagian sudah diserahkan kepada pelaku usaha mikro dan kecil. Pada Selasa (21/7), misalnya, Presiden Joko Widodo menyerahkan langsung bantuan modal kerja kepada 60 pelaku usaha mikro dan kecil dari sejumlah wilayah di DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu. Penyerahan berlangsung di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Presiden mengaku sangat memahami situasi yang dihadapi para pelaku usaha di tengah pandemi Covid-19. Pandemi telah menyebabkan omzet para pedagang turun drastis.
”Saya tahu mungkin situasi saat ini tidak seperti situasi yang dulu-dulu yang biasanya mungkin omzetnya per hari bisa Rp 600 (ribu) atau Rp 800 (ribu), sekarang hanya Rp 200 (ribu) atau mungkin lebih kecil dari itu. Semua merasakan dan ini tidak hanya terjadi untuk yang usaha kecil. Usaha tengah kena, usaha besar juga kena,” tutur Presiden.
Bantuan modal kerja tersebut mulai disalurkan pada 13 Juli di Istana Kepresidenan, Jakarta. Penyaluran kedua dilakukan pada 15 Juli. Jumlah penerima bantuan ketika itu adalah 60 pelaku usaha.
Dengan penyerahan bantuan pada Selasa kemarin, bantuan modal kerja dari Presiden telah disalurkan kepada 180 pelaku usaha.