Pada triwulan II-2020, perekonomian Kepulauan Riau tumbuh minus 6,66 persen secara tahunan. Hal ini salah satunya dipicu sektor pariwisata yang lumpuh selama pandemi.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
BATAM, KOMPAS — Pada triwulan II-2020, perekonomian Kepulauan Riau tumbuh minus 6,66 persen secara tahunan. Hal ini salah satunya dipicu sektor pariwisata yang lumpuh selama pandemi Covid-19. Dukungan pusat dibutuhkan agar Kepri terhindar dari resesi.
Angka pertumbuhan ekonomi Kepri lebih rendah dari perekonomian nasional pada triwulan II-2020 yang tumbuh minus 5,32 persen secara tahunan. Saat ini, Kepri berada di posisi lima terbawah secara nasional dan posisi paling buncit di Sumatera.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bintan Wan Rudy Iskandar, Kamis (6/8/2020), mengatakan, sebagai daerah perbatasan, pariwisata Kepri sangat bergantung pada kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Pembatasan mobilitas yang dilakukan Singapura dan Malaysia pada pertengahan Maret membuat pariwisata provinsi itu terpukul hebat.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri mencatat ada 403.987 kunjungan wisman pada Januari hingga Juni 2020. Jumlah itu turun 71,28 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Hingga saat ini, wisman berkebangsaan Singapura masih menyumbang kunjungan terbanyak, yaitu 45,66 persen. Adapun jumlah kunjungan wisman terbanyak berdasarkan pintu masuk didominasi Batam (74,33 persen) dan Bintan (15,82 persen).
”Pemerintah kabupaten ataupun provinsi terus mengupayakan agar pusat dapat memberikan kelonggaran terkait Peraturan Kementerian Hukum dan HAM Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pembatasan Warga Negara Asing supaya wisatawan mancanegara bisa segera masuk lagi ke Bintan yang telah dipilih untuk uji coba pariwisata normal baru,” kata Rudy.
Bintan sangat bergantung pada sektor pariwisata, terutama wisata di kawasan resor di Pantai Lagoi. Lokasi itu berada di bagian utara Pulau Bintan yang berdekatan dengan Singapura. Di kawasan itu terdapat 15 hotel dan resor dengan jumlah pekerja sekitar 4.000 orang.
Di kawasan itu terdapat 15 hotel dan resor dengan jumlah pekerja sekitar 4.000 orang.
Pada 2019, pengunjung di Lagoi mencapai 1,2 juta wisatawan. Lebih kurang 250.000 orang di antaranya berasal dari Singapura. Tahun itu, kawasan resor di Lagoi menyumbang Rp 170 miliar dari total Rp 300 miliar pendapatan asli daerah (PAD) Bintan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Batam Ardiwinata juga menyatakan tengah menyiapkan Pantai Nongsa untuk menjalankan wisata dengan konsep normal baru. Kawasan itu memiliki pelabuhan khusus untuk menerima wisman yang menyeberang dari Singapura. Hal ini diyakini lebih aman karena pengawasan orang masuk menjadi lebih mudah.
”Nantinya ada dua pintu masuk di Nongsa yang difungsikan sebagai area pemeriksaan kepatuhan pelaksanaan protokol kesehatan. Ke depan wisman pasti akan memilih berkunjung di tempat yang protokolnya ketat. Kami tengah berusaha mewujudkan hal itu,” ujar Ardi.
Namun, upaya Pemkab Bintan dan Pemkot Batam mendapatkan kepercayaan wisman agar mau berkunjung kembali ke daerah itu tidak berjalan mulus. Pada 30-31 Juli terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 di Kepri. Pada periode itu, jumlah pasien bertambah 111 orang.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kepri menunjukkan, hingga 5 Agustus, terdapat 504 kasus positif. Sebanyak 324 pasien sembuh, 161 pasien masih dirawat, dan 19 pasien meninggal.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Batam Rafki Rasyid mengatakan, perekonomian Kepri yang tumbuh minus 6,66 persen secara tahunan itu mengejutkan kalangan pengusaha. Sebelumnya, para pelaku usaha memang memperkirakan perekonomian Kepri akan tumbuh minus pada triwulan II-2020, tetapi tidak lebih dari 4 persen secara tahunan.
”Parahnya kontraksi ekonomi Kepri ini menunjukkan provinsi sangat bergantung pada sektor pariwisata. Menurunnya aktivitas pariwisata ternyata berdampak terhadap perekonomian Kepri, mulai dari hotel, restoran, mal, spa, agen perjalanan, hingga transportasi semua ikut terpukul,” ucap Rafki.
Kepri merupakan daerah dengan kunjungan wisman terbanyak nomor dua setelah Bali. Pada 2019, jumlah kunjungan wisman di Kepri sebanyak 2,8 juta. Data BPS menunjukkan, provinsi lain yang mengandalkan pariwisata, misalnya Bali dan Yogyakarta, juga berada di posisi lima terbawah dalam urutan pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Industri pengolahan
Menurut Rafki, di Kepri, salah satu dari sedikit sektor yang masih bisa tumbuh positif adalah industri pengolahan. BPS mencatat, industri pengolahan masih memberikan andil pertumbuhan tertinggi pada triwulan II-2020, yakni sebesar 0,51 secara tahunan. Lapangan usaha pada sektor ini menyumbang 42,67 persen dari total produk domestik regional bruto (PDRB) Kepri atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp 60,29 triliun.
Ia menilai, langkah pusat memberikan tambahan bansos dan bantuan tunai bagi warga berpenghasilan rendah merupakan keputusan yang tepat untuk menaikkan daya beli masyarakat. Harapannya hal itu dapat segera direalisasikan mengingat situasi semakin mendesak.
”Pengusaha juga akan membantu dengan segala daya agar tidak melakukan pengurangan karyawan. Di tengah pandemi ini masih ada beberapa perusahaan di Batam yang membuka lowongan pekerjaan. Artinya ekspor dari Batam masih cukup bagus. Barang-barang yang diproduksi di Batam masih laku di pasar global,” ujar Rafki.
Sementara itu, Wakil Ketua Koordinator Himpunan Kawasan Industri Kepri Tjaw Hioeng mengatakan, industri pengolahan butuh lebih banyak dukungan pemerintah agar tetap tumbuh di masa pandemi. Ia berharap, pemerintah segera memberikan stimulus non-fiskal berupa penurunan harga gas industri dan penundaan waktu pungutan pajak serta retribusi daerah.
”Yang tidak kalah penting adalah penyederhanaan regulasi impor bahan baku industri yang termasuk dalam kategori larangan dan pembatasan. Berikan kewenangan kepada Badan Pengusahaan Batam agar prosesnya bisa lebih cepat,” kata Tjaw.