Petani Sawit Butuh Pabrik Swadaya untuk Dongkrak Pendapatan
Pabrik berskala UMKM ini didirikan untuk menjaga kestabilan pendapatan petani kelapa sawit swadaya, terutama saat panen raya. Yang kerap terjadi ketika panen raya, TBS petani mandiri selalu dinomorduakan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kehadiran pabrik berskala usaha mikro, kecil, dan menengah di dekat perkebunan petani swadaya atau mandiri sangat berperan strategis. Pabrik ini bisa meningkatkan pendapatan petani.
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Gulat Medali Emas Manurung mengatakan, selama ini petani mandiri membutuhkan keadilan harga. Penghasilan yang diperoleh petani rata-rata terpotong 12 persen ketika membawa tandan buah segar (TBS) dari perkebunan ke pabrik kelapa sawit.
”Inilah salah satu alasan kenapa kami ingin membangun pabrik kelapa sawit sendiri,” ujarnya dalam diskusi daring yang diadakan majalah Sawit Indonesia, Jumat (14/8/2020).
Samsul Bahri, petani kelapa sawit, tengah mendirikan pabrik di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Pabrik ini bernaung dalam koperasi petani kelapa sawit yang juga menggarap perkebunan yang sama.
Dalam pembangunan tersebut, koperasi petani kelapa sawit memberikan modal 30 persen, sedangkan 70 persennya lagi dari investor. Targetnya, akhir tahun ini, pabrik tersebut dapat menggiling TBS secara perdana.
”Pabrik berskala UMKM ini didirikan untuk menjaga kestabilan pendapatan petani kelapa sawit swadaya, terutama saat panen raya. Yang kerap terjadi ketika panen raya, TBS petani mandiri selalu dinomorduakan pabrik-pabrik kelapa sawit swasta,” kata Samsul.
Pabrik berskala UMKM ini didirikan untuk menjaga kestabilan pendapatan petani kelapa sawit swadaya, terutama saat panen raya. Yang kerap terjadi ketika panen raya, TBS petani mandiri selalu dinomorduakan pabrik-pabrik kelapa sawit swasta.
Peneliti Utama Pengolahan Hasil dan Mutu Pusat Penelitian Kelapa Sawit Donald Siahaan mengemukakan, keberadaan pabrik di sekitar perkebunan penting bagi petani kelapa sawit. Petani bisa mendapatkan harga TBS yang lebih baik.
Hal ini penting mengingat harga TBS di tingkat petani juga sangat dipengaruhi pergerakan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan minyak inti sawit (palm kernel oil/PKO) di tingkat internasional. Ini disebabkan karena sawit Indonesia masih bergantung pada ekspor.
”Oleh sebab itu, pabrik kelapa sawit yang dibangun petani di perkebunan setempat mesti memiliki pasar yang bersifat lokal. Produknya dapat berupa bahan bakar nabati atau bahan makanan-minuman seperti minyak goreng,” ujarnya.
Pabrik kelapa sawit yang dibangun petani di perkebunan setempat mesti memiliki pasar yang bersifat lokal. Produknya dapat berupa bahan bakar nabati atau bahan makanan-minuman seperti minyak goreng.
Agar mencapai nilai keekonomiannya, Donald memperkirakan, kapasitas pabrik berskala UMKM milik petani itu mesti mampu mengolah lebih dari 10 ton tandan buah segar per jam. Apabila nilai keekonomian pabrik tercapai, petani akan mendapatkan harga yang setara.
Sementara itu, Ketua Masyarakat Biohidrokarbon Indonesia Sahat Sinaga menyatakan, paduan perkebunan dan pabrik kelapa sawit di tingkat petani mesti memiliki imbal hasil minimal 20 persen per tahun per hektar. Sebenarnya, imbal hasil yang ideal sebesar 30 persen.
Dengan penghitungan itu, petani bisa memastikan ada dana yang disisihkan untuk peremajaan kebun kelapa sawit. Jika kurang dari 20 persen per tahun per hektar, petani kelapa sawit perlu meningkatkan produktivitas perkebunan terlebih dahulu.
”Selain itu, perlu dilihat keseimbangan antara biaya operasional produksi serta ongkos logistik dari perkebunan ke pabrik,” ujarnya.
Sahat juga menyarankan, petani kelapa sawit memproduksi TBS menjadi minyak sayur industrial (industrial vegetable oil/ IVO) yang dapat diolah sebagai bahan baku diesel biohidrokarbon. Produk lain yang disarankan ialah minyak laurat industrial (industrial lauric oil/ILO) yang dapat diolah menjadi bioavtur.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Antarjo Dikin mendukung pembangunan pabrik kelapa sawit skala UMKM oleh petani di dekat perkebunannya. Dia menyebutkan, sumber permodalan pembangunannya dapat menggunakan kredit usaha rakyat.