Coca-Cola Pasang Panel Surya Atap Terbesar di ASEAN
Pemasangan panel tenaga surya atap, selain mengurangi ketergantungan pada energi fosil, juga mendukung target capaian 23 persen energi terbarukan di 2025 dalam bauran energi nasional. Peran swasta dinilai sangat penting.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Coca-Cola Amatil berhasil memasang panel tenaga surya atap seluas 72.000 meter persegi yang dinilai sebagai yang terbesar di kawasan ASEAN. Panel surya dipasang di atap pabrik perusahaan Coca-Cola di Cikarang, Jawa Barat dengan kapasitas terpasang 7,2 megawatt peak atau MWp.
Peresmian pemasangan panel tenaga surya Coca-Cola Amatil disiarkan secara virtual pada Rabu (30/9/2020). Hadir pada peresmian tersebut, antara lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, dan Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz.
Terkait itu, Indonesia memiliki program Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap yang diluncurkan sejak tahun 2017. Program ini menargetkan kapasitas terpasang panel tenaga surya sedikitnya 1.000 megawatt pada tahun 2020.
Dalam pidato sambutannya, Airlangga mengungkapkan kegembiraannya bahwa sektor swasta turut mendukung target capaian energi terbarukan seperti yang dicanangkan pemerintah pada 2025, yaitu peran 23 persen energi terbarukan dalam bauran energi nasional.
Selain untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, program tersebut untuk mendukung upaya pengurangan gas emisi rumah kaca sesuai dengan Perjanjian Paris 2015 yang turut ditandatangani Pemerintah Indonesia.
Airlangga juga mengajak sektor swasta lain untuk turut mendorong pemakaian sumber energi terbarukan demi mencapai target di 2025. Apalagi, kata dia, Pemerintah Indonesia telah menjalin kerja sama dengan Jepang dalam hal dukungan pembiayaan proyek energi terbarukan. Apabila, dukungan sektor swasta kuat, ia yakin target energi terbarukan pada 2025 bisa tercapai.
”Saya dorong agar Coca-Cola Amatil Indonesia juga menerapkan hal serupa pada pabrik yang lain. Dengan demikian, penggunaan sumber energi terbarukan kian masif dalam mendukung target pemerintah pada 2025,” kata Airlangga.
Public Affairs, Comunication & Sustainability Director Coca-Cola Amatil Indonesia Lucia Karina menyatakan, Coca-Cola terus berkomitmen mendukung penggunaan energi bersih dan terbarukan. Pada 2019, sebanyak 53 persen dari total kebutuhan energi pada pabrik yang dioperasikan Coca-Cola di Indonesia sudah menggunakan sumber energi terbarukan.
Coca-Cola berencana memperluas pemakaian panel tenaga surya atap di pabrik yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah; Medan, Sumatera Utara; dan di Surabaya, Jawa Timur.
”Pemasangan panel tenaga surya atap dengan kapasitas 7,2 MWp setara dengan 9,6 juta kilowatt jam per tahun. Program ini setara dengan pengurangan emisi gas karbon sebanyak 8,9 juta kilogram karbon dioksida per tahun. Adapun total investasinya senilai Rp 87 miliar,” kata Lucia.
Terkait program Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap yang diluncurkan sejak 2017, hasilnya masih belum sesuai harapan. Sampai saat ini, kapasitas terpasang pada program ini sebesar 11,5 megawatt. Padahal, target program tersebut menargetkan kapasitas terpasang sedikitnya 1.000 megawatt pada 2020.
Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia Surya Darma mengatakan, kemajuan penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap di Indonesia sudah bagus kendati target dalam program ini belum tercapai. Minat publik mulai tumbuh dan PLTS atap juga semakin populer di masyarakat. Semangat terus mendorong PLTS atap tak boleh surut agar program ini benar-benar berhasil sesuai target.
”Namun, tetap diperlukan terobosan agar pertumbuhan PLTS atap benar-benar pesat di Indonesia. Salah satunya adalah aturan yang membatasi hanya 65 persen listrik yang dihasilkan dari PLTS atap yang bisa dijual ke PLN dinaikkan menjadi 100 persen,” kata Surya Darma dalam webinar ”Refleksi Tiga Tahun Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap”, Jumat (24/9/2020).
Sementara itu, menurut Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, program Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap dapat menjadi pemantik pertumbuhan berbagai sumber energi terbarukan di Indonesia. Program ini juga mendukung pencapaian target energi terbarukan dalam bauran energi nasional. Hasil studi IESR 2018-2020 menunjukkan bahwa minat masyarakat golongan rumah tangga, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, serta sektor komersial menunjukkan minta tinggi memasang PLTS atap.