Pengusaha Semakin Banyak Memanfaatkan Teknologi Selama Pandemi Covid-19
Kalangan pengusaha makin menguatkan penggunaan teknologi untuk bisnis mereka. Adaptasi tersebut yang membuat mereka bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengusaha dari berbagai bidang makin menguatkan pemanfaatan teknologi selama pandemi Covid-19. Hal itu menjadi kebutuhan lantaran mereka harus meretas keterbatasan interaksi tatap muka di tengah situasi krisis pandemi.
Adaptasi teknologi demi menopang bisnis kini dilakukan oleh hampir seluruh pengusaha. Para pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), misalnya, telah banyak memanfaatkan media sosial dan aplikasi transaksi bisnis sedikitnya dalam tujuh bulan terakhir.
”Adaptasi teknologi membuat hampir seluruh pengusaha di Hipmi beradaptasi. Terutama di Jakarta, pengusaha yang tadinya tidak melek teknologi menjadi punya tuntutan untuk beradaptasi. Teknologi menjadi salah satu cara untuk menyiasati situasi saat ini,” ujar Diatche Harahap, Ketua Bidang Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Pengembangan Start Up Hipmi Jakarta Raya, saat dihubungi, Jumat (2/10/2020).
Diatche merinci, 70 persen dari total sekitar 4.000 anggota Hipmi Jakarta Raya kini berupaya untuk beradaptasi dengan teknologi. Mayoritas usaha yang paling terdampak yakni berbagai penjualan ritel, termasuk produk makanan dan minuman.
Di kalangan anggota Hipmi, sebagian pengusaha memanfaatkan teknologi respons pesanan secara otomatis (chatbot) serta jasa transaksi pembayaran digital. Adapun fitur chatbot disediakan oleh perusahaan rintisan digital Balesin.id, serta pembayaran memanfaatkan dari jasa perbankan digital. Kedua fitur itu mempermudah pelayanan kepada pelanggan dan penerimaan uang secara nontunai.
Pemanfaatan media sosial untuk promosi juga dilakukan lewat jaringan kenalan Hipmi. Diatche menjelaskan, promosi di kanal media sosial belakangan efektif karena rekan-rekan sesama usaha saling melihat dan membantu.
Sebanyak 70 persen dari total sekitar 4.000 anggota Hipmi Jakarta Raya kini berupaya untuk beradaptasi dengan teknologi. Mayoritas usaha yang paling terdampak yakni berbagai penjualan ritel, termasuk produk makanan dan minuman.
Penguatan fitur teknologi turut dilakukan perusahaan penyedia aplikasi. Head of Product Tokopedia Puput Hidayat menjelaskan, situasi pandemi menjadi kesempatan untuk berinovasi dalam platform digital. Beberapa pengembangan fitur dan layanan pun dihadirkan dari hasil riset yang dilakukan secara berkala.
”Kami melihat kebiasaan pengguna, baik pembeli maupun penjual. Kami lakukan riset itu secara berkala. Ada wawancara online setiap bulan, di mana kami berusaha menyimpulkan tren apa yang terjadi,” kata Puput dalam diskusi virtual, Rabu (30/9/2020).
Head of Transport Gojek Group Radityo Wibowo dalam diskusi virtual dengan media, 4 Agustus 2020, juga menekankan prioritas perusahaan yang makin fokus pada infrastruktur sistem digital. Dia menyatakan, sejumlah pembangunan infrastuktur fisik, seperti selter perhentian mobil atau ojek, hampir tidak ada sepanjang tahun ini.
”Sejumlah pengembangan fitur teknologi menjadi prioritas untuk tahun ini. Perusahaan juga lebih berhati-hati dalam melakukan investasi,” ujar Radityo, Agustus silam.
Sementara, perusahaan aplikasi Grab Indonesia memperluas infrastuktur teknologi dengan membina talenta usaha rintisan digital. Kamis (1/10/2020), Grab Indonesia menyampaikan akan membina lima usaha rintisan yang fokus memberikan solusi digital bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menyampaikan, Grab Indonesia membina peningkatan kapabilitas, bimbingan strategi bisnis, hingga uji coba layanan ke basis merchant Grabfood selama delapan minggu.
”Mulai hari ini, solusi teknologi dari start up akan tersedia pada Solusi Mitra GrabMerchant, marketplace terbaru GrabMerchant. Kami harap para start up ini dapat terus berkembang seperti Grab yang berawal dari start up kecil,” ujarnya, Kamis kemarin.
Diatche dari Hipmi Jaya menuturkan, upaya pemanfaatan teknologi juga menjadi ajang untuk saling dukung. Dia mendorong tren perdagangan sosial (social commerce) yang saling topang di kalangan pengusaha. Sebab, di tahun serba sulit ini, kalangan pengusaha mencukupkan diri dengan target agar tidak bangkrut di tengah pandemi.
”Target para pengusaha saat ini enggak muluk-muluk, yang penting bisa tetap mempertahankan karyawan. Asal bisa survive dan tidak bangkrut saja, itu sudah lebih dari cukup di tahun ini,” tutur Diatche.
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit melihat bukti sektor makanan dan minuman dapat bertahan karena adanya pemanfaatan teknologi. Dia berharap selama pandemi, peran perusahaan teknologi dan pengusaha terus berlangsung. Aksi saling dukung itu membuat mereka bertahan di tengah pandemi.