Setelah Rinjani Dibuka Kembali
Sejak 22 Agustus 2020, pendakian Rinjani dibuka kembali. Hal itu diharapkan menggairahkan kembali sektor pariwisata dan orang-orang yang bergantung hidup dari sana. Karena masih pandemi, protokol Covid-19 jadi prioritas.
Penutupan wisata pendakian Gunung Rinjani akibat pandemi memukul sektor pariwisata di sana dan orang-orang yang bergantung hidup darinya. Sejak 22 Agustus lalu, pembukaan kembali pendakian membawa harapan akan gairah pariwisata di kawasan gunung berapi setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut itu.
Setiap ada pendaki yang baru tiba di Pos II ”Tengengean” Pendakian Rinjani melalui pintu Sembalun, Lombok Timur, Abdul Gani (21) langsung menyapa mereka dengan ramah.
Baca juga: Savana Propok si Cantik di Kaki Gunung Rinjani
Gani lantas menawarkan mereka semangka atau minuman dingin dalam boks pendingin di depannya. ”Ayo Mas, Mbak, semangkanya. Pas sekali dinikmati sebelum melanjutkan perjalanan,” kata Gani.
Tidak semua pendaki tertarik, baik yang akan naik, karena masih memiliki perbekalan, maupun pendaki yang baru turun. Selain karena harga semangka atau minuman jauh lebih mahal dari biasa di pos II juga sudah tersedia sumber mata air yang tak kalah segarnya.
Meski demikian, Gani tetap bersabar menunggu di bawah pohon rindang. Saat akhirnya ada pendaki yang berminat membeli, ia akan melayani sebaik mungkin.
Gani mempersilakan pendaki memilih tempat beristirahat. Bisa di gazebo-gezebo yang memang dibangun di pos tersebut atau di mana saja yang menurut mereka nyaman.
Baca juga: Destinasi Wisata Nonpendakian di Kawasan Rinjani yang Dibuka Bertambah
Setelah itu, Gani datang membawa semangka dan pisau. Kemudian dengan cekatan, ia memotong-motong semangka menjadi ukuran-ukuran kecil siap makan.
”Wah benar. Ini segar sekali. Benar-benar cocok buat memulihkan energi sebelum lanjut turun,” kata Rudi (47) asal Mataram yang akan melanjutkan perjalanan kembali ke Sembalun Bawak Nao, titik keberangkatan pendakian jalur Sembalun, sekitar 108 kilometer timur Mataram, ibu kota NTB.
Meski sudah menerima pembayaran, Gani tak langsung meninggalkan pembelinya. Ia biasanya menemani sambil ngobrol. ”Saya baru beberapa minggu berjualan kembali di sini. Sebelumnya, pendakian ditutup karena cuaca, kemudian Covid-19,” kata Rudi.
Sebelumnya, sejak 1 Januari 2020 hingga 31 Maret 2020, empat jalur pendakian Rinjani, yakni pintu pendakian Senaru (Lombok Utara), Sembalun dan Timbanuh (Lombok Timur), serta Aik Berik (Lombok Timur), ditutup.
Baca juga: Marwi Menghijaukan Hutan di Taman Nasional Gunung Rinjani
Selain dalam rangka pemulihan ekosistem, juga mengantisipasi cuaca ekstrem selama periode itu yang berpotensi membahayakan pendaki.
Seiring merebaknya Covid-19, pada 16 Maret 2020, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) menutup pendakian, termasuk obyek wisata alam nonpendakian di kawasan TNGR, seperti air terjun, pemandian air panas, dan kawasan perbukitan yang menjadi tempat berkemah.
Belum ada tanda menurunnya penyebaran Covid-19 di Nusa Tenggara Barat sejak kasus pertama pada minggu keempat Maret membuat TNGR memperpanjang penutupan. Keputusan itu dikeluarkan pada 30 Maret 2020 hingga waktu yang belum ditentukan.
Saya memang tidak bawa banyak. Semangka biasanya lima biji. Kemudian beberapa botol air putih atau minuman isotonik. (Gani)
Pada 7 Juli, Balai TNGR membuka kembali sejumlah destinasi nonpendakian di kawasan Rinjani. Pembukaan dengan menerapkan kuota atau pembatasan jumlah dari kunjungan normal.
Baca juga: Melepas Rindu kepada Rinjani
Dari berbagai evaluasi, termasuk melihat penyebaran Covid-19 di tempat pintu masuk berada, akhirnya pada 22 Agustus 2020, pendakian Rinjani dibuka. Pembukaan itu berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.660/KSDAE/PJLHK/KSA.3/7/2020, pada 29 Juli tentang Pembukaan Aktivitas Pendakian dan Peningkatan Kuota Kunjungan pada Reaktivasi Tahap I.
Pembukaan itu, bagi Gani, memberinya semangat baru. Sejak pendakian ditutup, Gani yang sudah bertahun-tahun berjualan di Pos II kehilangan mata pencarian.
”Saya sempat berpindah ke pertanian. Ikut bajak sawah. Tetapi, kecelakaan dan tidak bisa lanjut kerja karena kaki patah,” kata Gani yang mengaku masih belum sepenuhnya sembuh.
Menurut Gani, sejak dibuka kembali, pendaki yang naik ke Rinjani lewat Sembalun memang belum seramai sebelumnya. Tetapi, paling tidak, ia kembali ada pemasukan.
Baca juga: Mendaki Alam Rinjani
”Saya memang tidak bawa banyak. Semangka biasanya lima biji. Kemudian beberapa botol air putih atau minuman isotonik,” kata Gani yang menjual semangka seharga Rp 20.000 per biji.
Bagi Rudi, harga itu wajar sehingga ia tetap membeli semangka dari Gani. Apalagi jika melihat jalur yang harus ditempuh untuk sampai ke Pos II. Bukan jalan aspal, melainkan jalur setapak turun naik melewati padang savana.
Gani bukan satu-satunya orang yang merasakan manfaat dari pembukaan kembali jalur pendakian Rinjani. Risman Efendi (22) asal Senaru yang menjadi porter atau orang yang dibayar untuk membawa barang pendaki.
Risman menuturkan, saat pendakian Rinjani ditutup, selama hampir tujuh bulan ia kehilangan pekerjaan. Lebih banyak menganggur. ”Makanya sekarang, saya bersyukur. Rinjani dibuka kembali. Kalau tidak, saya tidak ada yang bisa dilakukan lagi,” kata Risman yang mendapat Rp 200.000 untuk satu malam pendakian.
Baca juga: Keelokan Rinjani yang Menggoda Investor
Porter memang menjadi salah satu pihak yang terdampak sejak pendakian Rinjani ditutup, baik yang berada di pintu Sembalun, Senaru, Aik Berik, maupun Timbanuh.
Ketua Asosiasi Pengusaha Pendakian Rinjani (ATOS) Sumatim mengatakan, sejak penutupan, semua usaha pariwisata di kawasan Rinjani terdampak. ATOS sendiri membawahkan sekitar 60 pengusaha dengan total porter (pemandu pendakian) hingga 2.000 orang.
”Tidak hanya pemandu, masyarakat sekitar, termasuk pedagang yang selama ini menyediakan kebutuhan pendaki, juga ikut terdampak. Begitu juga dengan penginapan,” kata Sumatim.
Sumatim mengatakan, sejak pendakian gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia itu pada 22 Agustus lalu, memang masih belum berdampak signifikan, terutama bagi pengusaha pendakian.
Baca juga: Rehat Sejenak Menikmati Elok Savana Propok
Menurut Sumatim, hal itu karena pendaki masih didominasi orang lokal NTB. Mereka biasanya jarang menggunakan paket pendakian. ”Selama ini, pendaki yang menggunakan paket dari kami adalah wisatawan mancanegara. Jadi, selama penerbangan internasional ke Indonesia belum dibuka, perjalanan untuk benar-benar pulih masih panjang,” kata Sumatim.
Saat ini, kata Sumatim, yang menjadi harapan adalah wisatawan domestik dari luar NTB. Saat mendaki, biasanya mereka juga menggunakan jasa pendakian. ”Harapan (bergairah lagi) tentu ada. Oleh karena itu, kami berharap juga ada sosialisasi yang gencar dari pemerintah untuk meyakinkan wisatawan bahwa Rinjani aman dan tetap menerapkan protokol Covid-19,” kata Sumatim.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal mengatakan, pendakian Rinjani dibuka kembali karena sudah mendapatkan sertifikat clean, health, safety, and environmet (CHSE). Sertifikat itu hanya diberikan kepada destinasi wisata yang telah lolos uji kelayakan implementasi protokol kesehatan.
Menurut Faozal, dengan dibukanya kembali pendakian Rinjani, harapannya mesin pariwisata di kawasan tersebut, termasuk Lombok, kembali berjalan. Apalagi, sebelum pandemi Covid-19, pariwisata di daerah itu sudah terpukul oleh gempa bumi.
Baca juga: Take a Short Break to Enjoy the Beauty of Savana Propok
Masjudin (40), pendaki asal Masbagik, Lombok Timur, mengaku telah menunggu lama pendakian Rinjani dibuka kembali. Ia optimistis Rinjani akan menggeliat lagi. Apalagi banyak pendaki yang rindu menjajal tangguhnya gunung setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut itu.
”Saya sangat menikmati pendakian Rinjani sehingga menunggu dibuka kembali. Memang jalurnya menantang, tetapi semua terbayar,” kata Masjudin yang mendaki dua hari dan menginap di Danau Segara Anak.
Antisipasi Covid-19
Menurut Dedy, aktivitas pendakian Rinjani menerapkan paket dua hari satu malam dengan kuota maksimal 30 persen dari kuota kunjungan normal.
Pendakian Senaru dengan Jebak Gawah Senaru-Pelawangan Senaru, Danau Segara Anak memiliki kuota maksimal 45 pengunjung per hari.
Baca juga: Asa Kebangkitan Pariwisata NTB
Sementara jalur pendakian Sembalun dengan jalur Pintu Masuk Pendakian Sembalun-Pelawangan Sembalun-Puncak Gunung Rinjani atau Danau Segara Anak dengan kuota maksimal 45 pengunjung per hari.
Harapan (bergairah lagi) tentu ada. Oleh karena itu, kami berharap juga ada sosialisasi yang gencar dari pemerintah untuk meyakinkan wisatawan bahwa Rinjani aman dan tetap menerapkan protokol Covid-19. (Sumatim)
Adapun pendakian Aik Berik dengan jalur Jebak Gawah Aik Berik-Pelangawan Aik Berik memiliki kuota maksimal 30 pengunjung per hari. Begitu juga dengan Pendakian Timbanuh dengan jalur Pintu Masuk-Pelawangan Timbanuh.
Jam kunjung atau pelayanan untuk destinasi wisata pendakian Senin-Minggu. Para pendaki sudah harus melapor untuk masuk (check in) antara pukul 07.00 Wita dan pukul 15.00 Wita. Sementara laporan keluar (check out) pukul 07.00 Wita-pukul 17.00 Wita atau konfirmasi khusus dengan petugas.
”Khusus wisata alam pendakian, wajib melakukan pemesanan secara daring melalui eRinjani yang dapat diunduh di pasar aplikasi berbasis Android,” kata Dedy.
Baca juga: NTB Siapkan Sejumlah Strategi untuk Geliatkan Pariwisata
Dedy menambahkan, terkait pencegahan Covid-19, selain penerapan kuota, Balai TNGR akan menerapkan protokol Covid-19 yang ketat terhadap para wisatawan. Mulai dari pintu masuk, saat di lokasi, hingga saat keluar pintu wisata.
”Mereka juga antara lain diwajibkan menggunakan masker, membawa sabun cair atau penyanitasi tangan, membawa kantong sampah, dan menjaga jarak minimal 1 meter. Wisatawan dari luar Provinsi NTB membawa surat keterangan bebas Covid-19 atau bebas gejala influenza untuk yang berasal dari Lombok,” kata Dedy.
Terkait keamanan dan keselamatan pengunjung, kata Dedy, Balai TNGR sudah menyelenggarakan pelatihan bagi tim evakuasi Edelweis Medical Health Centre bersama KUN Humanity System (gerakan berbasis sukarelawan). Itu untuk mendukung kelancaran proses evakuasi pengunjung.
Rinjani sudah dibuka kembali. Sudah siap menyambut siapa pun yang datang dan ingin melepas rindu mendakinya….