Transparansi Menjadi Salah Satu Modal Menjaga Kepercayaan Investor
Investor akan mengapresiasi informasi yang jujur dan terus terang dari pemangku kebijakan karena berdampak pada keputusan yang akan diambil.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sikap pemerintah yang jujur dan terbuka perihal persoalan dan tantangan yang tengah dihadapi Indonesia merupakan salah satu modal penting menjaga kepercayaan investor. Sikap ini mesti dijaga jika pemerintah ingin memulihkan perekonomian. Tak cukup hanya transparansi, benahi pula struktur ekonomi nasional dan tingkatkan penanganan Covid-19.
Advisor PT Trimegah Securities Tbk Rizal Bambang Prasetijo, Jumat (11/12/2020), mengatakan, untuk menjaga kepercayaan investor, kejujuran dan keterbukaan pemerintah tentang permasalahan dan tantangan yang tengah dihadapi Indonesia memang diperlukan. Investor akan mengapresiasi informasi yang terbuka karena berdampak pada keputusan yang akan diambil.
”Apabila pemangku kebijakan tidak jujur, Indonesia akan merasakan keuntungan sesaat. Namun, kredibilitas Indonesia akan jatuh di mata investor. Akibatnya, saat pemulihan perekonomian, dampak positif tidak diperoleh secara optimal,” ujarnya saat diskusi ”Economic Recovery and Revival Strategy: Lesson Learned from the Past” dalam rangka peluncuran buku karya Mirza Adityaswara Kekuatan Komunikasi.
Apabila pemangku kebijakan tidak jujur, Indonesia akan merasakan keuntungan sesaat. Namun, kredibilitas Indonesia akan jatuh di mata investor. Akibatnya, saat pemulihan perekonomian, dampak positif tidak diperoleh secara optimal.
Menurut Rizal, saat ini Indonesia sedang berada di jalur pemulihan perekonomian. Indikatornya tampak dari pergerakan pasar modal. Dana investor asing tengah kembali ke negara-negara berkembang.
Bank Indonesia (BI) mencatat, sepanjang periode Oktober-November 2020, aliran modal asing yang masuk sebesar 3,68 miliar dollar AS. Jumlah ini lebih besar dibandingkan aliran modal asing yang masuk pada periode Juli-Agustus yang sebesar 130 juta dollar AS.
Rizal menilai, Indonesia masih bergantung pada portofolio yang bersifat jangka pendek atau uang panas investor asing yang masuk Indonesia. ”Oleh karena itu, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah untuk meningkatkan proporsi penanaman modal asing jangka panjang, terutama yang menyasar pada pembangunan pabrik,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Managing Director Chief Financial Officer PT Bank Central Asia Tbk Vera Eve Lim mengemukakan, transparansi regulator mengenai latar belakang dan dampak dari kebijakan yang akan diambil regulator membuat perbankan dapat mengambil strategi yang tepat. Ruang diskusi antara regulator dan pemangku kebijakan mesti ada.
Sistem pembayaran menjadi salah satu regulasi BI yang dibutuhkan perbankan saat ini, apalagi saat ini transaksi digital semakin krusial. ”Proporsi transaksi di mobile dan internet banking mencapai 75 persen. Kondisi ini berbeda dengan sepuluh tahun lalu yang masih didominasi transaksi melalui mesin anjungan tabungan mandiri (ATM), yaitu 70 persen,” katanya.
Adapun terkait dengan pemulihan ekonomi, Vera menekankan pentingnya mobilitas atau pergerakan masyarakat yang akan berdampak pada permintaan. Oleh karena itu, strategi penanganan pandemi Covid-19 serta keamanan dan kelancaran vaksinasi menjadi aspek penting memulihkan ekonomi.
Strategi penanganan pandemi Covid-19 serta keamanan dan kelancaran vaksinasi menjadi aspek penting memulihkan ekonomi.
Sementara, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Yoga Affandi menyatakan, salah satu kebijakan BI adalah mengarah pada pendalaman pasar keuangan. BI juga akan menjaga nilai tukar rupiah di tingkat fundamental.
”BI tetap mengedepankan kepentingan publik. Dengan demikian, langkah yang diambil dapat selaras dengan transisi dan pemulihan ekonomi,” katanya.