Kendalikan Covid-19, Lalu Ikuti Protokol Kesehatan
Kebiasaan berubah pada masa pandemi Covid-19, termasuk dalam kegiatan pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran atau MICE.
Kehadiran vaksin Covid-19 memberi secercah harapan bagi banyak sektor yang terpuruk akibat pandemi, termasuk industri pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran atau MICE. Namun, masa-masa penuh ketidakpastian belum usai.
Sektor MICE tetap harus bersiaga menghadapi berbagai kemungkinan dan kejutan, baik atau buruk, pada tahun depan.
Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) pada Oktober 2020 memprediksi, pemulihan sektor pariwisata internasional bisa terjadi pada triwulan III-2021. Proyeksi itu juga melihat potensi industri pariwisata baru mulai pulih pada 2022, dengan prediksi bisa kembali ke level sebelum pandemi pada 2023-2024. Pemulihan tetap berjalan lambat selama Covid-19 masih mengintai dan kebijakan pembatasan bepergian tetap ada.
UNWTO juga mencermati, masih ada negara yang lambat bergerak dalam upaya membendung penyebaran virus korona tipe baru. Seiring dengan situasi itu, kepercayaan konsumen juga masih rendah.
Sebagai perbandingan, perlu waktu 11 tahun untuk memulihkan penerbangan internasional dan dunia pariwisata akibat epidemi sindrom pernapasan akut (SARS) pada 2003. Sementara pascaserangan teror 11 September 2001, pemulihan ekonomi perlu waktu 14 bulan. Krisis ekonomi global pada 2009 perlu waktu pulih lebih lama, yakni 19 bulan.
Industri MICE, yang berkelindan dengan pariwisata, turut terpukul pandemi Covid-19. Berdasarkan data Indonesia Event Industry Council (Ivendo) pada Juni 2020, potensi kerugian industri MICE akibat Covid-19 berkisar Rp 2,69 triliun-Rp 6,94 triliun. Pada awal pandemi, 96,43 persen acara di 17 provinsi di Indonesia harus ditunda. Dampaknya, lebih dari 90.000 pekerja industri kreatif kehilangan mata pencarian.
Sementara data Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) menyebutkan, pada Maret-Desember 2020, sebanyak 239 pameran dibatalkan.
Kemungkinan
Kedatangan vaksin Sinovac dari China ke Indonesia memupuk harapan mengenai pemulihan kondisi ekonomi, termasuk industri MICE.
Baca juga: Pelajaran dari Jerman dan Korsel, Vaksin Bukan Segalanya
Deputi Bidang Penyelenggaraan Event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Rizki Handayani mengatakan, pemulihan industri MICE dan sektor pariwisata diharapkan tidak memakan waktu lama. Kuncinya, berinovasi dan beradaptasi. Pelaku industri MICE harus mengantisipasi pergeseran tren penyelenggaraan kegiatan, terutama dalam penegakan protokol kesehatan.
Pemerintah telah membuat panduan dan sertifikasi kebersihan, kesehatan, keamanan, dan keberlanjutan lingkungan atau CHSE di sektor pariwisata, termasuk industri MICE.
Pelaku industri MICE harus mengantisipasi pergeseran tren penyelenggaraan kegiatan, terutama dalam penegakan protokol kesehatan.
Menurut Rizki, hotel dan pusat konvensi sudah mendaftar dan mengikuti uji sertifikasi CHSE. Adapun standar dan sertifikasi CHSE khusus pengelola acara dan penyelenggara konvensi sedang disiapkan.
”Kami sudah mengeluarkan protokol khusus untuk MICE. Untuk pemilik tempat, mereka sudah masuk dalam program sertifikasi. Sekarang kami sedang mendiskusikan standar protokol untuk pengelola yang menyediakan jasa acaranya,” kata Rizki.
Akan tetapi, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal berpendapat, industri MICE dan sektor pariwisata masih sulit bangkit jika pandemi Covid-19 belum berhasil dikendalikan.
Inovasi dan panduan standar protokol kesehatan bisa saja disiapkan, tetapi masih ada risiko penularan virus. Selain itu, ada tantangan menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman agar orang berkunjung ke acara pameran atau pertemuan.
Baca juga: Wisata Domestik Bisa Jadi Andalan
Oleh karena itu, industri pariwisata dan MICE harus siap menghadapi berbagai kemungkinan. Itu karena skenario pada tahun depan masih bisa berubah di tengah ketidakpastian akibat pandemi.
”Standar protokol Covid-19 boleh disiapkan. Namun, yang terutama, pandemi tetap harus betul-betul dikendalikan. Sudah ada harapan lewat vaksin, tetapi harus dipastikan dari sisi kurasi dan efektivitasnya sebelum membuka kembali acara-acara pertemuan dan pameran,” katanya.
Industri MICE dan sektor pariwisata masih sulit bangkit jika pandemi Covid-19 belum berhasil dikendalikan.
Tren bergeser
UNWTO menyoroti, pandemi membuka peluang pelaku industri berinovasi dan mengubah model bisnis yang selama ini diterapkan. Tantangan yang dihadapi industri MICE dan pariwisata memang tidak mudah. Namun, situasi ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menata dan membenahi industri agar segera melesat pascapandemi.
Industri MICE diperkirakan bergeser menjadi hibrida, yang memadukan daring dan luar jaringan. Acara pameran yang digelar juga akan berbasis kuota pengunjung sehingga bisa menjaga jarak di lokasi acara.
”Intinya, kita perlu berinovasi membuat model baru yang tetap memanfaatkan digital. Saya melihat trennya akan cenderung mengadakan kegiatan secara hibrida. Dari acara sepekan, enam hari di antaranya secara virtual. Lalu, acara puncak dilakukan secara langsung di tempat,” kata Rizki.
Direktur PT Arrbey Consulting Handito Joewono, yang pernah menjadi peserta dan penyelenggara pameran virtual selama pandemi, mengatakan, pergeseran tren akan terjadi, khususnya untuk acara pertemuan dan pameran berskala internasional. ”Saya melihat kecenderungannya tren bergeser. Akibat pandemi, kita sulit kembali lagi seperti zaman dulu,” katanya.
Sepanjang pengalamannya mengikuti Trade Expo Indonesia-Virtual Event 2020 pada November 2020, Handito terkejut dengan jumlah pengunjung harian di gerai virtualnya. Jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan TEI 2019 yang digelar luring.
Baca juga: Indonesia Bersiap Bangkit
Menurut dia, antusiasme pameran virtual baru dirasakan di pameran yang melibatkan pengunjung dari negara lain. Sementara dalam pameran berskala domestik atau nasional, masyarakat Indonesia tetap memilih pameran secara konvensional.
Pergeseran tren akan terjadi, khususnya untuk acara pertemuan dan pameran berskala internasional.
Banyak kebiasaan dan kegiatan yang berubah selama pandemi Covid-19. Faktor kesehatan, yakni mencegah penularan Covid-19, tetap jadi titik pusat perubahan.