JAKARTA, KOMPAS – Ultramaraton Kompas Tambora Challenge-Lintas Sumbawa 320K akan kembali digelar pada 1-4 Mei 2019 di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Sejumlah perubahan diterapkan pada kompetisi tahun ini, yakni pemendekan batas waktu tempuh dan adanya penggalangan donasi di akhir kompetisi.
“Tahun ini, batas waktu tempuh (cut off time) yang sebelumnya 72 jam diubah menjadi 68 jam untuk kategori pelari individu, sedangkan untuk kategori relay batasnya 54 jam. Ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan standar (kompetisi). Kami harap para peserta mempersiapkan diri,” kata Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy di Jakarta, Minggu (24/2/2019). Hal ini disampaikan pada acara pembukaan Kompas Tambora Challenge 2019-Lintas Sumbawa 320K.
Para peserta harus berlari sejauh 320 kilometer melewati tiga kabupaten di Nusa Tenggara Barat (NTB) yaitu Sumbawa Barat, Sumbawa, dan Dompu. Adapun garis start berada di Lapangan Poto Tano, sedangkan garis akhir lari ada di Doro Ncanga, tepatnya di kaki Gunung Tambora.
Race Director Kompas Tambora Challenge 2019 Lexi Rohi mengatakan, pihaknya sudah menghitung waktu tempuh yang dinilai ideal. Pada 160 kilometer pertama, peserta diberi waktu 32 jam untuk mencapai delapan titik pemeriksaan (check point). Sementara itu, pada 160 kilometer selanjutnya, peserta diberi waktu 36 jam.
“Asumsi itu sudah kami hitung berdasarkan kecepatan lari. Bahkan, kecepatan paling rendah sudah termasuk dalam perhitungan. Dari situlah kami menentukan cut off time menjadi 68 jam,” kata Lexi.
Peserta juga diimbau untuk mempersiapkan fisik dan mental menjelang kompetisi. Pasalnya, jarak jauh bukan satu-satunya tantangan yang harus dihadapi. Cuaca panas dan medan yang berat pun harus dilalui peserta.
Peserta juga harus mengantongi sejumlah kualifikasi untuk bertanding, seperti pengalaman mengikuti maraton. Slot peserta pun terbatas untuk 20 orang di kategori individu dan 30 orang di kategori relay.
“Pendaftaran bisa dilakukan melalui laman yang sedang kami siapkan. Mudah-mudahan nanti malam atau besok pagi peserta sudah bisa mengakses laman itu,” kata Lexi.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah mengapresiasi pelaksanaan kompetisi ini. Ia berharap, pelaksanaan ultramaraton bisa membuka mata dunia akan keindahan alam NTB.
“Kami Pemda NTB akan melakukan apa saja agar acara ini sukses. Saya dengan penuh kerendahan hari sangat siap untuk diatur dan diajak membantu memfasilitasi kompetisi ini,” kata Zulkieflimansyah.
Donasi
Menginjak pelaksanaannya di tahun kelima, Kompas Tambora Challenge akan mengumpulkan donasi bagi korban bencana alam di NTB 2018 silam. Ini sekaligus menjadi momen untuk berkontribusi pada NTB.
Ninuk mengatakan, catatan waktu dari semua peserta akan diakumulasi dan dikali Rp 32.000 per jam. Nantinya, donasi tersebut akan disalurkan melalui Dana Kemanusiaan Kompas.
Pada 29 Juli 2018, Pulau Lombok, NTB diguncang gempa berkekuatan M 6,4. Seminggu kemudian pada 5 AGustus 2018, gempa berkekuatan M 7,0 kembali mengguncang Lombok.
Gempa tersebut mengakibatkan 555 orang meninggal dunia di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Kota Mataram, Sumbawa Besar, dan Sumbawa Barat. Gempa juga mengakibatkan 390.529 orang harus mengungsi (Kompas.id, 25/8/2018).
Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan, pihaknya akan mengembangkan kompetisi ini di masa depan. Tujuannya agar tidak hanya membawa manfaat bagi para pelari, namun juga bagi NTB dan Indonesia secara keseluruhan. (SEKAR GANDHAWANGI)