TikTok: Setelah Viral, lalu Mau Apa?
Bagi sebagian orang, konten di aplikasi TikTok terkesan ”receh” atau alay. Namun, siapa sangka, layanan berbagi video 15 detik ini mampu menjadikan sesuatu yang biasa saja menjadi viral dan populer di kalangan warganet.
Bagi sebagian orang, konten di aplikasi TikTok terkesan ”receh” atau alay. Namun, siapa sangka, layanan berbagi video 15 detik ini mampu menjadikan sesuatu yang biasa saja menjadi viral dan populer di kalangan warganet. Kini, TikTok berambisi ikut berkontribusi mempromosikan Indonesia.
Warganet pasti masih ingat bagaimana lagu remix berlirik ”entah apa yang merasukimu” menghipnotis jagat maya. Lagu yang dinyanyikan sambil joget sederhana dengan iringan suara burung gagak tersebut terkesan nyeleneh, tetapi mampu membuat terngiang-ngiang di kepala.
Lagu yang telah diubah komposisinya itu dimainkan sambil menari menyilangkan tangan dan ditutup dengan gerakan tangan yang menyerupai kuncup. Saking viralnya, setiap kali telinga mendengarkan irama lagu berjudul ”Salah Apa Aku” tersebut, badan pun serasa ingin berjoget.
Awal 2018, ketika grup musik Ilir 7 memopulerkan ”Salah Apa Aku”, lagunya tidak begitu populer. Begitu pula saat label Ascada Musik mengunggahnya di media sosial Youtube pada 21 Juni 2018. Namun, sejak dua bulan terakhir, lagu itu mendadak viral di aplikasi TikTok dan menyebar di media sosial lainnya.
Baca juga: Di Balik ”Entah Apa yang Merasukimu”
Ave (28), vokalis Ilir 7, pernah mengatakan, ia dan rekan-rekannya tidak pernah menyangka lagu tersebut bakal disambut hangat warganet. Pasalnya, mereka tidak menyiapkan strategi khusus untuk memasarkan lagu. But media social is a game changer. Kini, Ilir 7 tengah bergembira karena karya mereka dikenali masyarakat.
TikTok tak hanya mampu membuat lagu menjadi viral. Setahun lalu, Bowo Alpenliebe, bocah SMP berusia 13 tahun, pun mendadak viral setelah aksinya di TikTok menarik ribuan penonton. Dia kemudian menjadi selebritas media sosial dengan ribuan penggemar dan bisa menghasilkan uang dari unggahan-unggahannya di dunia maya.
Mungkin terkesan main-main atau bahkan membuang waktu, TikTok nyatanya digemari jutaan orang dari berbagai penjuru dunia. Meskipun baru berusia lima tahun, layanan yang diperkenalkan oleh ByteDance asal China ini memiliki pengguna aktif lebih dari 500 juta orang dari 150 negara.
Bahkan, di Indonesia, TikTok menempati urutan keenam aplikasi yang paling banyak diunduh di App Store dan Play Store. Setiap hari, pengguna di Indonesia menghabiskan waktu sekitar 39 menit dengan lebih dari 100 video yang ditonton. Konten yang paling diminati yakni komedi, vlog, dan kecantikan.
Baca juga: Ambisi Besar Video ”Receh” Tiktok
Head of User and Content Operations TikTok Indonesia Angga Anugrah Putra, Jumat (25/10/2019), di Surabaya, mengatakan, meski memiliki sistem ”pengikut” dan ”mengikuti”, bukan berarti konten yang bisa dinikmati oleh pengguna TikTok menjadi terbatas.
”Konten yang diunggah oleh akun dengan pengikut sedikit bisa saja ditonton banyak orang. TikTok mencarikan penonton sesuai profil pilihan konten pengguna,” katanya.
Melalui pemanfaatan kecerdasan buatan dan algoritma, setiap pengguna akan disodorkan konten yang relevan di linimasa. Itulah alasan yang melatarbelakangi video yang diunggah oleh pengguna dengan pengikut kurang dari 100 orang bisa ditonton lebih banyak.
Video yang viral di TikTok terbagi menjadi dua macam, ada yang viral secara alami dan sengaja dibuat viral.
Kecerdasan buatan
Teknologi kecerdasan buatan yang digunakan TikTok akan mempelajari video-video yang diunggah sebelumnya untuk menentukan sasaran pengguna yang terpapar. Oleh sebab itu, pengguna harus konsisten dalam tema video yang diunggah agar pengguna lain dimungkinkan menemukan konten tersebut.
”Video yang viral di TikTok terbagi menjadi dua macam, ada yang viral secara alami dan sengaja dibuat viral,” ujar Angga. Dia enggan memaparkan trik agar bisa viral di TikTok, begitu pula mekanisme membuat sebuah video menjadi viral.
Begitu kuatnya dampak yang ditimbulkan seusai viral dari aplikasi ini, TikTok mulai memanfaatkannya untuk mengampanyekan sesuatu agar lebih berdampak. Aplikasi yang baru dua tahun ada di Indonesia ini bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga membuat tantangan #EkspresiMerdeka untuk generasi muda. Tantangan ini menghasilkan ribuan video dan ditonton 64,9 juta kali.
Di sektor pariwisata, TikTok membuat tantangan #ColorfulMedan yang berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Kota Medan untuk mempromosikan kota tersebut. TikTok mengajak pengguna mengunggah video yang berisi destinasi-destinasi unggulan di kota tersebut. Hasilnya, ada 33.100 video diunggah yang ditonton 20,3 juta kali.
Sementara itu, dalam kegiatan sosial, TikTok mengadakan kampanye Tik Tok Peduli untuk berbagi dengan penyandang autis di Indonesia. Untuk 100 video yang diunggah dengan menggunakan tagar #TikTokPeduli, TikTok mendonasikan Rp 100 juta kepada Rumah Autis, sebuah lembaga sosial masyarakat yang menangani anak-anak autis dan anak berkebutuhan khusus lainnya dari keluarga tidak mampu.
”Tahun ini, TikTok ditunjuk menjadi mitra resmi dari Kementerian Pariwisata untuk membantu mempromosikan tujuan wisata di seluruh Indonesia,” kata Angga.
TikTok pun tak luput dari kontroversi. Pada Juli 2018, Kementerian Komunikasi dan Informatika memblokir aplikasi ini selama satu pekan. Musababnya, aplikasi itu memuat konten pornografi, pelecehan agama, dan beberapa pelanggaran lainnya.
Pemantauan
Untuk itu, kini setiap konten TikTok melewati tiga tahap pemantauan. Pertama, teknologi milik ByteDance akan memproses video-video yang diunggah untuk masuk ke mesin filter guna menghindari video yang mengandung kekerasan atau adegan dewasa. Video kemudian diperiksa ulang oleh operator manusia di kantor global dan kantor Indonesia.
Foto dan video tidak bisa dikirim lewat pesan pribadi agar menghindari penyebaran konten pornografi.
Kemudian, untuk video yang penontonnya mencapai lebih dari 4.000, kontennya akan dimoderasi. Jika tidak sesuai ketentuan, video tersebut tidak akan ditampilkan dan direkomendasikan di linimasa pengguna lain. ”Video tidak di-take down, hanya berhenti direkomendasikan kepada pengguna lain,” katanya.
Head of Communications TikTok Indonesia Chatrine Siswoyo menambahkan, pengguna TikTok diberikan akses untuk mengontrol semua keamanan akunnya. Setiap pengguna bisa memilih kerahasiaan akun, mau di-setting publik ataupun privat. Mereka juga bisa mengatur komentar di setiap unggahan.
”Foto dan video tidak bisa dikirim lewat pesan pribadi agar menghindari penyebaran konten pornografi,” ucapnya.
TikTok, apa pun konten dan pengunggahnya, berpotensi membuat sesuatu menjadi viral. Sebagai warganet yang bijak, perlu kedewasaan untuk mengunggah konten-konten yang berkualitas. Jangan sampai potensi platform yang mampu memengaruhi jutaan orang hanya diisi dengan konten-konten ”receh” dan alay.