Krisis Multidimensi Menyimpan Peluang untuk Usaha Rintisan Indonesia
Ada lima sektor usaha yang akan paling banyak menyimpan peluang di masa krisis sekarang, yakni transportasi, energi, pertanian, teknologi dekarbonisasi, serta minyak dan gas. Pelaku usaha rintisan bisa memulai dari sana.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbagai krisis yang terjadi saat ini, dari pandemi Covid-19 sampai perubahan iklim, dinilai menyimpan peluang bagi para pelaku usaha rintisan untuk menciptakan produk yang dapat membantu masyarakat melewati masa-masa yang sulit. Namun, ini harus diimbangi dengan pembangunan sumber daya manusia yang memadai.
Partner dari firma konsultan McKinsey & Company Dilip Mistry mengatakan, tidak bisa dimungkiri bahwa perubahan iklim akan menjadi pendorong perubahan terbesar dalam beberapa tahun ke depan.
Contohnya, modal alam seperti tanah pertanian yang mengering ataupun tergenang banjir akibat kenaikan muka air laut akan mendorong terjadinya krisis pangan. Berbagai kebijakan pengurangan emisi karbon juga banyak dilakukan oleh sejumlah negara.
”Ekosistem pangan, modal alam akan secara fundamental berubah. Miliaran dollar dan miliaran orang akan terdampak,” kata Mistry dalam konferensi pers dan acara diskusi bertajuk ”Gojek Xcelerate Xcellence” yang digelar secara jarak jauh pada Rabu (1/7/2020) sore.
Untuk itu, kata Mistry, sustainabilitas akan menjadi sebuah segmen pasar yang besar pada saat ini. Investasi akan banyak ditanamkan pada berbagai solusi untuk mengatasi perubahan iklim.
Menurut dia, ada lima sektor usaha yang akan paling banyak menyimpan peluang di masa krisis sekarang ini yakni transportasi, energi, pertanian, teknologi dekarbonisasi, serta minyak dan gas. ”Ada banyak peluang di bidang sharing transportasi, fuel cell dan hidrogen misalnya sekarang,” kata Mistry.
Ada lima sektor usaha yang akan paling banyak menyimpan peluang di masa krisis sekarang ini, yakni transportasi, energi, pertanian, teknologi dekarbonisasi, serta minyak dan gas.
Keberadaan pandemi Covid-19 juga mendukung penciptaan peluang usaha di bidang digitalisasi. Menurut dia, ada perubahan besar-besaran pada konsumen yang melakukan perpindahan kegiatan sehari-hari secara daring.
”Artinya, kalau para entrepreneur bisa memberikan solusi yang mempermudah di masa sulit seperti ini, konsumen akan menyambutnya dengan baik,” kata Mistry.
Pendapat senada juga disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Komunikasi dan Informatika Basuki Yusuf Iskandar.
Basuki mengatakan, berbagai disrupsi yang terjadi ini memang banyak menimbulkan bencana dan kerugian bagi Indonesia. Namun, hantaman krisis ini juga penting untuk menempa daya saing negara.
”Gejolak yang dahsyat sekarang ini bukan berarti gejolak ke depan akan berkurang. Mungkin akan ada bencana yang lebih besar dan kita harus siap,” kata Basuki.
Untuk itu, menurut dia, proses pengembangan sumber daya manusia seperti apa yang dilakukan oleh Gojek Xcelerate menjadi penting untuk mempersiapkan terhadap krisis dan peluang yang datang bersamaan.
Dalam kesempatan itu, Senior System Engineer Gojek Giri Kuncoro mengatakan, Gojek Xcelerate memperkenalkan tiga start-up yang paling inovatif di antara 35 start-up lainnya yang bergabung di Gojek Xcelerate. Tiga perusahaan ini adalah Jejak.in, Etanee, dan Qlue.
Jejak.in adalah sebuah usaha di bidang lingkungan yang berfokus pada proses pertumbuhan pepohonan. Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Jejak.in Arfan Arlanda mengatakan, dengan menggunakan sensor internet of things, satelit, dan drone, pengguna dapat memantau proses konservasi lingkungan hidup sebuah wilayah.
Sistem yang dibangun Jejak.in juga dapat untuk mengalkulasi jejak karbon dari aktivitas harian baik dari kegiatan pabrik maupun individu. Ini akan berguna untuk aspek manajemen karbon.
”Setelah dua tahun kami berjalan, Gojek Xcelerate membuat kami sadar bahwa produk kami harus dikembangkan lebih luas lagi untuk dapat mengendalikan sebuah dampak lingkungan,” kata Arfan.
Lalu, Etanee adalah sebuah platform yang bertujuan mengotomasi rantai pasok pangan. Cofounder dan Chief Operation Officer (COO) Etanee Herry Nugraha mengatakan, pihaknya bertujuan untuk menghubungkan ekosistem konsumen dengan ekosistem petani, dengan masyarakat sebagai simpul logistiknya.
Dengan menggunakan pendekatan ekonomi berbagi (sharing economy) sekelompok masyarakat dapat menjadi koordinator komunitas masing-masing untuk pembelian belanja.
Selama pandemi Covid-19, Herry mengatakan, Etanee sudah berkontribusi dengan menghubungkan petani dengan konsumen yang sulit mengakses pasar atau swalayan yang tutup karena PSBB. ”Kami menjadi alternative channel yang membuat distribusi pangan bisa disalurkan,” kata Herry.
Kondisi pandemi Covid-19 juga membuat Qlue, platform smart city (kota pintar), menemukan produk baru, yakni Qlue Thermal, detektor dengan kecerdasan buatan yang memungkinkan deteksi suhu tubuh dan pengenaan masker. ”Di tengah pandemi ini juga membuka peluang,” kata Chief Commercial Officer (CCO) Qlue Maya Arvini.
Giri mengatakan, seluruh perusahaan rintisan yang bergabung pada Gojek Xcelerate telah menciptakan 1.608 lapangan kerja baru dan mendapatkan pendanaan dengan total 30 juta dollar AS (Rp 430,6 miliar).
”Namun, yang juga membanggakan adalah 22 dari 35 perusahaan ini dipimpin oleh perempuan,” kata Giri.
Chief Corporate Affair Gojek Nila Marita mengungkapkan, pada awalnya, sebanyak 1.425 aplikasi dari berbagai perusahaan rintisan Indonesia dan Asia Tenggara mendaftar untuk masuk ke dalam program Gojek Xcelerate pada pertengahan 2019 lalu. Gojek Xcelerate adalah program akselerator pengembangan start-up.
Lalu, dipilihlah 35 perusahaan terbaik se-Asia Pasifik untuk mengikuti kegiatan ini; 5 dari Indonesia dengan konsentrasi mesin pintar (machine learning), 10 dari Asia Pasifik dengan CEO perempuan; 9 dari Indonesua yang berfokus pada daily consumer innovation; dan 11 aplikasi yang merupakan bisnis direct to consumer.
Kegiatan yang dilakukan dalam Gojek Xcelerate ini, antara lain, pemberian materi dari para partner Gojek, seperti McKinsey, Bank UBS, Google Developer Launchpad, dan Digitaraya. Para perusahaan rintisan ini juga berkesempatan untuk menghimpun pendanaan dari para pemodal ventura pada jaringan Gojek.
Gojek Xcelerate Lead Yoanita Simanjuntak mengatakan, selama Juli-Agustus 2020 ini, Gojek juga akan menggelar kegiatan Gojek Xcelerate Xtra. Kegiatan ini akan membantu 35 alumni Gojek Xcelerate menghimpun pendanaan dengan proses matchmaking atau ”pencarian jodoh” dengan pemodal ventura.
Gojek Xcelerate Xtra juga akan mengadakan serangkaian webinar gratis bertajuk ”Expert Insights” untuk publik dengan tujuan memberikan tambahan pengetahuan dari para pakar dunia perusahaan rintisan.
”Ini adalah ambisis kita untuk terus memperkuat ekosistem start-up di Indonesia,” kata Lead Gojek Xcelerate Yoanita Simanjuntak.