Strategi "Start Up" Jasa Perjalanan Menghadapi Pasar yang Lesu
Kondisi pasar yang lesu disikapi pelaku usaha rintisan di bidang perjalanan dan pemesanan hotel dengan strategi meningkatkan layanan terhadap pelanggan. Mereka juga menerima pembatalan dan penjadwalan ulang perjalanan.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah strategi diterapkan usaha rintisan di bidang perjalanan dan pariwisata untuk menyikapi pasar yang lesu sebagai dampak pandemi Covid-19. Situasi yang sulit menjadi peluang untuk berbenah dan meningkatkan kualitas layanan.
CEO Airy, Louis Alfonso Kodoatie, mengatakan, perusahaan penyedia akomodasi berbasis daring itu fokus menjaga konsistensi bisnis di tengah situasi perlambatan. Salah satunya adalah dengan terus berkoordinasi dengan mitra properti untuk pencegahan penyebaran Covid-19, memantau perkembangan wabah, serta mematuhi arahan pemerintah.
Hingga saat ini, Airy bermitra dengan lebih dari 2.000 mitra properti di 100 kota di Indonesia. “Kami akui kondisi ini memberikan pengaruh terhadap bisnis Airy, terutama dari segi okupansi di kota-kota yang menjadi tujuan favorit wisatawan internasional, seperti Bali,” katanya, dalam keterangan tertulis, Sabtu (21/3/2020).
Louis menambahkan, Airy tengah menyiapkan beberapa langkah untuk merespon perubahan cepat pasar akibat pandemi virus Covid-19. Upaya itu antara lain mengembalikan dana pengguna Indonesia yang telah memesan akomodasi Airy untuk periode inap 20 Maret-30 April 2020.
Di sisi lain, Airy melihat kondisi pasar yang menurun menjadi momentum untuk memperkuat layanan dan inovasi teknologi pada industri rintisan hotel. “Kami melihat periode ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kontrol kualitas layanan dan fasilitas di properti-properti Airy. Salah satunya, kebersihan dan sanitasi properti, juga kemampuan para karyawan dalam melayani tamu,” katanya.
Kondisi pasar yang menurun menjadi momentum untuk memperkuat layanan dan inovasi teknologi pada industri rintisan hotel.
Strategi pasar juga diterapkan Pegipegi, perusahaan layanan pemesanan hotel dan perjalanan berbasis daring. Upaya adaptasi jangka pendek maupun jangka panjang ditempuh perusahaan guna menyikapi situasi industri yang sedang sulit.
Corporate Communication Manager Pegipegi Busyra Oryza, mengemukakan, sejak wabah pandemik Covid-19 diumumkan di Indonesia, jumlah pemesanan tiket pesawat dan hotel melalui aplikasi itu menurun. Permohonan penundaan dan pembatalan rencana perjalanan pelanggan bahkan meningkat hingga empat kali lipat.
Permintaan penundaan pesanan rata-rata untuk perjalanan 1-2 bulan ke depan. Pegipegi memfasilitasi permohonan pelanggan untuk penundaan hingga pembatalan pesanan dengan merujuk pada kebijakan maskapai dan hotel.
Busyra mengemukakan, Pegipegi meyakini industri perjalanan (travel) dalam jangka panjang tetap memiliki potensi besar untuk tumbuh. “Kami tetap optimis industri ini bisa bangkit kembali karena industri travel merupakan industri yang paling besar dan tahan banting di dunia,” katanya.
Google dan Temasek memprediksi pada tahun 2025 pasar industri online travel di Asia Tenggara akan tumbuh menjadi 78 miliar dollar AS.