Sebagian Besar Orangtua Mengalami Kesepian dan Kelelahan
Tuntutan dan tanggung jawab membuat sebagian besar orangtua kerap mengalami isolasi, kesepian, serta kelelahan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tuntutan dan tanggung jawab membuat sebagian besar orangtua kerap mengalami isolasi, kesepian, serta kelelahan. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang merasa kurang mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Kondisi ini perlu diantisipasi agar tidak memengaruhi kesehatan mental orangtua.
Kondisi kesepian dan kelelahan yang dialami sebagian besar orangtua ini terangkum dalam hasil studi terbaru yang dilakukan para peneliti dari Pusat Medis Wexner Universitas Negeri Ohio, Amerika Serikat. Para peneliti melakukan survei terhadap responden yang merupakan orangtua di wilayah Ohio.
Hasil survei menunjukkan, sekitar dua pertiga atau 66 persen responden terkadang merasakan terisolasi dan kesepian akibat tuntutan menjadi orangtua. Kemudian, sekitar 62 persen responden merasa jenuh dengan tanggung jawab mereka sebagai orangtua.
Selain itu, survei juga menunjukkan 2 dari 5 atau sekitar 38 persen responden merasa tidak ada orang yang mendukung peran mereka sebagai orangtua. Sementara 4 dari 5 atau sekitar 79 persen responden menghargai cara untuk terhubung dengan orangtua lain di luar pekerjaan dan rumah.
Profesor klinis di The Ohio State University College of Nursing, Kate Gawlik, mengemukakan, terdapat perbedaan yang besar ketika seseorang bertemu secara langsung dan virtual. Kurangnya pertemuan tatap muka secara langsung dengan orang lain inilah yang kerap dirindukan oleh orangtua, khususnya seorang ibu atau istri.
Menurut Gawlik, kesepian telah terbukti memengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang. Beberapa penyakit, seperti kardiovaskular, depresi, kecemasan, penurunan kognitif, hingga sistem kekebalan tubuh, juga bisa bermunculan saat seseorang kesepian.
”Faktanya, sebuah penelitian menunjukkan, jika seseorang berada dalam isolasi sosial dalam jangka waktu yang lama, kondisinya sama dengan merokok sekitar 15 batang setiap hari,” ujarnya dikutip dari situs resmi Ohio State University College of Nursing, Selasa (30/4/2024).
Kesepian dan terisolasi memang telah menjadi persoalan global. Data dari berbagai negara menunjukkan, hampir 1 dari 4 manusia di dunia saat ini kesepian dan terisolasi secara sosial. Survei Meta-Gallup terbaru menunjukkan, sebanyak 24 persen orang berusia 15 tahun ke atas melaporkan, mereka merasa sangat atau cukup kesepian.
Guna mengatasi kesepian yang ini, Gawlik juga menekankan pentingnya bagi orangtua untuk melakukan perawatan diri dan menjalin koneksi dengan lingkungan sekitar.
Sementara laporan Jajak Pendapat Bulanan Pikiran Sehat pada 1 Februari 2024 dari American Psychiatric Association menunjukkan, sekitar 1 dari 3 orang mengaku merasa kesepian setidaknya sekali seminggu. Yang lebih buruk lagi, 1 dari 10 orang Amerika mengatakan mereka merasa kesepian setiap hari (Kompas.id, 3/4/2024).
Sementara kelelahan yang dihadapi orangtua, menurut Alan Ralph dari Sekolah Psikologi Universitas Queensland, Australia, bisa ditandai dengan munculnya kelelahan fisik atau emosional. Kelelahan ini bisa disebabkan karena mereka kewalahan atau muak dengan perannya sebagai orangtua.
Menjalin koneksi
Guna mengatasi kesepian yang ini, Gawlik juga menekankan pentingnya bagi orangtua untuk melakukan perawatan diri dan menjalin koneksi dengan lingkungan sekitar. ”Memiliki seseorang yang memahami apa yang sedang kita hadapi bisa menjadi upaya yang sangat kuat dalam melawan perasaan kesepian,” kata Gawlik.
Gawlik juga mengembangkan program pengasuhan anak selama enam minggu untuk mengatasi isolasi, kesepian, dan kelelahan yang dialami orangtua. Para orangtua yang mengalami gejala yang memengaruhi kesehatan mental tersebut kemudian dikumpulkan agar bisa saling memberikan simpati dan dukungan terhadap permasalahan yang dihadapi.
Ia pun merekomendasikan agar orangtua bisa mencari komunitas yang sesuai agar terhindar dari kesepian. Komunitas tersebut bisa berupa kelompok bermain, klub buku, atau pencinta olahraga. Orangtua juga bisa memulai pembicaraan dengan orangtua lainnya yang ditemui di tempat penitipan anak untuk sekadar berekreasi di hari libur.
”Mengasuh anak terkadang terasa sangat sepi, tetapi akan lebih mudah jika memiliki orang-orang di sekitar yang dapat mendukung. Mungkin sulit untuk mulai mencari koneksi karena beberapa faktor dan hal ini memang memerlukan waktu dan usaha,” tuturnya.