Keanekaragaman Hayati Memaksimalkan Manfaat Alam bagi Kesehatan Mental
Lingkungan dengan keanekaragaman hayati lebih banyak memaksimalkan manfaat alam bagi kesehatan mental.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kesehatan mental seseorang juga dipengaruhi lingkungan alam di sekitarnya. Penelitian terbaru di King’s College London, Inggris, mengungkapkan lingkungan dengan keanekaragaman hayati yang lebih banyak memaksimalkan manfaat alam bagi kesehatan mental.
Riset tersebut mengumpulkan laporan berbasis aplikasi ponsel pintar mengenai kesejahteraan mental dan keanekaragaman lingkungan dari hampir 2.000 peserta. Laporan hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Scientific Reports, Selasa (16/4/2024).
Para peneliti menemukan lingkungan dengan lebih banyak pepohonan, burung, dan tumbuhan dikaitkan dengan kesejahteraan mental lebih baik ketimbang lingkungan dengan lebih sedikit fitur alam. Temuan ini dapat menjadi landasan dalam membangun ruang terbuka dengan pepohonan dan satwa yang lebih beragam.
Riset tersebut menyoroti pentingnya mempertimbangkan aksesibilitas lingkungan dan kekayaan keanekaragaman hayati dalam merancang ruang terbuka di suatu kawasan. Ryan Hammoud dari Departemen Studi Psikosis, Institut Psikiatri, Psikologi, dan Ilmu Saraf di King’s College menjadi penulis pertama dalam studi itu.
”Kami menemukan bukti signifikan yang mendukung dampak positif jangka panjang dari alam terhadap kesejahteraan mental. Kami juga melaporkan dampak tambahan keanekaragaman hayati yang signifikan dan bertahan lama terhadap kesehatan mental,” tulis penelitian itu.
Penelitian berlangsung selama April 2018 hingga September 2023. Lebih dari 1.900 peserta mengikuti sejumlah penilaian. Setiap peserta diminta menyelesaikan tiga penilaian per hari selama dua pekan. Mereka memasukkan informasi tentang lingkungannya dan menjawab serangkaian pertanyaan tentang kesehatan mental.
Para peneliti menemukan lingkungan dengan lebih banyak pepohonan, burung, dan tumbuhan dikaitkan dengan kesejahteraan mental lebih baik ketimbang lingkungan dengan lebih sedikit fitur alam.
Tingkat keanekaragaman hayati ditentukan oleh banyaknya pohon, tumbuhan lain, dan burung yang ada di lingkungan sekitar peserta. Hasil studi ini diharapkan mendorong peralihan dari kawasan monokultur menjadi ruang terbuka dengan keanekaragaman hayati yang lebih banyak.
”Sepengetahuan kami, ini adalah studi pertama yang meneliti dampak kesehatan mental dari pertemuan sehari-hari dengan berbagai tingkat keanekaragaman alam dalam konteks kehidupan nyata,” ujar Hammoud.
Akan tetapi, pengukuran keanekaragaman hayati di kawasan perkotaan cukup kompleks. Oleh sebab itu, dibutuhkan riset lebih lanjut untuk mengeksplorasi perbandingan antara berbagai ukuran obyek dan lanskap lingkungan terhadap kesehatan mental.
”Dengan menunjukkan bagaimana keanekaragaman alam meningkatkan kesejahteraan mental, kami memberikan dasar yang kuat tentang cara menciptakan ruang kota yang lebih hijau dan sehat. Ini juga memfasilitasi peningkatan hidup berdampingan antara manusia dan alam yang pada akhirnya meningkatkan kualitas kehidupan,” jelasnya.
Profesor bidang kesehatan mental Andrea Mechelli mengatakan, dalam konteks perubahan iklim, terjadi penurunan keanekaragaman hayati secara global. Penelitian itu menunjukkan pentingnya keanekaragaman hayati tidak hanya untuk kelestarian lingkungan, tapi juga kesehatan mental manusia.
”Ini adalah waktu yang tepat untuk mengakui bahwa keanekaragaman hayati membawa manfaat tambahan bagi kesehatan bumi dan manusia sehingga perlu dipertimbangkan sebagai infrastruktur penting di kota-kota kita,” ucapnya.