JAKARTA, KOMPAS — Badan Keamanan Laut Indonesia mempererat kerja sama dengan Australian Border Force di bidang kemaritiman. Kerja sama ini diwujudkan dengan pertukaran informasi, baik lewat jalur formal maupun informal. Kerja sama dibuat untuk saling menutupi gap atau celah dalam aspek keamanan dan keselamatan laut.
Menurut rilis yang diterima Kompas, Rabu (19/6/2019), kerja sama itu merupakan respons terhadap kompleksitas keamanan laut lintas negara. Karena itu, Badan Keamanan Laut (Bakamla) dan Australian Border Force (ABF) menyelenggarakan kegiatan The 9th Maritime Security Desktop Exercise (MSDE), Selasa (18/6/2019), di Jakarta.
”Bakamla dan ABF sepakat untuk terus meningkatkan hubungan baik yang sudah lama terjalin ini. Untuk mewujudkan hal tersebut, pada kegiatan operasi bersama yang akan datang, kami akan mengajak beberapa instansi maritim lain,” ujar Kepala Bakamla Laksamana Madya A Taufiq R pada acara itu, kemarin.
Pembukaan kegiatan MSDE disaksikan pejabat tinggi perwakilan instansi maritim di Indonesia dan jajaran pejabat tinggi Kedutaan Besar Australia.
Ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini perwakilan penjaga pantai (coast guard) dari 16 negara, yaitu Indonesia, Australia, Bangladesh, Kamboja, Jepang, Laos, Malaysia, Maladewa, Myanmar, Papua Niugini, Filipina, Sri Lanka, Singapura, Korea Selatan, Timor Leste, dan Turki.
Komandan Komando Perbatasan Maritim (MBC) Australia Laksamana Muda Lee Goddard menyatakan, kerja sama tentang keamanan dan keselamatan laut sangat dibutuhkan saat ini. Hal ini sejalan dengan penelitian beberapa organisasi internasional di bidang perekonomian yang menyebut negara-negara di Kawasan Asia merupakan penyokong utama pertumbuhan ekonomi dunia.
Hal itu dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia yang stabil. Sementara kondisi perekonomian global sedang mengalami penurunan. Perekonomian di kawasan erat kaitannya dengan perdagangan internasional, yang salah satu opsi konektivitasnya melalui jalur laut.
Dengan demikian, aspek pelayaran niaga menjadi suatu hal yang sangat penting bagi terjaganya pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia. Di sisi lain, tingginya potensi ekonomi yang dimiliki oleh negara-negara di kawasan Asia menciptakan tantangan terhadap keamanan dan keselamatan maritim di kawasan.
Hal ini merupakan konsekuensi dari tingginya lalu lintas pelayaran niaga di kawasan, dan terbatasnya kemampuan serta sumber daya setiap negara untuk senantiasa mengawasi keamanan maritim di wilayahnya.
Selain Taufiq dan Goddard, hadir pula pada acara itu Pelaksana Harian Direktur Kerja Sama Bakamla Kolonel Bakamla Salim, Commander Chris Waters Benjamin Honey, peserta acara, dan tamu undangan.