Qassem Soleimani, Simbol Pertahanan Iran Melawan AS
Sosok kuat simbol perlawanan Iran terhadap Amerika Serikat (AS) dikabarkan tewas. Pemimpin Pasukan Quds Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani (62) kehilangan nyawa dalam sebuah serangan oleh militer AS.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Pemimpin Pasukan Quds Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani (62) tewas dalam sebuah serangan yang dilakukan militer Amerika Serikat pada Jumat (3/1/2020) pagi. Bagi rakyat Iran, Soleimani adalah tokoh pertahanan nasional yang menghadapi tekanan AS selama empat dekade.
Lahir pada 11 Maret 1957, Soleimani tumbuh besar di dekat kota bersejarah Iran, Rabor. Rabor terkenal akan hutan, buah aprikot, kacang kenari, buah persik, dan tentu saja tentaranya yang gagah berani. Sementara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, ia lahir di Qom.
Informasi tentang masa kecilnya tidak banyak. Ada cerita bahwa ayah Soleimani merupakan seorang petani yang menerima sebidang tanah dari Shah Mohammad Reza Pahlavi, tetapi kemudian terbebani oleh utang.
Pada saat berusia 13 tahun, Soleimani mulai bekerja di bidang konstruksi. Ia kemudian pindah kerja sebagai karyawan Organisasi Air Kerman. Revolusi Islam pada 1979 melengserkan Shah dari kekuasaan sehingga Soleimani pun bergabung dengan Garda Revolusi Iran (IRGC). Dia pergi ke barat laut Iran bersama pasukan yang menumbangkan Kurdi setelah revolusi.
Tak lama, Irak menginvasi Iran. Perang berdarah di antara kedua negara selama delapan tahun pun dimulai. Pertempuran ini menewaskan lebih dari 1 juta orang. Unit tempur Soleimani dan lainnya juga diserang oleh senjata kimia Irak. Di tengah pembantaian itu, Soleimani terkenal menentang istilah ”mati percuma” di medan perang. Ia mampu merangkul sambil menasihati anak buahnya di medan pertempuran.
Soleimani menghilang dari pandangan publik selama beberapa tahun setelah Perang Irak-Iran. Sejumlah pengamat mengatakan, hal ini terjadi akibat ketidaksepakatannya dengan Hashemi Rafsanjani, orang yang akan menjabat sebagai Presiden Iran selama 1989-1997.
Setelah itu, Soleimani menjadi Pemimpin Pasukan Quds. Quds adalah sebuah unit di IRGC yang bertugas untuk melakukan peperangan dan kegiatan intelijen yang tidak konvensional. Sebagai pemimpin Quds, Soleimani mengawasi operasi asing IRGC.
”Perang adalah surga umat manusia yang hilang. Salah satu jenis surga yang digambarkan untuk umat manusia adalah aliran sungai, bidadari yang indah, dan tanaman hijau. Nmaun, ada jenis surga yang lain. Peperangan adalah surga manusia yang hilang,” kata Soleimani dalam sebuah wawancara pada 2009.
Awalnya, Soleimani relatif tidak dikenal hingga invasi AS ke Irak pada 2003. Untuk AS, Soleimani adalah sosok di balik layar dalam komando pasukan-pasukan yang didukung Iran di luar negeri.
Popularitasnya meningkat setelah pejabat AS menyerukan pembunuhannya. Ia dinilai bertanggung jawab atas pejuang militan di Suriah yang mendukung Presiden Bashar al-Assad dan atas kematian pasukan Amerika di Irak.
AS dan PBB memasukkan Soleimani dalam daftar sanksi pada 2007. Pada 2011, para pejabat AS menyebutnya sebagai terdakwa dalam plot menyewa seorang pembunuh Meksiko untuk membunuh seorang diplomat Arab Saudi.
Popularitasnya semakin meningkat akibat perang saudara Suriah pada 2011 serta perkembangan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Sebagai pendukung utama Assad, Iran mengirim Soleimani ke Suriah untuk memimpin serangan terhadap NIIS dan pihak yang menentang pemerintahan Assad. Ia beberapa kali terlihat dalam foto tidak pernah mengenakan jaket antipeluru dalam serangan-serangan yang terjadi di darat tersebut.
Soleimani telah beberapa kali dikabarkan meninggal. Beberapa di antaranya adalah dalam kecelakaan pesawat pada 2006 dan pengeboman di Damaskus yang menewaskan pembantu utama Assad pada 2012. Desas-desus lain yang beredar adalah Soleimani terbunuh atau terluka parah ketika memimpin pasukan yang setia kepada Assad di sekitar Aleppo, Suriah, November 2015.
Akhirnya, Jumat (3/1/2020) pagi, serangan udara AS menewaskan Soleimani beserta pejabat lainnya ketika mereka melakukan perjalanan dari bandara internasional Baghdad. Pentagon mengonfirmasi bahwa Presiden AS Donald Trump memerintahkan pembunuhan tersebut.
”Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan tegas untuk melindungi personel AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani, pemimpin Pasukan Quds, sebuah organisasi teroris asing. Serangan itu bertujuan untuk menghalangi rencana serangan Iran di masa depan,” kata Pentagon.
Pentagon mengatakan, Soleimani juga telah mengatur serangan terhadap pangkalan koalisi militer AS di Irak selama beberapa bulan terakhir. Soleimani juga dituding menyetujui serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Baghdad yang terjadi pada pekan ini.
”Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang diplomat Amerika dan personel di Irak serta seluruh wilayah. Jenderal Soleimani dan Pasukan Quds-nya bertanggung jawab atas kematian ratusan personel AS dan koalisi serta melukai ribuan lainnya,” bunyi pernyataan Departemen Pertahanan AS.
Pembalasan Iran
Dalam beberapa dekade terakhir, Soleimani menjadi komandan medan perang Iran yang paling terkenal. Ia menolak masuk ke dunia politik, tetapi memiliki pengaruh kuat.
Dia juga sangat dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sampai-sampai Khamenei meresmikan pernikahan putri Soleimani. ”Soleimani adalah martir revolusi yang hidup,” ujar Khamenei.
Para pejabat Iran pun bersumpah untuk membalas dendam. Apalagi, hubungan Iran dan AS tengah memanas akibat ketegangan selama berbulan-bulan setelah Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir (JCPOA) terkait program nuklir Teheran.
”Trump melalui pertaruhannya telah menyeret AS ke dalam situasi paling berbahaya di kawasan ini. Siapa pun yang meletakkan kakinya di luar garis merah harus siap menghadapi konsekuensinya,” tutur Hessameddin Ashena, penasihat Presiden Iran Hassan Rouhani melalui Telegram. (AFP/AP)