Dalam 24 Jam, Pesawat Evakuasi WNI di Hubei Segera Berangkat
Pesawat evakuasi dari Indonesia akan segera berangkat dalam waktu 24 jam. Penting agar masyarakat Indonesia tidak memiliki stigma negatif terhadap WNI yang datang dari Hubei sebagai pembawa virus korona baru.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Proses evakuasi bagi warga negara Indonesia yang berada di Provinsi Hubei, China, telah memasuki tahap akhir. Pesawat evakuasi dari Indonesia akan segera berangkat dalam waktu 24 jam.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyatakan hal itu dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (31/1/2020). Saat ini, sebanyak 243 warga negara Indonesia (WNI) berada di tujuh lokasi karantina di Hubei, China.
”Sesuai instruksi Presiden untuk mengevakuasi WNI dari Wuhan secepatnya, persiapan evakuasi WNI dari Wuhan sudah memasuki tahap akhir. Duta Besar RRT di Jakarta menyampaikan clearance pendaratan dan pergerakan pesawat untuk evakuasi WNI di Provinsi Hubei,” kata Retno.
Sesuai instruksi Presiden untuk mengevakuasi WNI dari Wuhan secepatnya, persiapan evakuasi WNI dari Wuhan sudah memasuki tahap akhir.
Tanpa merinci lebih lanjut tentang jenis dan jumlah pesawat yang akan digunakan, Retno menyebutkan, pesawat evakuasi yang akan digunakan adalah pesawat berbadan lebar. Pesawat itu akan menempuh perjalanan tanpa transit dan menampung seluruh WNI yang bersedia dievakuasi.
Pemerintah Indonesia telah berkoordinasi dengan tim aju atau tim persiapan awal dari Kedutaan Besar RI di Beijing yang berada di Provinsi Hubei. Mereka tengah mempersiapkan proses evakuasi di beberapa lokasi, khususnya di Wuhan yang merupakan sumber epidemi virus korona baru atau novel coronavirus (2019-nCov).
”Sementara itu, persiapan penerimaan (WNI) di Indonesia juga terus dilakukan sesuai dengan prosedur dan protokol kesehatan yang berlaku. Semua perkembangan ini telah saya laporkan kepada Presiden,” ujar Retno.
Dalam penerbangan penjemputan WNI tersebut, Indonesia akan membawa sejumlah alat kesehatan untuk diberikan kepada Pemerintah China sebagai bentuk solidaritas.
Sebelumnya, pemerintah telah menyiapkan dua skenario evakuasi bagi WNI di Hubei. Opsi pertama adalah pemulangan dengan pesawat Airbus A330 maskapai Batik Air dengan pendaratan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Opsi kedua adalah pemulangan dengan pendaratan di Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat. Dalam penerbangan tersebut, tim medis dari TNI akan turut serta.
Setelah WNI tiba di Indonesia, mereka akan ditempatkan di pusat karantina, yakni Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, atau Wisma Atlet Kemayoran.
WNI yang dicurigai terinfeksi virus akan dibawa ke ruang isolasi di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, dan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan (Kompas, 30 Januari 2020).
Direktur Eksekutif Migrant CARE Wahyu Susilo mengapresiasi langkah pemerintah untuk mengevakuasi seluruh WNI di Hubei. Langkah itu perlu diambil agar WNI tidak terpapar virus tersebut.
”Yang harus dipastikan adalah akurasi data WNI yang ada di Wuhan sehingga tidak ada yang tercecer. Selain itu, pemerintah juga harus memastikan agar pekerja migran Indonesia telah memperoleh hak-hak mereka,” ujarnya.
Menurut Wahyu, penting agar masyarakat Indonesia tidak memiliki stigma negatif terhadap WNI yang datang dari Hubei sebagai pembawa virus korona baru. Untuk itu, langkah-langkah pencegahan yang akan dilakukan tetap harus berada dalam koridor perlindungan hak asasi manusia.
Penting agar masyarakat Indonesia tidak memiliki stigma negatif terhadap WNI yang datang dari Hubei sebagai pembawa virus korona baru.
Hingga Jumat, 31 Januari, Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan, jumlah kematian akibat virus korona baru sebanyak 213 orang. Selain itu, jumlah warga yang terinfeksi virus itu kini sekitar 10.000 orang dan jumlah warga dengan gejala gangguan pernapasan sebanyak 102.000 orang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya mengumumkan, penyebaran virus korona baru sudah dalam tahap darurat kesehatan global. Namun, WHO tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan atau perdagangan.
Sementara itu, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, Sulawesi Tengah, menutup pusat pertambangan nikel. Sebanyak 43.000 karyawan di kawasan tersebut dikarantina karena ketakutan akan penyebaran virus korona baru.
Shanghai Decent Investment Group Co Ltd dari China memiliki sejumlah perusahaan di kawasan tersebut. Terdapat sekitar 5.000 pekerja asing dari China yang berada di kawasan tersebut. Seluruh karyawan dilarang keluar atau masuk tanpa izin tertulis.
”Para karyawan sedang menjalani tes medis dan sejauh ini tidak ada yang terinfeksi. Kami telah mengidentifikasi dan menyaring pekerja asing dari Wuhan dan berhenti menerima pekerja asing,” kata Koordinator Humas dan Relasi Media PT IMIP Dedy Kurniawan, Jumat.
Selain itu, perusahaan juga melarang karyawan atau tamu dari luar negeri memasuki kompleks. Sejumlah alat pemindai termal juga dipasang di pintu masuk kawasan.
Di Indonesia, hingga kini belum ada temuan kasus warga yang terinfeksi virus korona baru. Penyebaran virus ini telah meluas setidaknya ke 16 negara, antara lain Thailand, Vietnam, Kamboja, Filipina, Malaysia, Singapura, India, Amerika Serikat, dan Jerman.
Ketakutan akan penyebaran virus korona juga muncul di sejumlah negara dan kawasan, antara lain Korea Selatan dan Hong Kong. Warga Korsel meminta agar fasilitas karantina bagi warga yang dievakuasi dari Hubei dipindahkan dari area perumahan.
Di Hong Kong, pemerintah diminta menutup perbatasan dengan China. Jika hal itu tidak dilakukan, pekerja di Hong Kong akan mogok kerja. (REUTERS/AFP)