Otoritas militer Korea Selatan mengatakan, Korea Utara kembali menembakkan rudal dari kota pesisir Sondok. Kota ini memiliki lapangan udara militer dan Pyongyang pernah menembakkan rudal dari daerah itu pada tahun lalu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
SEOUL, SENIN — Korea Utara kembali menembakkan beberapa rudal yang belum diketahui jenisnya dari lepas pantai kota Sondok, di wilayah timur negeri itu, Senin (9/3/2020) pagi. Rudal-rudal itu ditembakkan dari sistem peluncur multilaras dan mampu terbang hingga jarak sekitar 200 kilometer dengan ketinggian maksimum 50 kilometer.
Uji coba penembakan rudal jarak pendek itu adalah uji coba kedua dalam sepekan terakhir. Sebagai catatan, Sondok adalah salah satu basis atau pangkalan udara militer Korut. Tahun lalu, Pyongyang juga menggelar uji coba rudal dari lokasi tersebut.
Uji penembakan rudal terbaru, Senin, adalah yang ke-16 sejak uji coba rudal balistik pada Mei 2019. Sejauh ini belum ada reaksi atau pernyataan resmi dari Seoul atas aksi Pyongyang itu.
Sebagaimana diwartakan, Korut menembakkan dua rudal jarak pendek dari lepas pantai timur wilayahnya menuju ke arah laut pada Senin (2/3/2020). Hal itu menyentak dan membuat marah Pemerintah Korsel yang tengah fokus pada upaya penanggulangan dampak wabah Covid-19. Seoul pun memprotes keras tindakan Pyongyang itu.
Otoritas militer Korsel mengatakan, Pyongyang tengah melanjutkan pengujian kapasitas dan kemampuan rudalnya. Peluncuran Senin pekan lalu itu adalah uji coba pertama pada tahun ini setelah tiga bulan terakhir Korut tidak melakukan uji coba. Sebelumnya pada 28 November 2019, Korut menembakkan apa yang disebutnya sebagai ”peluncur roket superbesar”.
Dengan dua aksi terakhirnya, Korut telah melakukan sedikitnya 16 kali aksi peluncuran rudal balistik sejak Mei 2019.
Rudal-rudal itu dideteksi telah diluncurkan dari kota pesisir timur Wonsan. Otoritas militer Korsel mengatakan, rudal-rudal itu berhasil terbang sejauh 240 kilometer dan mencapai ketinggian 35 kilometer. Di waktu-waktu sebelumnya, pihak Korut dideteksi telah meluncurkan rudal-rudalnya dari lokasi yang sama.
Dibahas di PBB
Aksi Korut awal pekan lalu itu mendapatkan perhatian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dewan Keamanan PBB membahasnya secara khusus pada Kamis pekan lalu. Meski tidak mengeluarkan pernyataan apa pun, tetapi lima anggota DK PBB dari Eropa mengecamnya dan melabeli hal itu sebagai tindakan provokatif, merusak perdamaian, keamanan, serta stabilitas regional dan internasional.
Belgia, Estonia, Perancis, Jerman, dan Inggris adalah anggota-anggota DK PBB yang menyerukan pertemuan tertutup. Mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama setelahnya–lewat suara bulat–bahwa aksi Pyongyang awal pekan lalu itu merusak perdamaian regional, internasional, keamanan dan stabilitas serta melanggar resolusi DK PBB. Korut pun didesak untuk terlibat dengan itikad baik dalam perundingan denuklirisasi dengan Amerika Serikat.
Sejak KTT kedua tahun lalu antara Pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump, Korut telah memulai kembali kegiatan balistiknya dan meluncurkan senjata untuk memperluas kemampuan militernya. Kim memulai tahun baru dengan bersumpah meningkatkan pencegah nuklirnya dalam menghadapi sanksi dan tekanan AS.
Christopher Ford, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk keamanan internasional dan nonproliferasi, Kamis, menegaskan bahwa pemerintahan Trump siap dan bersedia sesegera mungkin untuk memulai diskusi tingkat kerja dengan Korut. Hal itu bertujuan untuk mengimplementasikan komitmen yang dibuat sejak awal dalam KTT di Singapura.
Kim membuat janji yang tidak jelas di Singapura untuk bekerja menuju denuklirisasi penuh Semenanjung Korea dan kedua pemimpin sepakat untuk meningkatkan hubungan untuk membangun perdamaian abadi. Dua pertemuan puncak berikutnya dan pertemuan tingkat bawah lainnya belum mencapai banyak kemajuan dalam menyempurnakan perjanjian tersebut. (AFP/AP)