Korsel Akan Deportasi Warga Asing jika Langgar Aturan Karantina Mandiri
Pemerintah Korea Selatan pada Kamis (26/3/2020) memperingatkan bahwa mereka akan mendeportasi warga asing dan menghukum penjara warga Korsel jika mereka melanggar aturan karantina mandiri.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
SEOUL, KAMIS — Pemerintah Korea Selatan pada Kamis (26/3/2020) memperingatkan bahwa mereka akan mendeportasi warga asing dan menghukum penjara warga Korsel jika mereka melanggar aturan karantina mandiri setelah terjadi lonjakan kasus virus korona (Covid-19) impor.
Korsel telah memperketat aturan masuk bagi para wisatawan dari negara-negara yang memiliki kasus Covid-19 dalam jumlah besar dan mewajibkan mereka untuk melakukan karantina mandiri selama dua minggu. Kementerian Kesehatan Korsel menyatakan bahwa hingga saat ini ada 11 orang melanggar aturan karantina mandiri tanggal 13-24 Maret 2020. Namun, tidak dijelaskan para pelanggar itu warga negara mana.
”Kami akan menerapkan prinsip-prinsip nol toleransi dalam mengambil tindakan terhadap mereka yang meninggalkan tempat isolasi mandiri tanpa alasan yang kuat,” kata Yoon Tae-ho, Direktur Jenderal Kebijakan Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Korsel, dalam briefing.
”Warga negara asing akan dipulangkan secara paksa dan warga negara Korsel akan dilaporkan ke polisi serta akan dikenai hukuman dan kehilangan dukungan keuangan yang diberikan bagi mereka yang tak patuh melakukan karantina 14 hari,” kata Yoo Tae-ho.
Warga Korsel yang melanggar aturan karantina mandiri bisa dipenjara hingga satu tahun dan didenda 10 juta won (8.100 dollar AS/Rp 130 juta).
104 kasus baru
Korsel melaporkan 104 kasus virus korona baru pada hari Kamis. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), selama dua hari berturut-turut lebih banyak kasus impor daripada kasus domestik. Total kasus Covid-19 di Korsel kini menjadi 9.241, dengan angka kematian baru 142, naik dari sebelumnya 126.
Yoon Tae-ho mengatakan, dari kasus-kasus baru tersebut, sebanyak 57 orang tiba dari luar negeri, 49 orang di antaranya warga Korsel dan 8 orang di antaranya warga asing.
Negara-negara lain di Asia, termasuk China dan Singapura, juga terjadi peningkatan tajam kasus impor selama beberapa minggu terakhir. Hal ini mengancam upaya mereka yang sebagian besar telah berhasil mengendalikan epidemi dalam negeri.
Banyak dari mereka yang pulang adalah warga negara-negara Asia yang belajar di Inggris dan Amerika Serikat (AS). Mereka pulang kampung ke negara mereka ketika virus korona menyebar dengan cepat di Inggris dan AS sehingga sekolah dan kampus diliburkan.
Mereka yang tiba di Korsel dengan visa jangka panjang dari Eropa harus menjalani tes dan menghabiskan dua minggu di karantina. Mereka yang tiba dari AS juga harus menjalani karantina mulai hari Jumat (27/3/2020), terutama bagi mereka yang menunjukkan gejala akan segera diuji.
Hampir 90 persen warga asing yang harus mengikuti peraturan karantina mandiri tersebut telah mendaftar untuk aplikasi ponsel pintar yang bisa melacak pergerakan mereka saat berada di karantina. Sementara warga Korsel ada sekitar 60 persen telah memiliki aplikasi tersebut.
KCDC menyatakan sedang mencari cara untuk tetap bisa berhubungan dengan mereka yang tidak dapat menggunakan aplikasi tersebut.
”Sebanyak 90 persen dari kedatangan luar negeri adalah warga negara Korsel dan ada banyak kasus baru di antara mereka,” kata Wakil Direktur KCDC Kwon Jun-wook. Para wisatawan diharapkan melakukan karantina mandiri di rumah selama dua minggu setelah kembali untuk menahan penyebaran virus.
Stimulus
Sementara itu, dari Singapura dilaporkan bahwa Pemerintah Singapura pada Kamis (26/3) meluncurkan dana sebesar 48 miliar dollar Singapura (33 miliar dollar AS/Rp 528 triliun) untuk membantu bisnis dan rumah tangga guna menghadapi pandemi virus korona yang mengancam ekonomi dunia menuju resesi yang dalam.
Rencana baru berjumlah 33 miliar dollar AS (Rp 528 triliun) tersebut akan membuat Pemerintah Singapura terpaksa mengeluarkan cadangan nasional untuk pertama kali sejak krisis keuangan global.
Itu terjadi hanya beberapa minggu setelah Singapura mengumumkan sebelumnya mengenai beberapa rencana untuk memerangi virus korona dalam anggaran tahunannya.
Singapura memperoleh pujian global dalam upaya menangani Covid-19 selama dua bulan. Namun, adanya peningkatan infeksi baru-baru ini telah memaksa pihak berwenang untuk menutup perbatasan dan tempat-tempat hiburan yang justru menghancurkan dunia bisnis di Singapura. (REUTERS)