Badai Harold Hantam Vanuatu Setelah Tewaskan 27 Orang di Kepulauan Solomon
Badai angin kencang mendarat di pantai timur Pulau Espiritu Santo, Senin pagi, dan langsung menuju kota Luganville, kota terbesar kedua di Vanuatu, yang memiliki populasi 16.500 orang.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
PORT VILA, SENIN — Badai tropis Harold semakin intensif menghantam Vanuatu, Senin (6/4/2020), setelah menewaskan 27 orang di Kepulauan Solomon pada pekan lalu. Ancaman bencana alam ini dikhawatirkan akan melemahkan upaya Vanuatu untuk tetap bebas dari pandemi penyakit virus korona baru.
Badan Meteorologi Vanuatu menyatakan, badai yang makin kuat itu mencapai puncaknya pada Minggu malam lalu dan masuk kategori lima. Kini, badai Harold itu mengembuskan angin dengan kecepatan 235 kilometer per jam, mendorong peringatan merah di beberapa provinsi.
Badai angin kencang tersebut mendarat di pantai timur Pulau Espiritu Santo pada Senin pagi dan langsung menuju kota Luganville, kota terbesar kedua di Vanuatu dan memiliki populasi 16.500 orang. Badai yang bergerak lambat diperkirakan akan melewati utara ibu kota Port Vila, Selasa (7/4/2020) pagi.
Sekretaris Jenderal Palang Merah Vanuatu Jacqueline de Gaillande mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan mengenai korban cedera. Namun, banyak laporan tentang kerusakan bangunan.
Kekhawatiran lain adalah dampak bencana alam yang besar terhadap upaya Vanuatu untuk tetap menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia tanpa infeksi Covid-19.
Vanuatu telah menutup perbatasan internasionalnya guna menghindari virus korona. Namun, tindakan darurat, termasuk larangan pertemuan publik, telah ditangguhkan sementara.
”Belum ada kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di Vanuatu. Tetapi, bencana signifikan pada saat ini dapat menghadirkan tantangan logistik serius untuk memberikan bantuan penyelamatan jiwa,” kata Direktur Oxfam Vanuatu Elizabeth Faerua.
Badai Pam
Upaya bantuan internasional besar yang terakhir kali karena bencana kategori lima adalah saat badai Pam menghantam Vanuatu pada 2015. Jika operasi serupa diperlukan setelah badai Harold ini, akan berisiko mengimpor virus korona ke Vanuatu yang tidak memiliki infrastruktur kesehatan untuk menghadapi wabah ringan sekalipun.
Badai Pam meratakan Port Vila, menewaskan 11 orang, dan meninggalkan kehancuran yang diperkirakan Bank Dunia memusnahkan hampir dua pertiga dari kapasitas ekonomi Vanuatu.
De Gaillande mengatakan, Pemerintah Vanuatu harus menghadapi tantangan antara membantu komunitas yang hancur akibat badai Harold dan berpotensi mengimpor virus korona jika menerima bantuan internasional.
”Kami akan membutuhkan bantuan internasional, tetapi kami berharap pada awalnya bantuan bisa melalui pendanaan saja sehingga kami dapat membeli persediaan dan membantu mereka yang paling membutuhkan,” kata De Gaillande. ”Kami sudah memiliki banyak orang yang terampil di lapangan untuk melakukan operasi bencana kami,” ucapnya.
Kerusakan luas
Badai Harold, pekan lalu, telah menyebabkan kerusakan luas di Kepulauan Solomon. Sebuah feri antarpulau mengabaikan peringatan cuaca sehingga 27 orang tersapu dari geladak feri tersebut.
Polisi Solomon mengatakan, Minggu (5/4/2020), jenazah lima penumpang dari MV Taimareho telah ditemukan dan pencarian akan dilanjutkan pada hari berikutnya.
”Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang terlibat dalam pencarian 27 orang yang hilang. Sejauh ini, kami berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan mereka yang hilang sehingga kerabat mereka yang berduka dapat mengubur mereka dengan layak,” kata kepala pengawas Richard Menapi.
Feri berangkat dari Honiara ke Pulau Malaita pada Kamis (2/4/2020) malam, mengangkut lebih dari 738 orang sebagai bagian dari program evakuasi pemerintah dalam menanggapi krisis virus.
Sementara itu, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyuarakan keprihatinan terkait badai Harold yang menghantam Pasifik dan mengatakan bahwa militer Selandia Baru siap untuk dikerahkan meski Selandia Baru sedang melakukan penguncian untuk mencegah Covid-19.
”Badai Harold sepertinya masuk ke Pasifik dengan kekuatan yang cukup besar. Pasukan pertahanan kami sudah siap. Itulah peran yang mereka mainkan, terlepas dari apa yang terjadi di Selandia Baru,” kata Jacinta Ardern. (AFP/REUTERS)