Sakit dan Ditahan Tanpa Proses Hukum, Putri Arab Saudi Minta Dibebaskan
Permohonan secara terbuka pembebasan Putri Bashmah adalah pertanda terbaru dari kekacauan yang terjadi di keluarga kerajaan.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
RIYADH, JUMAT — Seorang putri ternama Kerajaan Arab Saudi, yang ditahan di penjara berkeamanan tinggi, Al-Ha’ir, dekat Riyadh, meminta otoritas kerajaan membebaskannya. Selain merasa diculik dan dijebloskan tanpa proses hukum sejak tahun lalu, ia juga memohon pembebasan karena kesehatannya memburuk.
Putri Basmah binti Saud bin Abdulaziz al-Saud, wanita pengusaha berusia 56 tahun yang juga sepupu Putra Mahkota Mohammed bin Salman, ditahan pada awal Maret 2019 sebelum terbang ke Swiss untuk perawatan kesehatannya.
Kritikus keluarga kerajaan dan advokat untuk hak-hak wanita itu mengajukan permohonan kepada Raja Salman bin Abdulazis dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk membebaskannya.
Sementara itu, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah mengasingkan diri untuk menghindari pandemi Covid-19. Mereka dilaporkan mengasingkan diri di sebuah istana pulau dekat Laut Merah di lepas pantai kota Jeddah.
Permohonan secara terbuka pembebasan Putri Basmah adalah tanda terbaru dari kekacauan dan ketidakharmonisan di keluarga kerajaan. Kekisruhan sebelumnya terkait penahanan adik laki-laki dan keponakan Raja Salman bulan lalu yang dinilai sebagai upaya menghilangkan perbedaan pendapat.
”Seperti yang Anda ketahui, saya saat ini ditahan secara sewenang-wenang di penjara Al-Ha’ir (Al-Hayer) tanpa kejahatan atau tuduhan apa pun,” tulis sang putri dalam surat terbuka yang diterbitkan di akun Twitter-nya yang sudah terverifikasi.
Dengan berkicau di Twitter, Basmah sekaligus mengabarkan kepada dunia bahwa dia benar sedang dalam penahanan tanpa proses hukum. Dia juga ingin menyampaikan bahwa ketika ditangkap tahun lalu sebenarnya dia dalam keadaan sakit dan dalam perjalanan ke Swiss untuk perawatan kesehatan.
”Kesehatan saya terus memburuk ke tingkat yang parah, yang dapat menyebabkan kematian saya. (Selama di dalam tahanan) saya belum pernah mendapatkan perawatan medis dan jawaban atas surat-surat yang saya kirim dari penjara ke Lembaga Pengadilan Kerajaan.”
Otoritas Saudi sampai saat ini belum pernah mengungkapkan alasan penahanan Putri Basmah. Sang putri mengklaim bahwa dia ”dijebloskan ke penjara” setelah ”diculik tanpa penjelasan” bersama dengan salah seorang putrinya.
Namun, surat kabar ABC Spanyol, yang juga dikutip Press TV, mengungkapkan, Putri Basmah ditangkap pada akhir Februari 2019 dan sehari kemudian dijebloskan ke dalam penjara Al-Ha’ir. Sumber yang diikuti media itu mengatakan, sang putri diculik ”dengan tuduhan berusaha melarikan diri dari negara” dengan putrinya. Putri Basmah mengaku ditangkap saat akan terbang ke Swiss untuk perawatan medis.
Media Jerman, Deutsche Welle, sebelumnya melaporkan, Putri Basmah sudah dilarang meninggalkan Saudi pada 18 Desember 2018 bersama putrinya. Meski sang putri hendak pergi untuk perawatan medis yang mendesak sebagaimana permohonan dokternya di Swiss.
Putri Basmah kini memohon kepada pamannya, Raja Salman, dan sepupunya, yang menjadi penguasa de facto saat ini, Putra Mahkota Mohammed, untuk pembebasannya.
Sang putri tidak merinci apa penyakitnya. Namun, surat terbukanya itu muncul pada saat kerajaan sedang bergulat melawan pandemi virus korona baru, penyebab penyakit Covid-19, yang menyebar begitu cepat.
Pemerintah kerajaan telah memberlakukan jam malam di sebagian besar wilayah untuk mencegah penyebaran virus hingga batas waktu yang belum ditentukan. Arab Saudi kemarin telah melaporkan 6.380 infeksi dan 83 kematian akibat penyakit Covid-19.
Tidak jelas bagaimana Putri Basmah bisa men-Tweet dari dalam penjara Al-Ha’ir, yang terkenal dengan pengamanan super ketat itu. Penjara ini terletak di luar kota Riyadh dan menampung banyak sekali tahanan politik.
Permohonannya lewat ruang publik mewakili langkah berani yang luar biasa oleh seseorang anggota keluarga besar kerajaan, yang terdiri dari ribuan anggota. Mereka biasanya lebih banyak menahan diri dan takut untuk mengungkapkan atau mengadukan persoalan internal secara terbuka.
Mereka semakin berani setelah Putra Mahkota menahan Pangeran Ahmed bin Abdulaziz al-Saud bulan lalu, adik Raja Salman, dan keponakan Raja, Pangeran Mohammed bin Nayef, yang sebelumnya menjabat Putra Mahkota.
Mohammed bin Nayef adalah tokoh kuat yang pernah menjadi pemimpin upaya kontraterorisme Arab Saudi. Dia telah menjadi putra mahkota sampai 2017 ketika Raja Salman mengambil gelar itu dan menjadikan putranya, Mohammed bin Salman, sebagai Putra Mahkota.
Pemerintah belum secara resmi mengomentari tindakan keras tersebut, yang menimbulkan kekhawatiran ketidakstabilan pemerintah. Namun, satu sumber yang dekat dengan pengadilan kerajaan menepis kekhawatiran itu. Dia mengatakan, penahanan itu dimaksudkan untuk mengirim peringatan keras kepada semua keluarga kerajaan untuk tidak menentang Putra Mahkota.
Pangeran Mohammed, pewaris takhta paling kuat di dunia Arab, telah melakukan tindakan hukum dan sanksi yang tegas terhadap perbedaan pendapat sejak ia menjadi Putra Mahkota pada 2017.
Banyak wanita aktivis, ulama, penulis blog, dan jurnalis dipenjara. Tindakan kerajaan yang tanpa proses hukum disebut sebagai bentuk peningkatan penindasan dan otoriterisme di bawah pemerintahan de facto Pangeran Mohammed ketika ia memperkuat cakram kekuasaan. (REUTERS/AFP)