Selandia Baru dan Australia Merayakan Kebebasan Terbatas
Selain mendatangi restoran cepat saji, warga Selandia Baru juga memadati pantai untuk sekadar jalan-jalan dan berselancar saat aturan pembatasan sosial. Hal serupa juga terlihat di Australia.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Segera setelah kebijakan karantina diperlonggar, warga Selandia Baru berduyun-duyun mengantre membeli burger, kentang goreng, dan kopi untuk dibawa pulang. Antrean mobil mengular panjang di restoran-restoran cepat saji di Auckland dan Wellington sejak pagi setiap hari.
”Sulit menjelaskan betapa enaknya kopi ini,” kata Christopher Bishop, anggota parlemen yang mengunggah foto segelas kopi pada akun Twitter-nya.
Selain mendatangi restoran cepat saji, warga juga memadati pantai untuk sekadar jalan-jalan dan berselancar. Banyak juga yang memilih bermain golf untuk merayakan kebebasan setelah lebih dari satu bulan lamanya terkungkung di rumah.
Berbeda dengan negara lain, Selandia Baru termasuk salah satu negara di dunia yang paling ketat melarang warganya ke luar rumah.
Sekitar 400.000 orang akhirnya bisa kembali bekerja setelah Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern melonggarkan kebijakan karantina, Selasa (28/4/2020). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa karantina efektif menekan penyebaran Covid-19 di negara itu.
Jumlah kasus di Selandia Baru sekitar 1.124 kasus dengan 19 orang meninggal. ”Perang melawan korona belum selesai. Kita memasuki babak selanjutnya,” kata Ardern.
Perang melawan korona belum selesai. Kita memasuki babak selanjutnya.
Ardern tetap membatasi orang bepergian. Pertokoan, kafe, bar, salon, dan tempat usaha yang lain tetap harus tutup setidaknya sampai dua pekan mendatang. Kebijakan karantina yang lebih longgar akan diberikan setelah melihat hasil evaluasi pada 11 Mei mendatang.
Jika situasi memburuk lagi, warga akan diminta tinggal di rumah lagi. ”Kita tidak mau ada gelombang kedua wabah korona, dan ini harus kita jaga,” kata Ardern.
Kebebasan yang terbatas ini berarti ada sebagian toko yang boleh buka, tetapi tetap tidak boleh ada kontak fisik. Warga juga boleh kumpul-kumpul lagi, tetapi dibatasi hanya boleh maksimal 10 orang. Sekolah juga akan dibuka mulai, Rabu.
”Lega rasanya bisa jalan-jalan keluar rumah. Tetapi, jalanan masih sepi. Belum ramai seperti biasanya,” kata Cheryl Robertson yang berjalan-jalan dengan anjingnya.
Meski sudah boleh keluar rumah, Robertson tetap masih merasa waswas karena ada perasaan situasi belum betul-betul aman. Namun, bagi pemilik warung kopi, Kaur, sesedikit apa pun kebebasan yang diberikan itu tetap harus disyukuri.
”Kebijakan karantina membuat saya trauma. Setiap hari hanya bisa duduk di sofa. Rasanya luar biasa bisa kembali bekerja,” ujarnya.
Saling berkunjung
Kegembiraan serupa dirasakan warga Australia yang juga melonggarkan karantina. Pantai-pantai di Australia, seperti Bondi, yang dibuka lagi setelah tutup selama sebulan langsung dipadati warga. Keputusan melonggarkan karantina itu, kata Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt, antara lain karena selama 24 jam terakhir hanya ada 1 kasus positif Covid-19.
”Perang ini belum selesai, tetapi setidaknya kami hampir berhasil,” ujar Hunt.
Perang ini belum selesai, tetapi setidaknya kami hampir berhasil.
Negara Bagian New South Wales (NSW) yang menemukan 6.700 kasus positif Covid-19 juga akan memperbolehkan warga berkunjung. Namun, hanya dibatasi maksimal 2 orang yang boleh berkunjung ke rumah orang lain. Anak-anak boleh diajak serta. ”Ini untuk menjaga kesehatan mental warga,” kata Gladys Berejiklian, Menteri Besar NSW.
Kebijakan karantina akhirnya dilonggarkan karena tingkat penularan baru melambat hingga 1 persen per hari. Satu bulan lalu, tingkat penularannya mencapai 25 persen per hari. Jumlah kematian di Australia tercatat 84 orang. Keberhasilan Australia itu karena setiap negara bagian membuka banyak tempat tes cepat dan meminta semua warga tes.
Meski Australia sudah melonggarkan karantina, warga tetap diingatkan waspada dan berhati-hati. Berbeda dengan Selandia Baru, Australia hanya memperbolehkan warga ke pantai untuk berselancar saja dan tidak duduk-duduk berjemur di pantai. ”Berselancar dan pergi,” begitu tulisan pada papan-papan yang dipasang di pantai.
”Tolong tetap bertanggung jawab. Kami percaya semua orang bertanggung jawab. Jangan ambil risiko. Kita tidak mau kasus korona naik lagi,” kata Berejiklian.
John Minto yang membawa anaknya ke pantai untuk berselancar mengaku lega bisa keluar rumah. ”Kami tidak biasa berselancar, tetapi tidak apa-apa. Begini saja kami sudah senang,” ujarnya. (REUTERS/AFP)