China Terus Mendorong Solidaritas dan Kerja Sama Internasional
Prinsip senasib sepenanggungan global dalam pandemi Covid-19 yang selalu dipegang China membuat negara adidaya itu terus mendorong kerja sama dan solidaritas internasional melawan pandemi.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, SELASA — Solidaritas dan kerja sama internasional merupakan senjata paling ampuh untuk mengalahkan pandemi Covid-19. Untuk itu, China terus melakukan kerja sama internasional dalam perang melawan Covid-19 tanpa mempertimbangkan ideologi dan kepentingan geopolitik.
Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian menyampaikan hal itu dalam jumpa pers secara daring di Jakarta, Selasa (5/5/2020).
Xiao mengatakan, sejak merebaknya pandemi Covid-19, China selalu menjunjung tinggi visi membangun komunitas kemanusiaan senasib sepenanggungan. Pemerintah China telah bertindak secara terbuka, transparan, dan bertanggung jawab untuk melakukan kerja sama internasional.
China mengidentifikasi virus korona baru atau SARS-CoV-2 dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan segera membagikan informasi urutan genetika virus tersebut kepada dunia.
Sejak 3 Januari 2020, China mulai menyediakan pembaruan informasi wabah secara teratur kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
”WHO adalah kekuatan inti untuk mengoordinasi kerja sama global melawan pandemi. Di masa kritis saat ini, ketika manusia memerangi Covid-19, kita harus memperkuat WHO, bukan melemahkan otoritasnya serta mendukung WHO, bukan menghalangi perannya.”
Selain membayar iuran kepada WHO secara penuh dan tepat waktu, China juga telah dua kali memberikan sumbangan sebesar total 50 juta dollar AS kepada WHO. Harapannya, dana ini bisa dipakai untuk membantu negara-negara berkembang dalam memerangi Covid-19.
”Kami juga akan memberikan sumbangan kepada Global Humanitarian Response Plan PBB untuk mengurangi beban utang negara-negara Afrika sesuai kemampuan kami, membantu masyarakat lokal meningkatkan kemampuan mereka untuk melawan wabah,” kata Xiao.
Sebelumnya, para pemimpin di Afrika meminta keringanan utang kepada China yang merupakan mitra dagang utama, sekaligus negara kreditor bagi Afrika, menyusul pandemi Covid-19 yang telah berdampak buruk pada perekonomian.
Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah mengumumkan langkah-langkah bantuan ekonomi termasuk membebaskan miliaran pembayaran utang dan berharap China melakukan hal serupa. Namun, Beijing tetap diam tak merespons.
”Kami memiliki hubungan bilateral yang kuat dengan China, tetapi mereka belum berkata apa pun,” kata Menteri Keuangan Uganda Matia Kasaija.
Saat ini, data menunjukkan, kasus Covid-19 di China mencapai hampir 84.000 dengan kasus meninggal lebih dari 4.500 orang. Meski laju infeksi sudah melandai, China tetap mewaspadai infeksi yang muncul dari kasus impor dan orang positif tanpa gejala.
Meskipun perang melawan pandemi di negaranya masih berat, China memberikan bantuan kepada negara lain dan secara aktif terlibat dalam kerja sama internasional.
China telah dan sedang mengirimkan bantuan peralatan medis yang sangat dibutuhkan untuk menangani pasien Covid-19 kepada lebih dari 150 negara dan organisasi internasional.
Hingga akhir bulan April, para pakar medis China mengadakan 83 konferensi video dengan sejawat mereka dari 153 negara, termasuk Indonesia, membahas cara mengatasi dan mengalahkan virus korona baru secara efektif.
China juga telah mengirim 149 ahli medis ke 16 negara, antara lain Iran, Irak, Italia, Serbia, dan Komboja.
Untuk mendukung peran WHO dalam upaya memerangi pandemi global, China sudah menyumbangkan 50 juta dollar AS kepada WHO. Selain itu, China juga membangun Pusat Pengetahuan Penanganan Covid-19 Daring, yaitu https://covid19.alliancebrh.com, yang dapat diakses oleh semua negara sebagai media berbagi pengalaman menghadapi pandemi.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa G-20 yang membahas penanggulangan pandemi Covid-19, Presiden Xi Jinping mengimbau semua negara di dunia harus mengalahkan pandemi dan mengatasi kesulitan yang diakibatkannya bersama-sama.
Dalam acara itu, Xi juga mengajukan sejumlah usulan, antara lain melancarkan perang global yang gigih untuk melawan pandemi, mengembangkan upaya pencegahan dan pengendalian bersama yang efektif berskala internasional, mendukung organisasi internasional dalam menjalankan perannya, serta memperkuat koordinasi kebijakan makroekonomi internasional.
Ketika menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Khusus ASEAN Plus Tiga (China, Jepang, Korea Selatan) untuk Penanggulangan Covid-19 pun, Perdana Menteri Li Keqiang mengajukan serangkaian inisiatif terkait penguatan kerja sama penanggulangan pandemi, peningkatan tingkat kesehatan masyarakat, dan pemulihan pertumbuhan ekonomi. Inisiatif ini mendapat respons dan dukungan positif dari semua pihak.