Thailand Raih Kemajuan, Sehari Tak Ada Kasus Baru Covid-19
Pengendalian Covid-19 dengan respons kesehatan dan sosial yang tepat dan tegas sejak awal pandemi merupakan resep untuk mengendalikan wabah tersebut. Thailand telah membuktikannya. Tak ada kasus baru di negara itu, Rabu.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BANGKOK, RABU — Untuk pertama kalinya dalam dua bulan terakhir, Thailand melaporkan tak ada penambahan kasus baru Covid-19, Rabu (13/5/2020). Sebelumnya, Thailand juga pernah melaporkan tidak ada kasus baru pada 9 Maret 2020. Namun, dalam dua minggu sesudahnya, kasus baru terus meningkat hingga lebih dari 100 kasus dalam sehari.
”Kita semua bisa lega, tetapi tidak boleh berpuas diri,” kata Taweesin Wisanuyothin, juru bicara Pusat Penanggulangan Covid-19 Pemerintah Thailand. ”Kita perlu meneruskan intervensi kita, mencuci tangan, menerapkan pembatasan jarak sosial, dan memakai masker.”
Thailand melaporkan kasus pertama Covid-19, seorang turis asal China, 13 Januari 2020. Kasus ini yang pertama diketahui di Asia Tenggara. Sejak saat itu hingga Selasa (12/5/2020), kasus Covid-19 di Thailand tercatat 3.017 kasus dengan kematian 56 kasus. Sejak Januari, Pemerintah Thailand bertindak cepat melarang masuk warga dari negara terjangkit Covid-19 hingga akhirnya melarang masuk semua warga negara asing selama April.
Meski dalam 24 jam terakhir tidak ada kasus baru, menurut Taweesin, masih ada daerah yang berisiko tinggi terpapar Covid-19, termasuk Bangkok dan provinsi di sekitarnya serta bagian selatan Thailand yang melaporkan banyak kasus dalam dua minggu terakhir.
Peningkatan kasus yang tinggi membuat Pemerintah Thailand memerintahkan penutupan mal, restoran, tempat olahraga, dan lokasi usaha lain. Bangkok juga menerapkan jam malam pada pukul 22.00.
Minggu lalu, ketika kasus baru menurun, sejumlah pembatasan mulai dilonggarkan. Tempat usaha, seperti salon dan tempat perawatan hewan, diizinkan beroperasi kembali. Pemerintah Thailand kini mempertimbangkan pembukaan kembali mal, minggu depan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Regional Asia Tenggara menyebutkan, selain pilihan intervensi lain, langkah deteksi, tes, terapi, isolasi, dan penelusuran kontak menjadi krusial untuk dilakukan dalam mengendalikan Covid-19.
Thailand memiliki catatan terkait deteksi dan tes Covid-19 yang terbilang baik di Asia Tenggara.
Terkait deteksi dan tes, Thailand memiliki catatan terbilang baik di Asia Tenggara. Dari sisi jumlah tes yang dilakukan per 1 juta penduduk, menurut data Worldometers.info, Rabu (13/5/2020) pukul 19.15 WIB, Thailand dengan populasi sekitar 70 juta jiwa telah melakukan 4.098 tes per 1 juta penduduk.
Meski masih jauh lebih sedikit daripada Singapura dan Malaysia, tes masif tersebut jadi salah satu intervensi penting untuk mendeteksi jumlah orang terinfeksi dan mengetahui sebaran infeksinya.
Adapun Singapura dengan populasi sekitar 6 juta jiwa sudah melakukan 38.333 tes per 1 juta penduduk, Malaysia (sekitar 30 juta jiwa) 8.395 tes per 1 juta penduduk, dan Indonesia (lebih dari 260 juta jiwa) hanya 619 tes per 1 juta penduduk.
Program penanganan HIV di Thailand yang selama ini dinilai baik kemungkinan besar turut berperan dalam pengendalian Covid-19. Sejumlah dokter di Rajavithi Hospital di Bangkok, misalnya, telah berhasil merawat pasien Covid-19 yang parah dengan kombinasi obat flu oseltamivir dosis tinggi serta obat antiretroviral untuk HIV, yaitu lopinavir dan ritonavir.
”Ini bukan obat untuk Covid-19, tetapi kondisi pasien yang diberi kombinasi obat ini membaik. Dari positif selama 10 hari dirawat, setelah 48 jam diberi obat ini, menjadi negatif,” kata Kriangska Atipornwanich, dokter spesialis paru di Rajavithi.
Selandia Baru
Di Selandia Baru, setelah menerapkan penutupan wilayah yang ketat lebih dari sebulan, aktivitas bisnis, seperti mal, bioskop, kafe, tempat olahraga, dan taman bermain di negara itu akan dibuka kembali, Kamis (14/5/2020) ini. Setelah itu, secara bertahap tempat lain, seperti sekolah, akan dibuka kembali.
Meski demikian, pembatasan jarak sosial juga tetap diterapkan meski kebijakan penutupan wilayah sudah dilonggarkan. Kerumunan orang pun dibatasi maksimal 10 orang.
Selain itu, penerbangan internasional masih ditutup, kecuali penerbangan bagi warga Selandia Baru yang ingin kembali pulang.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan, dalam 10 hari mayoritas aktivitas bisnis di Selandia Baru telah dibuka kembali, lebih cepat daripada negara lain di dunia. ”Itu sesuai dengan rencana kami—tegas, bertindak lebih cepat—sehingga kita bisa menggerakkan ekonomi lebih cepat dan kita mendapat manfaat ekonomi dari respons kesehatan yang tepat.”