Jumlah Warga Terjangkit di India Meroket Setelah Pelonggaran Karantina
Lonjakan kasus di India terjadi ketika pergerakan warga sudah diperbolehkan lagi setelah pemerintah melonggarkan kebijakan pembatasan sosial atau karantina.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
NEW DELHI, JUMAT — Keputusan Pemerintah India untuk melonggarkan kebijakan karantina atau pembatasan sosial berdampak pada melonjaknya jumlah kasus Covid-19 di negara itu. Dalam 24 jam terakhir, Kamis-Jumat, 21-22 Mei 2020, Kementerian Kesehatan India mencatat lonjakan 6.000 kasus.
Angka tersebut merupakan angka lonjakan tertinggi di India sepanjang pemerintah melakukan kebijakan karantina, yang dimulai 25 Maret 2020.
”Lonjakan kasus ini terjadi ketika pergerakan warga sudah dibolehkan kembali, pembatasan sosial dilonggarkan. Namun, jika Anda melihat secara keseluruhan, ini adalah lintasan eksponensial yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan apa yang terjadi seluruh dunia,” kata Giridhar Babu, profesor epidemiologi pada Yayasan Kesehatan Masyarakat India.
”Satu-satunya pertanyaan sekarang adalah bagaimana Anda mengurangi angka kematian? Apakah kita memiliki kapasitas? Jawabannya sepertinya ya,” lanjut Babu.
Di India, wilayah yang menjadi pusat penularan antara lain New Delhi, pusat ekonomi dan keuangan Mumbai, Negara Bagian Gujarat, dan Negara Bagian Tamil Nadu.
Perdana Menteri India Narendra Modi merencanakan untuk melaksanakan pelonggaran kebijakan pembatasan sosial di beberapa wilayah dengan jumlah warga positif yang minim.
Pada saat yang sama, pemerintah juga berencana untuk mulai membuka penerbangan mulai Senin, 25 Mei, khususnya untuk penerbangan domestik.
Namun, dengan lonjakan yang tinggi seperti ini, belum diketahui apakah kebijakan ini akan tetap dijalankan. Sementara Pemerintah India juga berencana mengakhiri kebijakan pembatasan sosial di seluruh negeri pada 31 Mei.
Dr Lancelot Pinto, ahli pernapasan di Rumah Sakit PD Hinduja di kota Mumbai, mengatakan, sebelum lonjakan terjadi, rumah sakit tempatnya berdinas sudah dipenuhi oleh pasien positif Covid-19.
Walau begitu, untuk mengantisipasi adanya kemungkinan lonjakan pasien lagi seperti kejadian Jumat, 22 Mei, rumah sakit tersebut berencana menambah kapasitas ruangan bagi pasien baru Covid-19.
”Bangsal Covid-19 kami telah penuh selama seminggu terakhir dan kami memperluas kapasitas untuk memungkinkan kami menerima lebih banyak pasien,” kata Pinto.
Topan Amphan
Penanganan pandemi Covid-19 menjadi lebih sulit lagi ketika warga di sejumlah wilayah di India harus mengungsi karena bencana angin topan yang melanda wilayah mereka.
Topan Amphan, yang melanda salah satu wilayah termiskin di India, yaitu Bengala Barat, diperkirakan telah membuat lebih dari 500.000 orang mengungsi karena rumah tempat tinggal mereka rusak.
Dalam 48 jam terakhir, berdasarkan catatan pemerintah setempat, sebanyak 77 orang warga tewas. ”Saya tidak pernah melihat bencana sedahsyat ini,” kata Menteri Kepala Provinsi Bengala Barat Mamata Banerjee.
Tantangan yang harus dihadapi pemerintah di daerah terdampak bertubi-tubi, mulai dari penanganan Covid-19, penanganan warga terdampak bencana dalam bentuk penampungan sementara, kekurangan sarana air bersih dan tempat tinggal, hingga akhirnya kemungkinan penyebarluasan penyakit baru akibat dampak bencana, seperti diare dan kolera.
”Kami menderita dampak ekonomi dari coronavirus, berurusan dengan migran yang kembali. Sekarang dengan bencana angin topan. Negara sekarang benar-benar hancur,” ujar Banerjee.
Kondisi jalan-jalan dan kawasan pinggiran kota yang dilanda banjir akibat topan Amphan, ditambah lagi dengan sistem sanitasi yang hancur, membuat risiko warga terpapar berbagai penyakit semakin tinggi.
”Risiko kolera sangat tinggi di daerah perkotaan,” ucap Dr Suman Kanungo, ahli epidemiologi di Institut Nasional Penyakit Kolera dan Penyakit Enterik di Kolkata.
Dia mengimbau kepada pemerintah agar bertindak cepat dan sigap untuk memastikan ketersediaan air bersih dan keperluan sanitasi lainnya mencegah berkembangnya penyakit baru. (AP/REUTERS)