Empat Negara Tujuan Utama Ekspor Indonesia Dilanda Resesi Ekonomi
Negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia, yakni China, Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat, mengalami resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
SINGAPURA, SELASA — Pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian empat negara tujuan utama ekspor komoditas dari Tanah Air. Kondisi ini jelas bisa berdampak negatif pada neraca perdagangan Indonesia.
Negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia, yakni China, Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat, mengalami resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19. Namun, mereka telah mengucurkan stimulus triliunan dollar AS untuk mengendalikan dampak ekonomi yang dipicu pandemi.
Stimulus terbaru diumumkan Menteri Keuangan Singapura Heng Swee Keat, Selasa (26/5/2020). Ia mengumumkan paket keempat senilai 23 miliar dollar AS atau sekitar Rp 339 triliun (kurs Rp 14.700).
Dengan demikian, hanya dalam tiga bulan terakhir Singapura telah menyepakati stimulus senilai total 65,3 miliar dollar AS. Untuk mendanai stimulus tersebut, Singapura, antara lain, mengambil tabungan darurat senilai 35 miliar dollar AS.
Dana stimulus Singapura, antara lain, dipakai untuk latihan dan perekrutan pekerja senilai total 1,4 miliar dollar AS dan untuk membantu pelaku usaha membuat pelantar digital bagi usaha mereka senilai 351 juta dollar AS. Selain itu, disediakan pula subsidi bagi pedagang kaki lima dan pedagang makanan.
Bersama China, Jepang, dan AS, Singapura menampung hingga 42 persen ekspor Indonesia. Sementara 58 persen lainnya tersebar ke ratusan negara. AS, China, dan Jepang mengimpor mineral, produk setengah jadi, hingga hasil manufaktur Indonesia.
Terburuk
Singapura, terutama karena jaraknya dekat, mengimpor aneka kebutuhan dari Batam, Bintan, dan Karimun. Komoditas impornya antara lain aneka kebutuhan untuk industri pariwisata dan pangan, salah satu sektor yang sangat terpukul selama pandemi.
Sektor-sektor lain di Singapura juga terpukul sehingga Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mengumumkan perekonomian negara itu pada 2020 bakal merosot hingga minus 7 persen atau terburuk sejak negara itu merdeka. Saat krisis 1998, perekonomiannya minus 2,2 persen.
Pada Januari-Maret 2020, perekonomian Singapura merosot 2,2 persen. Penurunan bisa lebih buruk jika infeksi Covid-19 kembali melonjak dan pembatasan gerak hingga isolasi kembali diberlakukan.
Perintah isolasi di sejumlah negara telah membuat perekonomian melambat. China, yang puluhan tahun memukau dunia lewat pertumbuhan ekonominya, tidak menetapkan target untuk 2020. Kinerja perekonomian China minus 6,8 persen pada Januari-Maret 2020.
Dalam 40 tahun terakhir, baru kali ini perekonomian China tidak tumbuh. Salah satu lembaga investasi China, Zhongtai Securities, menaksir, hingga 70 juta warga China menjadi penganggur selama pandemi.
Pekan lalu, Beijing mengumumkan paket stimulus 506 miliar dollar AS yang sepenuhnya didanai dari utang baru. Sebelum stimulus pekan lalu, China telah mengucurkan 140 miliar dollar AS untuk mengatasi dampak Covid-19.
AS dan Jepang
Jepang secara teknis telah memasuki resesi. Di triwulan pertama 2020, perekonomian Jepang minus 3,4 persen. Data menunjukkan, penurunan kinerja perekonomian Jepang semakin memburuk pada triwulan kedua 2020.
Sejumlah analis menduga, perekonomian Jepang akan berkurang 21,5 persen pada April-Juni 2020.
”Tidak ada keraguan, triwulan ini akan semakin memburuk. Perusahaan berusaha mencari dana dan hal itu menunjukkan investasi tetap lemah,” kata ekonom Norinchukin Research Institute, Takeshi Minami.
Jepang, Rabu ini, akan membahas paket stimulus kedua bernilai 930 miliar dollar AS. Dengan paket pertama yang diumumkan bulan lalu, Jepang mengucurkan hampir 2 triliun dollar AS.
Bank sentral Jepang, BoJ, juga menghapus batas pembelian surat utang. ”Sulit mengharapkan pemulihan berbentuk (huruf) V,” kata Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda.
Pemulihan berbentuk V bermakna ekonomi bisa kembali bangkit lebih cepat. Bentuk lebih menantang adalah W dan U, yaitu pemulihan menghadapi lebih banyak tantangan dan butuh waktu lama.
Adapun bentuk terburuk resesi adalah L, yang berarti tidak ada peluang perekonomian bangkit lagi setelah kinerjanya menurun.
Sementara penurunan kinerja perekonomian AS ditandai dengan jumlah penganggur mendekati 39 juta orang. Tanda lain, produksi AS selama April 2020 turun 11,2 persen daripada Maret 2020 atau terburuk dalam 101 tahun terakhir.
”Ekonomi yang jungkir balik menimbulkan penderitaan yang sulit diungkapkan lewat kata-kata,” ujar Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell.
Sampai sekarang, AS telah mengucurkan stimulus 5,6 triliun dollar AS yang terbagi atas 3,3 triliun dollar AS dari pemerintah dan 2,3 triliun dollar AS dari bank sentral. Washington pun kini mempersiapkan paket baru senilai hampir 3 triliun dollar AS. (AFP/REUTERS)