Tak Ada Lagi Kasus Baru Virus Korona, Selandia Baru Siap Longgarkan Perbatasan
Selandia Baru bakal memulai menjalani kehidupan normal baru pada pekan depan yang ditandai pelonggaran pembatasan sosial. Ini adalah kebijakan lanjutan setelah negara itu menyatakan bebas kasus positif Covid-19.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
WELLINGTON, SABTU — Pemerintah Selandia Baru menyatakan siap membuka kembali perbatasannya mulai pekan depan. Langkah itu mengisyaratkan bahwa ”Negeri Kiwi” itu akan memperbolehkan warganya pergi ke luar negeri dan sekaligus mengizinkan warga luar Selandia Baru untuk masuk.
Kementerian Kesehatan Selandia Baru, Sabtu (13/6/2020), mengatakan, sudah 22 hari tidak ada kasus baru infeksi Covid-19. Walau demikian, otoritas terkait dan pemangku kepentingan masih dalam terus upaya untuk memperkecil jumlah kasus yang tercatat saat ini.
Pelonggaran perbatasan telah dinyatakan oleh Menteri Imigrasi Selandia Baru Iain Lees-Galloway pada Jumat (12/6/2020) di Wellington. Kebijakan itu diambil setelah Selandia Baru menyatakan bebas kasus positif Covid-19 awal pekan ini.
Dengan relaksasi kebijakan pembatasan sosial, pekerja asing akan kembali diizinkan masuk ke negara itu. Syaratnya, mereka memiliki keterampilan teknis atau spesialisasi sekaligus bakal terlibat dalam proyek yang penting secara regional atau nasional.
Lees-Galloway memastikan karantina 14 hari secara wajib akan diberlakukan untuk semua kedatangan. ”Batasan untuk pemberian pengecualian terhadap pelonggaran perbatasan itu diletakkan dalam standar yang tinggi dan akan tetap dibiarkan tinggi. Ini semata untuk membantu menghentikan penyebaran Covid-19 dan melindungi kesehatan orang yang sudah berada di Selandia Baru,” katanya.
Selandia Baru mencabut semua pembatasan sosial dan ekonomi, kecuali kontrol perbatasan pada Senin (8/6/2020), setelah menyatakan bebas dari kasus positif Covid-19.
Selandia Baru adalah salah satu negara pertama di dunia yang kembali ke kondisi normalnya layaknya sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Acara publik dan pribadi, industri ritel dan perhotelan, serta semua angkutan umum diizinkan kembali beroperasi.
Selandia Baru melaporkan 1.154 kasus positif Covid-19 dan 22 kematian sejak pertama kali teridentifikasi pada akhir Februari lalu. Sejak itu Perdana Menteri Jacinda Ardern bersumpah untuk meniadakan kasus penularan penyakit itu.
”Meskipun pekerjaan kita belum selesai, tidak dapat disangkal bahwa ini adalah sebuah tonggak sejarah. Terima kasih, Selandia Baru,” kata Ardern saat mengumumkan bebasnya negara itu dari kasus positif Covid-19.
Ia mengaku menari-nari karena larut dalam kegembiraan mendengar kabar negaranya bebas Covid-19. ”Kami yakin kami telah menghapuskan penularan virus (korona tipe baru) di Selandia Baru untuk saat ini. Penghapusan bukanlah sebuah akhir titik waktu, melainkan sebuah upaya berkelanjutan.”
Selandia Baru memberlakukan pembatasan sosial selama 75 hari sejak ditemukannya kasus positif Covid-19. Kebijakan itu mencakup sekitar tujuh minggu penutupan ketat di seluruh wilayahnya.
Sebagian besar bisnis tutup dan semua orang, kecuali pekerja yang dimasukkan dalam klasifikasi jenis pekerjaan-pekerjaan penting harus tinggal di rumah. Ardern dengan cepat menjadi tren di Twitter. Banyak pengguna media sosial itu mengatakan mereka ingin pindah ke Selandia Baru.
Tuduhan standar ganda
Selandia Baru sebenarnya sempat menerima masuknya sejumlah orang dari luar negeri ketika kebijakan pembatasan jarak sosial masih diberlakukan. Hal itu memicu tuduhan bahwa pemerintah negara itu memiliki standar ganda. Sebab, warga negara itu harus patuh dengan kebijakan tetap berada di rumah.
Adalah sutradara Hollywood, James Cameron, dan rombongan yang masuk ke Selandia Baru ketika kebijakan pembatasan sosial sekaligus perbatasan negara itu masih ditutup.
Cameron dan kru sebanyak 55 orang tiba di Wellington dari Los Angeles, Amerika Serikat, pada bulan lalu. Mereka menerima izin khusus untuk memasuki negara itu untuk shooting sekuel film Avatar.
Pengecualian itu memicu keluhan sejumlah pihak di Selandia Baru. Pelaku bisnis menyatakan ada ketidakkonsistenan dalam cara peraturan penutupan perbatasan telah diterapkan.
Para awak film Avatar itu diduga diizinkan masuk karena pengaruh ekonomi industri film. ”Ada standar ganda di sini. Ini benar-benar tidak adil dan merusak reputasi Selandia Baru,” kata Ketua Asosiasi Migrasi dan Investasi Selandia Baru June Ranson kepada RNZ saat itu. (AFP/REUTERS)