Ernst&Young dan KPMG menyatakan tidak bisa menemukan dokumen pendukung atas dana 2,1 miliar dollar AS. Bank-bank Filipina itu menyangkal Wirecard sebagai klien mereka.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
FRANKFURT, SABTU — Dua bank utama di Filipina, BDO dan BPI, diduga terseret skandal dana tunai 2,1 miliar dollarAS milik perusahaan teknologi finansial Jerman, Wirecard. Ketidakjelasan dana setara 36 persen aset Wirecard itu terungkap dalam audit perusahaan yang sudah dilanda kontroversi sejak 2019.
Wirecard secara resmi mengakui skandal itu dalam pernyataan pada Jumat (19/6/2020) siang waktu Berlin atau Sabtu dini hari WIB. Sebelumnya, dua akuntan internasional, yakni Ernst&Young dan KPMG, menyatakan tidak bisa menemukan dokumen pendukung atas dana 2,1 miliar dollar AS.
Wirecard merupakan perusahaan teknologi finansial yang menyediakan layanan dompet digital sekaligus sistem pembayaran kartu. Perusahaan Jerman yang pernah disebut sebagai lembaga teknologi finansial Eropa paling mahal, karena ditaksir bernilai 22 miliar dolar AS, itu bekerja sama dengan sejumlah lembaga perantara transaksi digital, seperti Mastercard dan Visa. ”Pertanyaan sekarang adalah apakah mereka tetap bisa memiliki izin Visa dan Mastercard. Tanpa itu, mereka (Wirecard) tidak punya usaha,” kata Neil Campling, analis di lembaga pengelola aset, Mirabaud, kepada Financial Times.
Menurut laporan keuangan Wirecard, dana 2,1 miliar itu disimpan di BDO dan BPI. Bank-bank Filipina itu menyangkal Wirecard sebagai klien mereka. ”Dokumen yang mengklaim ada rekening Wirecard di BDO adalah dokumen yang berkemungkinan besar tidak sah,” demikian pernyataan BDO.
Pimpinan operasi BDO, Nestor Tan, mengatakan bahwa dana Wirecard tidak pernah masuk ke sistem bank Filipina itu. ”Ini masalah pemalsuan dokumen,” ujarnya kepada Bloomberg.
Meskipun demikian, BDO tengah menyelidiki masalah itu. Seorang pegawai pemasaran bank itu tengah diselidiki karena dugaan pemalsuan sertifikat deposito.
Sementara BPI menyatakan baru tahu terseret skandal itu kala ditunjukkan dokumen oleh Ernst&Young. ”Auditor eksternal mereka menunjukkan kepada kami sebuah dokumen yang mengklaim bahwa mereka adalah klien kami. Kami telah memastikan dokumen itu tidak sah. Kami masih menyelidiki masalah ini,” demikian pernyataan BPI.
Presiden BPI, Cezar Consing, juga mengatakan, dokumen yang ditunjukkan auditor itu palsu. ”Bagi kami, sepertinya ada yang mencoba membuat seolah-olah ada uang pada kami, padahal tidak,” ujarnya. ”Sepertinya ini penipuan,” kata Consing kepada Bloomberg.
Seperti BDO, BPI juga menyelidiki masalah itu dan menemukan indikasi ada pegawainya terlibat pemalsuan dokumen. Pegawai itu sudah dibebastugaskan. Menurut Consing, tanda tangan di dokumen Wirecard dipalsukan. ”Ada yang menyalin surat kami, menuliskan sesuatu, dan mencoba membuatnya terlihat seperti sertifikat (deposito) kami,” kata Consing.
Pendiri Mundur
Skandal itu membuat pendiri dan pimpinan operasi Wirecard, Markus Braun, mengundurkan diri. Ia mengaku tidak tahu mengapa BDO dan BPI menyatakan dokumen deposito Wirecard dinyatakan berkemungkinan besar tidak sah. Ia digantikan oleh mantan pejabat bidang kejahatan keuangan pada Kementerian Keuangan Amerika Serikat, James Freis.
Bukan kali ini saja Wirecard menjadi sorotan. Tahun lalu, perusahaan itu disorot setelah Financial Times menurunkan laporan dugaan rekayasa neraca. Kala itu, Braun bersikukuh tidak ada masalah. Laporan Financial Times ditindaklanjuti dengan audit oleh KPMG dan Ernst&Young. Hasilnya, dana 2,1 miliar dollar AS tidak jelas keberadaannya.
Laporan lembaga audit itu membuat Wirecard kini ditaksir punya dana tunai paling banyak 220 juta dollar AS. Padahal, utang perusahaan itu lebih dari 2 miliar dollar AS. Para kreditor Wirecard dilaporkan sedang didekati untuk perundingan ulang utang dan penyediaan dana baru. (AP/REUTERS)