China-Uni Eropa Sepakat Lanjutkan Kerja Sama Pulihkan Ekonomi
Uni Eropa dan China memiliki hubungan strategis sekaligus menantang. Kerja sama di berbagai bidang menjadi amat penting bagi kedua belah pihak.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
BRUSSELS, SENIN — Uni Eropa dan China sepakat melanjutkan kerja sama ekonomi setelah pandemi Covid-19 untuk mempercepat pemulihan ekonomi keduanya dan juga global. Namun, Brussels dan Beijing memiliki pandangan yang berbeda mengenai pemberangusan demokrasi di Hong Kong terkait rencana Beijing hendak menerapkan Undang-Undang Keamanan Nasional di wilayah itu.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa Charle Michel mengungkapkan hal itu, Senin (22/6/2020) malam WIB, seusai Konferensi Tingkat Tinggi Ke-22 UE-China yang digelar secara daring. Konferensi pers itu sendiri terlambat sekitar satu jam dari yang direncanakan.
”Kami membicarakan banyak topik secara intensif dan apa adanya. Kami harus membuat kemajuan. Perundingan ini adalah semacam titik awal. Butuh respons dari kedua belah pihak dan butuh saling percaya,” ujar Von der Leyen.
Dia mengatakan, UE-China memiliki hubungan strategis sekaligus menantang. Kerja sama di berbagai bidang menjadi amat penting bagi kedua belah pihak. Apalagi dalam bidang perdagangan dan investasi, kata dia, UE merupakan rekanan terbesar China. Bagi UE pun, China adalah mitra dagang dan investasi yang penting.
Terkait HAM
Selain itu, Von der Leyen dan Michels juga menegaskan sikap UE atas masalah Hong Kong. Brussels menyatakan kekecewaannya atas keputusan Beijing menerapkan UU Keamanan Nasional untuk Hong Kong.
”Kami ingin menekankan bahwa hak asasi manusia, kebebasan berbicara, kebebasan individual dan demokrasi adalah hal mendasar bagi Uni Eropa. Hal itu tidak dapat dirundingkan,” kata Von der Leyen.
Michels menambahkan, UE meminta Beijing memberikan kebebasan yang lebih baik bagi Hong Kong dan warganya.
Perdana Menteri China Li Keqiang mengapresiasi kerja sama yang dilakukan kedua belah pihak di tengah suasana global yang tidak kondusif. Dia menyatakan, hubungan China dan UE beserta negara-negara anggotanya lebih kental bernuansa kerja sama ketimbang suasana persaingan.
Li berharap pertemuan yang berlangsung dengan sikap yang sangat bersahabat dan penuh kehangatan bisa diwujudkan dalam bentuk yang lebih pragmatis, termasuk melonggarkan pengawasan terhadap ekspor barang dari China ke Eropa.
Sinyal
Pertemuan tingkat tinggi secara daring ini, menurut Direktur Departemen Studi Eropa pada Institut Studi Internasional China Cui Hongjian menjadi sinyal yang baik bagi kedua belah pihak untuk memulai kembali kerja sama yang lebih erat pascapandemi Covid-19.
Menurut Hongjian, ada dua misi yang dicari oleh kedua belah pihak pada pertemuan tersebut, yaitu penegasan kembali masalah kepentingan bersama (common interest) untuk memulai kembali kerja sama bilateral dalam rantai produksi dan rantai pasokan setelah pandemi.
Yang tidak kalah penting adalah menjernihkan masalah dalam kerja sama bilateral, termasuk menstabilkan saling percaya yang terpengaruh selama pandemi. ”Ini misi vital pertemuan para pemimpin UE dan China,” kata Hongjian.
Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Joseph Borrell mengatakan, UE harus mengurus kepentingan sendiri dan tidak mengikuti jalur AS. (AP/AFP/REUTERS/MHD)