Kini Giliran Warga Sipil Menjadi Sasaran Serangan di Afghanistan
Serangan mematikan terjadi ketika pasar hewan yang terletak di Distrik Sangin, Afghanistan, itu sedang ramai oleh pengunjung, baik penjual, pembeli, maupun perempuan dan anak-anak.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
KABUL, SELASA — Afghanistan terus didera serangan yang mematikan. Jika selama ini lebih menarget para petugas keamanan, entah polisi ataupun militer, serta pejabat pemerintah, kini sasaran mengarah kepada warga sipil. Impian damai pun ”terkubur” bersama mayat-mayat korban.
Serangan terbaru terjadi Senin (29/6/2020) pagi waktu setempat atau Senin malam WIB. Beberapa ledakan terjadi di pasar hewan yang tengah riuh oleh pengunjung di Provinsi Helmand, Afghanistan selatan. Serangan biadab itu menyebabkan sedikitnya 23 warga sipil tewas.
Air mata kembali membasahi rumah-rumah penduduk tak berdosa itu. Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab sekalipun Kabul menuding kelompok Taliban sebagai pihak yang bertanggung jawab. Namun, pihak Taliban menuding balik bahwa serangan itu dilakukan pasukan Afghanistan.
Serangan mematikan itu terjadi Senin pagi pukul 09.00 waktu setempat ketika pasar hewan yang terletak di Distrik Sangin itu sedang ramai oleh pengunjung, baik itu penjual, pembeli, maupun perempuan dan anak-anak. Sebelum roket menghantam pasar, sebuah mobil meledak di dekat pasar.
Seorang penduduk Sangin mengatakan, roket menghantam pasar pada saat tidak ada anggota Taliban atau pasukan pemerintah. ”Satu roket mendarat di daerah tempat anak-anak bermain,” kata Janan, pedagang ternak.
Menurut The New York Times, korban ledakan dibawa ke sebuah pusat perawatan yang ada di Sangin. Sebanyak 30 korban mendapatkan pertolongan pertama sebelum dipindah ke rumah sakit dengan fasilitas pelayanan yang lebih baik. Namun, menurut Marco Puntin, Kepala Pusat Perawatan di Sangin, tujuh di antara korban yang dibawa meninggal dalam perjalanan.
Presiden Ashraf Ghani mengecam keras peristiwa itu dan menyebutnya sebagai serangan yang dilakukan kelompok teroris. Terutama lagi karena serangan itu menewaskan beberapa anak yang tengah bermain di lokasi kejadian.
”Pemerintah Afghanistan sekali lagi meminta Taliban untuk menghentikan kekerasan dan mengindahkan permintaan orang-orang untuk berhenti berperang dan memulai pembicaraan,” kata Ghani dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor Kepresidenan Afghanistan.
Taliban membantah bertanggung jawab atas serangan itu dan menyalahkan tentara Afghanistan yang mereka tuduh menembakkan roket. Seorang juru bicara Taliban, Qari Yusouf Ahmadi, membantah keterlibatan anggotanya dalam peristiwa itu. Taliban mengklaim militer menembakkan mortir ke pasar.
Sementara militer mengatakan, sebuah bom mobil dan mortir ditembakkan oleh pemberontak yang menargetkan warga sipil. Militer mengatakan tidak ada aktivitas militer di daerah itu pada hari Senin dan dua pejuang Taliban juga terbunuh ketika bom mobil meledak di pasar. Domba dan kambing untuk dijual di pasar juga dibunuh.
Juru bicara Taliban, dari kantor politik mereka di Qatar, Zabihullah Mujahid, meminta media lokal dan asing untuk datang ke lokasi kejadian guna mencari fakta tentang kejadian yang sebenarnya.
Target warga sipil
Dalam beberapa minggu terakhir, serangan bersenjata yang terjadi di Afghanistan telah menjadikan warga sipil menjadi target. Sehari sebelum kejadian di pasar ternak Sangin, Provinsi Helmand, sebuah bom mobil menewaskan seorang pekerja kemanusiaan dan aktivis hak asasi manusia, Fatima Khalil, dan sopirnya, Ahmad Fawzi Folad.
Selain itu, pada 12 Juni lalu, serangan bersenjata menargetkan warga sipil yang tengah menjalani ibadah di sebuah masjid. Empat orang anggota jemaah masjid tewas dan belasan luka dalam serangan itu.
Serangan paling mematikan terjadi pada pertengahan Mei lalu ketika beberapa laki-laki bersenjata menyerang bangsal bersalin rumah sakit Kabul. Sebanyak 25 orang tewas, di antaranya 16 ibu yang tengah menjalani perawatan setelah melahirkan.
Misi Khusus PBB untuk Afghanistan UNAMA, dalam laporan yang diluncurkan pada 21 Juni lalu, menyebutkan, ancaman serangan bersenjata terhadap warga sipil terus meningkat. Situasi ini diperburuk dengan pandemi Covid-19 yang juga menerapa Afghanistan.
Perwakilan Khusus Sekjen PBB yang juga Kepala UNAMA Deborah Lyons menyebutkan, serangan tidak hanya dilakukan oleh Kelompok Taliban, tetapi juga aparat militer Afghanistan.
Laporan tersebut mendokumentasikan 15 insiden yang memengaruhi penyediaan layanan kesehatan selama kuartal pertama 2020. Delapan serangan yang ditargetkan dan dua serangan insidental, menurut laporan UNAMA ini, terkait dengan Kelompok Taliban. Tiga serangan terkait dengan petugas keamanan atau militer Afghanistan.
Sementara serangan terhadap bangsal bersalin sebuah rumah sakit di Kabul masih belum terlacak pelakunya.
Save the Children, sebuah kelompok bantuan, mengecam serangan itu dan menyatakan keprihatinan tentang peningkatan kekerasan baru-baru ini.
”Serangan demi serangan yang terus berlangsung di Afghanistan yang merenggut nyawa anak-anak adalah sebuah hal yang menyedihkan, mengerikan. Tidak ada anak Afghanistan yang aman sampai senjata-senjata itu benar-benar diletakkan,” kata Milan Dinic, pimpinan lembaga Save The Children Afghanistan. (AP/AFP)