Penyebaran lewat udara tidak bisa ditampik, khususnya yang berada pada jangka waktu tertentu bersama pengidap di ruangan padat dan tanpa ventilasi memadai.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
GENEVA, JUMAT — Organisasi Kesehatan Dunia memperbaiki panduan terkait Covid-19. Perbaikan, antara lain, karena sejumlah kajian menunjukkan penyakit itu kemungkinan bisa ditularkan lewat udara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui, beberapa gugus penularan terjadi di ruang tertutup penuh orang, ruang latihan paduan suara, kedai makan, hingga tempat latihan kebugaran. Pengakuan dan panduan baru itu diumumkan pada Kamis (9/7/2020) sore waktu Geneva atau Jumat dini hari WIB. ”Sangat diperlukan untuk menyelidiki contoh-contoh (gugus penularan) itu dan menilai tingkat kepentingannya dalam penularan Covid-19,” demikian pernyataan WHO.
Dalam panduan baru, WHO mendorong orang untuk menghindari kerumunan dan memastikan ventilasi memadai di ruangan. Masker dipakai jika sulit menjaga jarak walau jaga jarak lebih diutamakan. Selain itu, orang-orang dianjurkan menghindari menyentuh benda-benda yang belum diketahui kebersihannya. Benda-benda itu bisa saja mengandung percikan ludah dari pengidap Covid-19.
Pernyataan itu dikeluarkan setelah ratusan peneliti dari sejumlah negara dan lembaga mendesak WHO memperbaiki panduan pengendalian penularan Covid-19. Para peneliti itu menyebut virus SARS-CoV-2 bisa menyebar lebih jauh melalui udara. Sebelumnya, dugaan itu hanya berlaku di ruangan tertutup dengan pendingin udara terpusat.
WHO menyinggung soal orang tanpa gejala (OTG). Meski berulang kali menyatakan bahwa penularan dari OTG amat jarang, para peneliti menyebut sebaliknya. WHO menyebut bahwa virus terutama terkandung dalam percikan ludah atau ingus yang terlepas saat pengidap bernyanyi, berbicara, mengembuskan napas, batuk, dan bersin. WHO mengakui, OTG ataupun pengidap bergejala sama-sama bisa menularkan walau pengidap bergejala lebih berbahaya.
Definisi aerosol
Pakar pergerakan partikel di udara pada Virginia Tech, Linsey Marr, mengatakan bahwa ia lega karena WHO mengakui penyebaran lewat udara mungkin terjadi. Sayangnya, WHO disebutnya menggunakan pemaknaan lama tentang percikan dan partikel yang bisa bergerak di udara atau aerosol. Lembaga itu terlalu fokus pada ukuran partikel dan jarak tempuh partikel di udara.
WHO mendefinisikan aerosol sebagai partikel berukuran paling besar 5 mikron. Sebab, hanya di ukuran itulah partikel bisa terhirup ke saluran pernapasan. Aerosol bisa bergerak lebih jauh dari percikan karena ukuran kecil, aerosol bisa melayang di udara.
Daripada meributkan soal ukuran, WHO didorong membedakan aerosol atau bukan berdasarkan cara seseorang terinfeksi. Jika ada yang berada dalam jarak cukup jauh dan tetap menghirup virus lalu terinfeksi, partikel di lokasi penularan dapat disebut aerosol. Jika infeksi terjadi karena berdekatan, disebut percikan.
Terpisah, Direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Infeksi (NIAD) Amerika Serikat Anthony Fauci mengatakan, tidak banyak bukti penularan lewat udara. Akan tetapi, ia juga mengatakan bahwa ada alasan penularan seperti itu terjadi. Meski belum banyak bukti, dugaan penularan lewat udara adalah dasar bagi banyak orang, khususnya para OTG, untuk mengenakan masker.
Penyelidikan
Selain panduan baru, WHO juga mengumumkan pembentukan panel ahli untuk menyelidiki pandemi Covid-19. Peraih nobel sekaligus ekonom asal Afrika, Ellen Johnson Sirleaf, ditunjuk memimpin tim tersebut. Ia akan memimpin tim itu bersama mantan Perdana Menteri Selandia Baru Hellen Clark. WHO membebaskan Clark dan Sirleaf untuk memilih anggota panel tersebut.
Setiap bulan, panel itu akan memberikan taklimat rutin atas perkembangan penyelidikan. Laporan sementara akan disampaikan dalam pertemuan majelis umum anggota WHO pada November 2020. Laporan akhir diharapkan disampaikan pada Mei 2021.
”Saya tidak sabar melakukan semua yang bisa untuk menanggapi tantangan yang telah mencegah kita bersatu untuk maju. Tidak hanya untuk (menyelidiki) dampak Covid-19, tetapi juga memastikan sistem kesehatan yang lebih baik untuk semua bangsa,” kata Sirleaf.
Pembentukan panel itu diumumkan hampir dua bulan selepas majelis anggota WHO memberikan mandat untuk menyelidiki muasal SARS-CoV-2. Usulan mandat disampaikan puluhan negara dan terutama didorong Amerika Serikat bersama sekutunya.
China awalnya menolak usulan itu dan Beijing bersitegang dengan sejumlah negara pengusul. Belakangan, Beijing menerima mandat WHO untuk menyelidiki Covid-19. Sementara AS malah mengumumkan keluar dari WHO.