Resesi Singapura Jadi Peringatan bagi Negara-negara Asia
Apa yang dilaporkan oleh Singapura ini dapat diartikan sebagai peringatan atas kemungkinan besarnya tekanan akibat pandemi Covid-19 bagi perekonomian di tingkat negara, kawasan, dan juga ekonomi secara global.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SINGAPURA, SELASA — Ekonomi Singapura mengalami resesi dengan catatan menyusut 41,2 persen secara triwulanan dan minus 12,6 persen secara tahunan pada triwulan II-2020. Catatan kinerja perekonomian itu menjadi peringatan bagi negara-negara di kawasan Asia dan juga bagi dunia dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini.
Resesi yang dialami Singapura menunjukkan pukulan dari semua sisi di tengah pandemi. Pada triwulan I-2020, ekonomi Singapura minus 2 persen secara tahunan dan minus 10 persen secara triwulanan. Penurunan perdagangan global telah memukul industri manufaktur yang bergantung pada ekspor. Ritel mengalami tekanan penjualan akibat kebijakan penutupan wilayah yang diambil Pemerintah Singapura, 7 April-1 Juni, sebagai upaya menahan penyebaran Covid-19.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura dalam rilisnya, Selasa (14/7/2020), menyatakan bahwa kontraksi atas ekonomi negara itu adalah akibat langsung dari penutupan wilayah Singapura pada April-Juni. Aneka layanan publik yang dinilai tidak penting dihentikan, sebagian besar kantor pun ditutup. Efek atas langkah-langkah itu berkelindan dengan efek dari permintaan eksternal yang lemah di tengah penurunan ekonomi global yang dipicu oleh pandemi Covid-19.
Resesi yang dialami Singapura kali ini adalah resesi pertama sejak 2009, ketika negara itu juga dihantam krisis keuangan global. Sebagai negara yang bergantung pada perdagangan dan menjadi hub perdagangan global, Singapura adalah salah satu negara pertama yang melaporkan data ekonomi terbarunya. Periode data yang dilaporkan itu juga bersamaan dengan kebijakan penutupan wilayah di negara lain.
Apa yang dilaporkan oleh Singapura ini dapat diartikan sebagai peringatan atas kemungkinan besarnya tekanan akibat pandemi Covid-19 bagi perekonomian di tingkat negara, kawasan, dan juga ekonomi secara global. Data capaian yang lebih buruk dari perkiraan juga akan membunyikan lonceng alarm bagi ekonomi Asia lainnya, terutama negara yang bergantung pada perdagangan. Secara umum efek pukulan ekonomi yang menimpa Singapura biasanya juga dirasakan di sejumlah kawasan di Asia.
Terburuk dalam 55 tahun
”Itu angka triwulan terburuk dalam sejarah Singapura selama 55 tahun,” kata Song Seng Wun, ekonom regional CIMB Private Banking. ”Namun, hal itu tidak mengherankan karena intinya bahwa Singapura adalah negara kota kecil yang sangat bergantung pada perdagangan barang dan jasa.”
Ekonomi Jepang pada triwulan II-2020 diperkirakan akan tumbuh negatif 20 persen. Sedangkan ekonomi China diproyeksikan tumbuh positif pada periode April-Juni seiring pembukaan wilayah yang lebih dulu dilakukan oleh Beijing. Data ekonomi China akan diumumkan Kamis (16/7/2020) mendatang.
Data menunjukkan sektor konstruksi Singapura menyusut 54,7 persen secara tahunan dan anjlok 95,6 persen secara triwulanan. Sektor jasa, termasuk bisnis yang berhubungan dengan pariwisata dan transportasi udara, turun 13,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Namun, sektor manufaktur meningkat 2,5 persen secara tahunan karena adanya peningkatan hasil di sektor biomedis.
Data yang dirilis oleh Pemerintah Singapura itu didasarkan pada ”perkiraan sebelumnya”. Angka-angka tersebut sering direvisi begitu hasil triwulanan penuh tersedia. Singapura pada awalnya berupaya mengontrol penyebaran virus korona tipe baru pembawa Covid-19 melalui pengujian ketat dan pelacakan kontak. Namun, ledakan kasus terjadi pada para pekerja migran. Di tengah kewaspadaan serangan gelombang kedua Covid-19, negara itu melaporkan lebih dari 46.000 kasus positif Covid-19 dengan akibat kematian atas 26 jiwa.
”Jalan menuju pemulihan dalam beberapa bulan ke depan akan menantang,” kata Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Chan Chun Sing, dalam unggahannya di Facebook dan dikutip Bloomberg.
”Kami memproyeksikan pemulihan akan berjalan lambat dan tidak merata karena permintaan eksternal terus lemah dan negara-negara memerangi gelombang kedua dan ketiga (Covid-19) dengan menutup kembali wilayah-wilayah atau menerapkan langkah-langkah yang lebih ketat untuk menjaga jarak.”
Data triwulanan kedua di Singapura itu dinilai bakal menjadi titik terendah perekonomian negeri itu tahun ini. Sejumlah analis menilai, pemulihan ekonomi Singapura kemungkinan akan lambat dan berlangsung secara bertahap. Sebagian besar bisnis mulai dibuka sejak akhir Juni. Namun, kebijakan jaga jarak dan pelonggaran sosial guna membatasi mobilitas tetap ada. Ekonomi Singapura sepanjang tahun ini diperkirakan minus 7-4 persen secara tahunan.
Sebagai upaya untuk menghidupkan kembali perekonomian, Singapura dan Malaysia menandatangani kesepakatan bersama. Kedua negara akan membuka wilayah perbatasannya, khususnya bagi para warga pemegang visa jangka menengah panjang dan mereka yang akan melakukan perjalanan bisnis antar-kedua negara. Dalam pernyataan bersama Kementerian Luar Negeri dua negara, kebijakan tersebut akan dimulai pada 10 Agustus mendatang.
Singapura dan Malaysia juga setuju untuk mengembangkan skema lain guna pergerakan lintas batas, termasuk untuk perjalanan harian oleh para pekerja. Sebelum perbatasan ditutup, puluhan ribu warga Malaysia pulang-pergi setiap hari ke Singapura untuk bekerja di sektor bisnis, mulai dari restoran hingga manufaktur semikonduktor. Malaysia juga merupakan sumber utama pemasok kebutuhan makanan pokok untuk Singapura, yang mengimpor lebih dari 90 persen pasokan makanannya. (AFP/REUTERS)