Ratusan Pekerja Migran Indonesia Kembali Bekerja di Jerman
Mereka sebelumnya dipulangkan oleh perusahaan karena pandemi Covid-19. Total lebih dari 1.900 orang ABK asal Indonesia telah dipulangkan dalam program repatriasi Indonesia-Jerman.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BERLIN, RABU — Sebanyak 474 pekerja migran asal Indonesia tiba di Rostock, Jerman, Rabu (22/7/2020), setelah menempuh penerbangan dari Jakarta. Para pekerja migran itu dipastikan akan segera kembali bekerja, khususnya di kapal pesiar yang dikelola perusahaan Jerman, AIDA Cruise, yang siap beroperasi kembali pascapenghentian layanan tur wisata karena pandemi Covid-19.
Manajemen AIDA Cruise secara khusus mengirim dua pesawat charter ke Jakarta. Pesawat dengan nomor penerbangan DE8503 dan DE 8507 dengan rute Jakarta-Rostock ini dikhususkan untuk mengangkut 474 ABK Indonesia yang akan kembali bekerja di Jerman. Mereka sebelumnya dipulangkan oleh perusahaan karena pandemi Covid-19. Sebelumnya, lebih dari 1.900 orang ABK asal Indonesia telah dipulangkan dalam program repatriasi kedua negara. Pemulangan para pekerja asal Indonesia itu terjadi mulai Maret-Mei lalu.
Ketibaan mereka di Bandara Rostock-Laage pada Rabu terbagi pada pukul 08.00 dan 10.30 waktu setempat. Mereka disambut langsung oleh Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno. Ia bahkan menemui para kru di dalam kabin sebelum mereka meninggalkan pesawat. ”Selamat datang kembali di Jerman, teman-teman. Kita ikut senang akhirnya teman-teman bisa bekerja kembali di sini. Pesan saya, tetap selalu jaga kesehatan dan senantiasa perhatikan protokol yang ada. Kalau ada apa-apa, silakan kontak ke KBRI (Kedutaan Besar RI). Kami sangat terbuka untuk membantu,” kata Oegroseno.
Diakui oleh Oegroseno bahwa proses penjemputan kembali para kru ABK AIDA Cruise itu bukan tanpa tantangan. Sebab, pada prinsipnya, Pemerintah Indonesia berusaha mengurangi risiko atas WNI yang berada di luar negeri dari dampak langsung ataupun tidak langsung pandemi Covid-19. Pemerintah RI teryakinkan dengan kemajuan Pemerintah Jerman dalam menangani penyakit itu.
Sebagaimana diungkapkan Oegroseno, pihaknya yakin situasi sudah kondusif di Jerman. Hal itu meningkatkan keyakinan untuk mendatangkan kembali para kru kapal pesiar asal Indonesia ke Jerman. Pihak KBRI juga sudah mengecek dan berkoordinasi dengan pihak perusahaan tentang hal ini. Oleh karenanya, KBRI membantu dalam proses pengurusan clearance pesawat serta persiapan lainnya. Penjemputan kembali para kru Indonesia ini merupakan kloter pertama. Direncanakan akan ada beberapa kloter berikutnya. Pihak AIDA sendiri menyebutkan, kru yang akan mereka pekerjakan kembali sebagian besar berasal dari Indonesia. Bagi Indoesia sendiri, ini adalah kali pertama ABK Indonesia kembali bekerja ke luar negeri di masa pandemi Covid-19.
Philipp Heidmann, Director for Brand Emergency Response AIDA Cruise, mengungkapkan, jumlah kru perusahaannya yang berasal dari Indonesia sekitar 45 persen dari seluruh kru. Hal itu membuat perusahaan memprioritaskan penjemputan mereka.
Philipp Heidmann, Director for Brand Emergency Response AIDA Cruise, mengungkapkan, jumlah kru perusahaannya yang berasal dari Indonesia sekitar 45 persen dari seluruh kru. Hal itu membuat perusahaan memprioritaskan penjemputan mereka. Ia memastikan perusahaannya siap beroperasi kembali. ”Kami berencana akan beroperasi lagi tanggal 20 Agustus 2020. Untuk itu, dari sekarang kami mulai menjemput para kru yang sebelumnya terpaksa kami pulangkan,” kata Heidmann.
Dijelaskan Heidmann, di tahap awal, pihak perusahaan akan mengoperasikan tiga dari 14 kapal yang ada. Kapal-kapal itu adalah kapal AIDAmar, AIDAblu, dan AIDAperla. Sebanyak 474 ABK Indonesia yang telah dijemput itu dipastikan akan bekerja kembali di ketiga kapal tersebut.
Pengoperasian kembali secara bertahap sektor wisata pesiar memang menjadi bagian strategi Pemerintah Jerman dalam mendorong pemulihan ekonomi. Meski demikian, pelaksanaan pelonggaran kebijakan ini tetap memberlakukan protokol kesehatan yang ketat. Total kapasitas maksimal yang diizinkan hanya sepertiga dari standar kapasitas kapal keseluruhan pada saat sebelum pandemi.
Sebagai contoh, dari 3.306 total kapasitas kapal AIDAmar hanya akan diisi maksimal 800 penumpang. Begitu pula halnya dengan AIDAblue. Sementara untuk AIDAperla, dari total 5.300 kapasitas yang dimiliki, kapal itu hanya akan diisi maksimal 1.300 penumpang. Angka ini belum termasuk para kru yang berjumlah sekitar 400 orang di setiap kapal.
Selain itu, pengawasan kesehatan juga diperketat. Sebelum naik kapal, seluruh ABK wajib menjalani pelatihan kebersihan dan kesehatan. Pelatihan ini menerapkan standar sesuai dengan ketentuan yang disertifikasi oleh perusahaan independen di Geneva, SGS Fresenius. Protokol kesehatan diterapkan lewat langkah-langkah terstruktur berdasarkan tingkat keamanan yang diperlukan di kapal. Selain itu, di tiap kapal juga ditugaskan petugas kesehatan untuk memonitor kepatuhan kru terhadap regulasi kebersihan dan kesehatan. Pihak kapal juga disyaratkan untuk menyiapkan langkah alternatif darurat penanganan kesehatan di dalam kapal.
”Kami sudah dikarantina selama 14 hari di Hotel di Jakarta. Lalu 72 jam sebelum keberangkatan ke Jerman kami diwajibkan melakukan test PCR. Nanti di kapal kami akan dikarantina lagi selama 14 hari dan secara regular diminta untuk melakukan test PCR,” tutur Vivi, salah seorang kru yang telah bekerja di AIDA Cruise selama 1,5 tahun. Ia mengungkapkan, seluruh biaya akomodasi, transportasi, dan tes PCR ditanggung oleh pihak perusahaan kapal. (*)