Inggris Amankan Kesepakatan Keempat untuk Pengadaan Vaksin Covid-19
Perlombaan mengamankan pasokan vaksin Covid-19 oleh negara-negara kaya terus bergulir. Terbaru, Inggris menjalin kesepakatan keempat untuk mengamankan vaksin bagi warganya.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
LONDON, RABU – Upaya negara-negara kaya mengamankan pasokan vaksin Covid-19 untuk kebutuhan domestiknya terus berlanjut. Kini, Inggris menandatangani kesepakatan pembelian hingga 60 juta dosis calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sanofi dan GlaxoSmithKline, Rabu (29/7/ 2020). Kesepakatan ini merupakan yang keempat yang dibuat Inggris.
Klausul perjanjian pembelian tersebut tidak diumumkan. Namun, melalui pernyataan tertulisnya, Sanofi dan GSK mengonfirmasi bahwa jika data klinis calon vaksin Covid-19 mereka positif, izin edar dari otoritas bisa diperoleh pada semester pertama tahun 2021.
Presiden Vaksin GSK Roger Connor menyebutkan, calon vaksin yang mereka kembangkan “memiliki potensi signifikan untuk mengatasi pandemi Covid-19, baik di Inggris maupun di seluruh dunia.”
Bagi Sanofi dan GSK, kesepakatan untuk menyuplai vaksin Covid-19 untuk Inggris ini merupakan kesepakatan yang pertama. Sedangkan bagi Pemerintah Inggris, kesepakatan ini merupakan yang keempat.
Pekan lalu, Inggris menyepakati pembelian 30 juta dosis calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh BioNTech asal Jerman dan Pfizer dari AS serta 60 juta dosis calon vaksin dari Valneva, perusahaan dari Perancis. Sebelumnya, Inggris juga menandatangani kesepakatan pengadaan 100 juta vaksin Covid-19 dengan AstraZeneca dan University of Oxford.
Selain dengan Inggris, Sanofi dan GSK juga berharap bisa mencapai kesepakatan pengadaan 300 juta dosis vaksin Covid-19 dengan Uni Eropa. Sanofi mengumumkan “diskusi dengan Uni Eropa sedang berjalan, dengan Perancis dan Italia ada dalam tim negosiasi, dan dengan pemerintah yang lain untuk memastikan akses terhadap vaksin virus korona.” Tetapi, dua sumber menyebutkan kepada Reuters bahwa negosiasi tersebut telah terhenti.
Inggris memutuskan untuk tidak bergabung dalam skema pengadaan vaksin Uni Eropa. Mereka lebih memilih melakukan kesepakatan sendiri dengan perusahaan farmasi.
Saat ini jumlah kasus Covid-19 di dunia telah melampaui 16 juta kasus dengan kasus meninggal sekitar 659.000 kasus. Namun, belum ada vaksin Covid-19 yang disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Saat ini, setidaknya 150 calon vaksin Covid-19 tengah dikembangkan di seluruh dunia, sekitar 20 di antaranya memasuki tahap uji klinis.
Menteri Bisnis Inggris Alok Sharma menekankan pentingnya mengamankan kebutuhan vaksin Covid-19 sejak awal. “Faktanya, tetap tidak ada jaminan,” ujarnya. “Sangat penting agar mengamankan akses terhadap beberapa calon vaksin Covid-19 potensial sejak awal... guna meningkatkan peluang menemukan mana yang terbukti efektif.”
Langkah negara-negara kaya seperti Inggris, AS, dan negara Eropa lainnya mengamankan kebutuhan vaksin Covid-19 sejak awal menimbulkan kekhawatiran negara-negara miskin akan kesulitan mendapatkan vaksin Covid-19.
Melalui program Operation Warp Speed, Pemerintah AS telah mengucurkan dana untuk meneliti dan mengembangkan calon vaksin Covid-19, mengamankan kebutuhan vaksin Covid-19 dalam negerinya dari beberapa perusahaan farmasi, dan riset terapi Covid-19.
Di antara perusahaan yang mendapat kontrak pengembangan dan pengadaan vaksin Covid-19 dengan Pemerintah AS adalah Moderna. Perusahaan ini mendapat suntikan dana hampir 1 miliar dollar AS dari Pemerintah AS untuk mengembangkan calon vaksin Covid-19.
Di antara perusahaan yang mendapat kontrak pengembangan dan pengadaan vaksin Covid-19 dengan Pemerintah AS adalah Moderna. Perusahaan ini mendapat suntikan dana hampir 1 miliar dollar AS dari Pemerintah AS untuk mengembangkan calon vaksin Covid-19.
Pfizer, perusahaan farmasi yang berbasis di New York, juga sama. Jika hasil uji klinis tahap III calon vaksinnya positif, Pfizer sepakat menjualnya ke Pemerintah AS senilai 2 miliar dollar AS yang akan diberikan gratis pada 50 juta warga AS.
Sementara itu, Pemerintah Jerman menyalurkan hibah sebesar 750 juta euro kepada tiga perusahaan bioteknologi untuk mempercepat pengembangan calon vaksin Covid-19, yakni BioNTech, CureVac, dan IDT Biologika. “Ketiganya memiliki calon vaksin yang potensial, tetapi kita harus siap dengan hasil yang tidak sesuai harapan selama uji klinis,” kata Menteri Riset Jerman Anja Karliczek.
Ia juga memperkirakan bahwa vaksin Covid-19 belum akan tersedia sampai pertengahan tahun 2021. (REUTERS/AFP)